[32] Boo&Ay

13 2 0
                                    

Happy Reading!

~~~

Dingin angin malam yang menembus disel-sel kulit Ilmi, membuat gadis itu semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Dion, sembari menyembunyikan wajahnya di punggung laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dingin angin malam yang menembus disel-sel kulit Ilmi, membuat gadis itu semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Dion, sembari menyembunyikan wajahnya di punggung laki-laki itu.

Dion menambah kecepatan laju motornnya dikala merasakan Ilmi semakin erat memeluknya.

Sedangkan gadis itu memejamkan matanya, tetapi bukan untuk tidur hanya saja ia memikirkan nasib temannya kedepan. Apakah setelah Friska mengetahui tentang apa yang dirinya alami akan baik-baik saja? Apakah ia akan dibenci dan di jauhi oleh temannya setelah mengetahui itu? Ia takut, dirinya sangat takut jika Friska dan yang lain memutuskan pertemanan mereka. Ia takut jika mereka semua membenci dirinya karena, masalah yang menimpah dirinya membuat teman-temannya ikut dalam bahaya.

"Ay?...."

"Eh iya, kenapa Boo?" Ilmi tersentak saat Dion memanggilnya sedikit keras.

"Kirain lo tidur, lo nggak mau turun?"

Ilmi menatap sekitar, gadis itu menpuk jidatnya karena asik melamun dirinya tidak sadar jika mereka berdua telah sampai.

"Sorry Boo....." ucap Ilmi, seraya turun dari motor milik Dion, begitu pun dengan cowo itu mengikuti Ilmi turun dari motornya.

"Jangan melamun terus, nggak baik!" Dion mengusap kepala Ilmi setelah gadis itu melepaskan helm dari kepalnya.

Ting!

Ilmi mengambil ponselnya disaku celananya setelah ponselnya miliknya berbunyi.

+62 83* **** ****

|Gimana? Asik nggak? Hahah selamat menempuh hidup yang lebih buruk lagi!|


Gadis itu menyerngit membaca pesan yang masuk dengan nomor yang tidak dikenalnya, ia tersentak saat Dion merebut ponselnya. Dengan cetakan, cowo itu memblokir nomor itu dan menghapusnya.

Ilmi menatap wajah Dion yang tengah memandang ponsel miliknya dan meremasnya, ia tau jika cowo di hadapannya ini sedang menahan marahnya terlihat sekali dari urat-urat lehernya yang mengetat.

"Boo..."

Dion mengangkat pandangannya, mereka saling tatap satu sama lain menyalurkan perasaan yang sedang dilanda kekacauan.

"Nggak usah dipikirin! Masuk!" titah Dion sembari mengembalikan ponsel Ilmi ditangan gadis itu.

Bukannya menuruti perintah Dion, Ilmi malah menubruk tubuh cowo itu memeluknya seerat mungkin. Tanpa ragu Dion membalas pelukan Ilmi, mengusap punggung Ilmi lembut disaat punggung itu bergetar pertanda gadis itu tengah menangis. Sesekali Dion mengecup pucuk kepala Ilmi guna menenangkan gadis itu.

Boo&Ay [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang