[16] Boo&Ay

20 3 0
                                    

Happy Reading!

~~~

Sudah satu jam kedua mata indah itu belum saja terbuka, dan sudah satu jam pula Dion senantiasa duduk di samping brankar Ilmi menunggu kedua mata itu terbuka sambil menatap wajah bulat itu, ia mengelus rambut gadis itu dengan sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu jam kedua mata indah itu belum saja terbuka, dan sudah satu jam pula Dion senantiasa duduk di samping brankar Ilmi menunggu kedua mata itu terbuka sambil menatap wajah bulat itu, ia mengelus rambut gadis itu dengan sayang.

"Dion?..." panggil Rana, seraya bengkit dari sofa yang ia duduki dan berjalan ke arah Dion.

"Hem?" Dion bedehem sebagai jawaban tanpa melepas pandangannya dari wajah Ilmi.

"Lo pulang aja dulu, lo juga butuh istirahat." Rana menghela nafas,"lagian luka lo belum sembuh tadi aja luka lo di jahit lagi kan?" lanjut Rana.

"Tapi gue masih pengen diisini kak, mau nungguin Ilmi sadar."

"Yaudah, tapi lo tidur aja dulu di sofa itu." tunjuk Rana, "biar gue yang jaga Ilmi, gue bangunin lo kalau Ilmi udah sadar."

"Yaudah kak."

Dion berdiri, sebelum pergi ke arah sofa ia menyempatkan dirinya mencium kening Ilmi membuat Rana yang melihatnya melototkan matanya.

"Eh anjir! Main cium-cium aja lo, mana didepan gue lagi!" dengus Rana.

Dion berjalan ke arah sofa,"biarin! Dah gue mau tidur, bangunin gue kalau Ilmi udah sadar." ternyata cowo itu sudah mengambil posisi ternyaman dan memejamkam matanya.

"Ck iya! Untung lo pacar adik gue! Kalau bukan, udah gue tendang lo keluar dari rumah sakit ini!"

Dion membuka matanya mengangkat jari jempolnya ke arah Rana dan tersenyum manis, ia melipat kedua tangannya didada kembali memejamkan matanya untuk menuju kealam mimpi.

°•🐒•°

Digang yang sempit dengan lampu yang minim cahaya terdapat dua seorang pemuda yang membicarakan hal yang sangat serius.

"Kerja yang bagus bang Roby!" ucap seorang pemuda yang memakai topi hitam, sambil menepuk nepuk ringan pundak cowo bertudung itu yang ada di depannya itu, terkekeh saat tangannya ditepis dengan kasar oleh cowo bertudung.

"Sial! Lo tau kan? Gue cuma punya adik gue, satu keluarga yang tersisa! Kalau gue nggak bertindak cepat adik gue bisa mati gara-gara lo nunda operasinya dan ngancem dokternya bangsat!" cowo yang bertudung itu menarik kerah baju cowo yang bertopi hitam.

Cowo yang bertopi hitam menyentak tangan cowo yang ada di depannya.

"Tapi adik lo nggak jadi mati kan?" ujarnya tersenyum remeh.

"Brengsek! Kalau bukan karna gue butuh duit buat biaya operasi adik gue, gue nggak akan sudi ngelakuin pekerjaan kotor lo itu!" ucap cowo bertudung itu dengan berapi api.

Boo&Ay [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang