[30] Boo&Ay

14 2 0
                                    

Happy Reading!

~~~

Ketiga manusia yang berada dikamar tamu itu menatap tajam makhluk kecil yang baru saja mendorong pintu kamar dengan keras, sambil memegang dot kecilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga manusia yang berada dikamar tamu itu menatap tajam makhluk kecil yang baru saja mendorong pintu kamar dengan keras, sambil memegang dot kecilnya. Ia menyengir menatapa polos orang yang berada dikamar ini.

Jika saja Erik bukan adiknya, ingin sekali Dion mengasingkan adiknya ke pulau yang terpencil.

Erik berjalan masuk sambil mengemut dotnya dengan santai, tanpa memperdulikan tatapan tajam abangnya. Sementara Dion melototkan matanya pada saat adiknya duduk diatas pangkuan Ilmi sambil menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Tatak Ion ataya teyual!" celutuk bocah itu, kemudian memasukan kepala dotnya kemulut mungilnya.

Dion semakin menajamkan matanya menatap Erik, tetapi tidak lama karena tiba-tiba Ilmi mencubit pahanya membuat dirinya meringis sambil mengusap bekas cubitan dari Ilmi.

"Sakit loh Ay." cicit Dion.

Ilmi memutar bola matanya,"lagian mata lo kayak ngeliat mangsa aja!"

Pemuda itu mencibirkan bibirnya, menatap sinis Erik ketika bocah itu tertawa seraya menjulurkan lidahnya ke arahnya. Ia mengalihkan tatapannya tanpa memperdulikan Erik yang mengejeknya, lebih baik ia diam saja daripada meladani adiknya dan berakhir dirinya yang terkena imbasnya.

"selesai," wanita paruh baya itu membereskan alat P3K, kemudian menatap kedua remaja yang sedang duduk di sofa.

"Teman kalian kenapa bisa kaya gini?" tanya Tania kepada mereka.

Dion menggeleng ia tidak tau harus menjawab apa, sementara dirinya tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Danang yang tiba-tiba seperti ini.

"Ilmi juga kurang tau tante, soalnya Danang datang tiba-tiba dengan keadaan seperti itu." ucap Ilmi menjelaskan.

Tania menghela nafas lalu mangagguk,"Erik belum ngantuk?" tanya wanita paruh baya itu menatap anak bungsunya yang ada di pangkuan Ilmi.

Bocah itu mengucek-ucek matanya yang sudah memerah,"antut bu" rengeknya sembari merentangkan kedua tangannya kedepan meminta di gendong oleh sang ibu.

Tapi sebelum naik ke gendongan ibunya, bocah itu menyempatkan mencium pipi kanan Ilmi membuat gadis itu tertegun. Sedangkan Dion sudah melototkan matanya menatap tajam adiknya, berani sekali adiknya ini mencium pipi pacarnya bahkan di depan matanya pula.

"Dion mata kamu!" tegur Tania.

Dion mendengus kemudian menggerutu kesal, adiknya benar benar menguji kesabarannya.

°•🐒•°

Kini sudah menunjukan pukul 20:30 malam, setelah selesai mengobati Danang. Ilmi dan Dion mengikuti Tania keluar membiarkan laki-laki itu beristirahat, dan sambil menunggu Danang sadar Ilmi dan Dion memilih duduk diruang tamu.

Boo&Ay [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang