Happy Reading!
~~~
Ilmi menatap sebal cowo yang berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang, posisinya sekarang ini tengah duduk direrumputan dengan kedua tangan yang bertumpu kebelakang.
"Ayo berdiri Ay!" titah Dion tegas samberi menatap tajam Ilmi.
Apa apaan ini! Dirinya baru saja beristirahat sebentar, dan sekarang ia malah di suruh berdiri dan kembali berlatih, ck menyebalkan! Cowo ini benar-benar menguji kesabarannya yang sangat tipis ini.
Dengan perasaan yang sedikit dongkol ia berdiri lalu menghembuskan nafas dengan kasar gadis itu berdecak menatap Dion malas, kalau bukan karna boba ia tidak akan sudi belajar bela diri, lebih baik ia tidur seharian dihari libur dari pada harus berlatih bela diri bersama cowo yang ada dihapannya ini.
Terhitung sudah satu bulan dan setiap hari libur, ia dilatih untuk belajar bela diri dengan Dion di belakangan rumah cowo itu.
Hubungan keduanya semakin erat, walaupun Dion semakin kesini semakin menyebalkan di mata gadis itu akan tetapi, karena sifat menyebalkan yang dimiliki oleh Dion tanpa sadar mereka sulit untuk dipisahkan.
Tak ayal juga ia merasa aneh selama satu bulan ini, setelah kejadian di rooftop sekolahnya yang dimana ia dan Dion nyaris terluka karena di panah oleh seseorang tak di ketahuinya. Dan kini tidak ada lagi Reza yang bertindak, seakan-akan cowo itu menghilang tanpa jejak, selama satu bulan juga ia tidak pernah bepapasan dengan Reza.
Mungkin laki-laki itu sudah kembali kebelanda untuk melanjutkan kuliahnya disana.
Diam-diam ia bersyukur, tetapi ia juga harus lebih waspada siapa yang tau jika alumnu kakak kelasnya itu merencanakan sesuatau hal yang lebih bahaya dari yang sebelumnya.
Dion menatap aneh Ilmi, sedari tadi gadis di hadapannya ini tidak bergerak sama sekali entah apa yang dipikirkannya.
"Ay?" panggil Dion, tetapi tidak mendapat respon dari sang empuk.
Cowo itu berdecak,"Ay! Lo kenapa sih?" kesalnya seraya menggoyangkan lengan Ilmi.
Ilmi tersentak, ia mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Gue enggak papa Boo."
"Yaudah pasang sarung tinju lo kembalib" titah Dion.
Ilmi melemaskan bahunya, dengan langkah yang ogah-ogahan ia menghampiri sarung tinjunya yang tergeletak diatas meja kecil, Dion memutar bola matanya melihat gadis itu yang terlalu malas.
Baru saja beberapa langkah ingin masuk ke dalam rumah untuk mengambil minuman terhenti kala Ilmi berteriak histeris, lantas ia berbalik saat itu juga gadis itu berlari kearahnya dan langsung saja Ilmi melompat naik kegendongannya. Sedikit terhuyung kebelakang tapi untung saja ia bisa mengeseimbangi kedua kakinya jika tidak, bisa saja ia jatuh tertimpah tubuh Ilmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boo&Ay [TAMAT]
Teen FictionIni bukan sekedar cerita cinta yang penuh kebahagiaan melainkan, persahabatan, kekeluargaan, obsesi dan dendam yang begitu mendalam. Ilmi dan Dion harus bersabar menerima berbagai rintangan yang ada dalam hubungan mereka, melalui segala hal untuk m...