"Lowongan pekerjaan yang waktu itu om tawarkan, masih ada apa tidak?" Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja Danu menanyakan lowongan pekerjaan. Keinginan itu menyusup kedalam hatinya sesat selepas membayangkan wajah Mira dan ibunya.
"Lowongan kerja?" Spontan om Iwan mengulangi. Takut salah denger.
"Iya om, lowongan kerja di warta berita yang waktu itu om tawarkan."
"Tumben nanyain lowongan kerja segala?" Mimik wajah om Iwan memandang rendah. Nadanya pun seperti menyindir. Dulu waktu ia menawarkannya Danu tidak merespon sama sekali. Dan sekarang ujug-ujug menanyakannya kembali. Jelas om Iwan tersenyum menyepelekan.
"Baru kepikiran om."
"Kenapa bisa kepikiran?" Om Iwan bertele-tele. Sengaja mempermainkan.
"Bosan dirumah terus. Pengen cari pengalaman."
"Kerja itu bukan cari pengalaman, tapi cari duit."
"Ya intinya begitu."
"Biasanya disetiap keinginan pasti ada alasan. Om curiga, jangan-jangan ada sesuatu nih yang mendorong keinginan kamu bekerja."
"Enggak ada om. Enggak ada alasan lain selain daripada itu." Danu mengelak. Mencoba meyakinkan om Iwan dan menyembunyikan alasan yang sebenarnya.
Om Iwan tidak punya alasan untuk membantah nya.
"Sekarang lagi enggak ada lowongan. Soalnya tutup buku akhir tahun. Paling kalau ada nanti setelah tahun baru. Siapkan saja lamarannya! Insyaallah nanti om bantu. Tapi dengan satu syarat."
"Satu syarat? Apa?"
"Kamu harus kuliah! Kerjanya part time."
Danu terhenyak. Mencoba mempertimbangkan syarat dari om Iwan. Tujuannya ingin bekerja semata-mata bukan hanya sekedar mengisi waktu luang. Atau hanya mencari pengalaman saja. Ia ingin menikahi Mira. Ada tekad dalam dirinya menerima pinangan itu. Ia tidak ingin kehilangan Mira. Ia juga ingin mewujudkan harapan ibunya yang terakhir. Jika harus bekerja sambil kuliah maka sama saja dengan bohong.
"Gimana a?" Tanya om Iwan mengenai keputusannya setelah melihatnya terdiam cukup lama.
Danu menunduk sambil menggaruk-garuk kepala. Ekspresi wajahnya seperti kebingungan.
"Gimana a?" Tanya om Iwan sekali lagi.
Tante Lisa hanya menyimak. Hanya menengok ke kiri dan kanan. Menengok ke kanan saat suaminya berkata. Menengok ke kiri saat keponakannya berkata. Ia belum punya bahan untuk berkomentar.
"E..." Danu menarik kepala keatas sambil menggeram.
"Jangan ragu-ragu atuh. Tinggal Jawa iya dan tidak doang apa susahnya?"
"Kalau kerjanya full time, dan kuliahnya nanti aja, gimana om?"
Om Iwan senyum simpul. Kecurigaannya semakin menguat. Ada indikasi lain yang mendorong Danu ingin bekerja. Ia ingin tahu penyebabnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/354871981-288-k451963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tirakat Cinta
RomantizmTerdengar suara percakapan dari kamar pasien. Rasanya seru untuk menyimak. Siapa tahu isi percakapannya membicarakan dirinya. Meera tidak langsung masuk, melainkan menguping pembicaraan dari balik kaca jendela. Di balik kaca jendela tak ber tirai m...