[38] Boo&Ay

15 2 0
                                    

Happy Reading!

~~~

"Lo udah telfon Firdaus?" ujar Dion, seraya duduk disamping Haikal, kemudian maraih bantal sofa dan meletakkan diatas kedua pahanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo udah telfon Firdaus?" ujar Dion, seraya duduk disamping Haikal, kemudian maraih bantal sofa dan meletakkan diatas kedua pahanya.

"Udah, kayaknya dikit lagi nyampe." Haikal mengunci ponselnya lalu meletakkan di atas meja.

"Apa nih, lagi reuni?" tiba-tiba saja Firdaus datang sembari melangkahkan kakinya menghampiri kedua temannya.

"Duduk." titah Dion yang diangguki oleh Firdaus.

"Lo mau ngomong apa?" Haikal mengangkat suara untuk memulai percakapan.

Sangat lama Dion terdiam akhirnya membuka suara,"soal Danang..."

Haikal, dan Firdaus menyerngit bingun dengan perkataan Dion yang sedikit aneh, Firdaus ingin melayangkan sebuah pertanyaan tapi Dion lebih dulu melanjutkan ucapannya.

"Selama ini Danang udah lama suka sama Ilmi."

Firdaus semakin bingung mendengarnya tapi ia tidak berani bertanya, melihat wajah temannya yang sedikit berubah membuatnya berdigit ngeri. Sedangkan Haikal memasang wajah tenang mendengar cerita Dion.

Sementara itu, Dion melanjutkan ceritanya. Mulai dari pertemuannya dengan Reza di cafe dekat sekolah, menceritakan tentang teror yang Ilmi alami. Dion juga menceritakan tentang penusukan dibelakang sekolah waktu itu saat ia mengejar seseorang bertopeng, dan juga tentang Aira yang bersepupu dengan Reza.

Sengaja Dion tidak menceritakan tentang masalalunya dengan Putri yang menjadi Aira sekarang, karena menurutnya itu tidaklah penting.

"Dan... Aira, Danang termasuk dalang dari masalah ini."

Dibawah sana tangan Firdaus sudah terkepal kuat, ia sangat terkejut mendengar cerita Dion. Bisa-bisanya kedua temannya mengkhianati mereka,"brengsek!"

"Bentar... Motif Aira ikut andil dalam masalah itu apa?" tanya Haikal.

"Gue juga nggak tau," jawab Dion berbohong, padahal jelas-jelas ia mengetahui motif Aira yang sebenarnya.

Haikal mengagguk paham,"setelah ini... Mau nggak mau Ilmi yang menjadi targetnya, kita bertiga harus jaga Ilmi baik-baik!" ujar seraya menatap mereka berdua bergantian.

Firdaus mengangguk setuju,"gue juga harus minta maaf sama Ilmi, gara-gara mereka berdua gue jadi ikut-ikutan jauhin Ilmi!" sesalnya.

"Kalau gitu gue pamit," Haikal berdiri dari duduknya,"lo naik apa kesini?" tanya Haikal seraya menatap Firdaus yang ikutan berdiri.

"Motor."

"Kita pamit Yon! Lo hati-hati" ujar Haikal, lalu mereka bedua berjalan kearah pintu di ikuti Dion dari belakang hingga ke gerbang.

Boo&Ay [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang