[50] Boo&Ay

13 2 0
                                    

Happy Reading!

~~~

Setelah usai proses persidangan dilakukan disiang hari tadi dengan adanya bukti-bukti yang menguat dan dinyatakan bersalah atas kasus percobaan pembunuhan, kini Danang tengah berada di balik jeruji besi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah usai proses persidangan dilakukan disiang hari tadi dengan adanya bukti-bukti yang menguat dan dinyatakan bersalah atas kasus percobaan pembunuhan, kini Danang tengah berada di balik jeruji besi. Tidak ada reaksi dari pemuda itu, dia hanya kelihatan santai atas apa yang sedang menimpanya.

"Gimana? Enak nggak tinggal disini?" tanya Friska meremehkan.

Sedangkan yang diberi pertanyaan hanya menatap gadis dihadapannya dengan senyum yang mengembang di bibirnya, ia tidak akan terkejut dengan adanya Friska yang muncul tiba-tiba setelah dinyatakan meninggal. Ia tahu jika selama ini kematian Friska hanya dipalsukan, dan dikirim keluar negeri untuk berobat.

Bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan-lahan menuju kearah Friska yang duduk diatas kursi roda.

Danang berjongkok didepan Friska yang dihalangi oleh jeruji besi,"enak! Mau lo coba?" ejek Danang dengan menawari gadis dihadapannya.

"Jangan salah, sebentar lagi gue bakalan digantiin sama bokap kesayangan lo itu! Dan setelah itu...." Danang menggerekkan jari jempolnya kearah lehernya,"mati!" lanjutnya dengan tersenyum simpul.

Friska menggeram marah,"nggak usah sangkut pautin dengan bokap gue! Bokap gue nggak ada masalah sama lo brengsek!" nafas Friska memburu menatap nyalang orang didepannya.

Danang terkekeh, kali ini gilirannya yang menatap remeh Friska,"sungguh di sayangkan jika anak bungsu Anando bebar-benar nggak tau, atau hanya pura-pura?" ucapnya menyeringai.

Tubub Friska menegang, ia memang pernah melihat dokumen-dokumen yang berisikan tentang papanya, saat ia mengunjungi rumah Danang dan masuk kekamar laki-laki itu. Tapi ia buru-buru menyangkal dan menolak apa yang telah papanya perbuat di masalalu.

"Biar gue perjelas," Danang menatap datar Friska,"masalah bokap lo di masalalu sangatlah parah, tega jadiin gue anak yang kehilang sosok yang begitu berharaga dihidup gue. Karena apa? KARENA KEIRIAN BOKAP LO MEMBUAT DUA NYAWA MELAYAN! BOKAP LO ADALAH PEMBUNUH BANGSAT!"

"NGGAK! LO BOHONG! BOKAP GUE BUKAN PEMBUNUH!"

Karena mendengar suara kegaduhan didalam, polisi yang berjaga didepan segera menghampiri Friska dan membawa gadis itu keluar dengan tak hentinya gadis itu berteriak lantang menolak keras atas apa yang telah di ungkapkan oleh Danang sebenarnya.

Sementara laki-laki itu kembali ketempatnya, mendudukan dirinya diatas lantai dan menunggu Tian yang akan menjemputnya segera.

Ia sudah muak, ia akan segera mengurus tua bangka itu dan setelah itu, ia akan merebut Ilmi dari Dion secepatnya. Membayangkan Ilmi yang berada padanya membuat hatinya berdetak dengan bibir yang tak berhenti tersenyum.

°•🐒•°

Baru saja Firdaus mendudukan dirinya dikarpet bulu hal yang pertama ia tangkap adalah Dion di perban kepalanya. Sore hari ini mereka tengah berkumpul dirumah Dion untuk berdiskusi tentang penyerangan semalam.

"Puufftt... Kenapa kepala lo dilitin lakban gitu? Hahah!"

Rizal yang berada disamping Firdaus segera menyumpal mulut Firdaus dengan sepotong besar kue brownies, ia mengusal kupingnya yang berdengung mendengar ketawa Firdaus dengan mulut yang terbuka lebar.

Susah payah Firdaus menelan kue brownies itu sembari menatap sengit Rizal disampingnya,"goblok! Susah ngunyahnya anjir!" makinya,"lo kira gue apaan main disumpal aja!"

"Lagian humor lo rendah banget, nggak ada yang lucu malah diketawain! Dasar humor kampungan!" ucap Ilmi tiba-tiba membuat Firdaus melongo menatapnya.

"Belajar kata-kata itu dari mana? Kok omongan lo pedas banget sih!" tanya Firdaus saraya melenggok-lenggokan kepalanya.

Rizal yang jengah dengan tingkah absrud Firdaus memukul kepala Firdaus cukup keras, membuat pemuda itu memekik kesakitan dan mengumpati Rizal.

"Bisa nggak sih, nggak usah mukul kepala gue goblok!" kesal Firdaus seraya mengusap kepalanya bekas pukulan Rizal.

Rizal meraup mulut Firadus,"goblok! Mulut lo tuh yang goblok saking seringnya ngumpatin orang!"

Firdaus berdecak kesal tentu saja laki-laki itu tidak diam saja, ia menjambak rambut Rizal. Begitupun dengan Rizal yang tidak tinggal diam, ia membalas jambakan Firdaus dengan menjambak rambut Firdaus.

Sementara teman-temannya yang berada disana menatap malas adegan jambakan-jambakan mereka berdua. Dion memijat pangkal hidungnya, sedikit frustasi melihat kedua makhluk didepannya yang membuat keributan.

"BERHENTI NGGAK! KALAU KALIAN NGGAK BERHENTI JUGA, GUE TENDANG KALIAN BERDUA KELUAR!" teriak Dion mengancam keduanya.

"Mampus! Singanya ngamuk!" Gumam Haikal yang sedari tadi asik mengunyah kue brownies buatan nyokap Ilmi.

Alhasil Firdaus dan Rizal berhenti. tetapi tidak sepenuhnya, karena kedua laki-laki itu masih beradu tatapan sinis, Firdaus segera memalingkang wajahnya kesamping dengan tangan yang bersedekap di dada, begitupun Rizal melakukan hal yang sama.

"Jadi... Menurut kalian siapa dalang penyerangan semalam sebenarnya?" Ilmi membuka suara menatap teman-temannya.

Haikal yang masih mengunyah tengah berpikir."Danang?" ucapnya menjeda,"atau Aira?" lanjutnya. Memang dari sejak awal Firdaus memang tak percaya sepenuhnya terhadap Aira yang tiba-tiba ingin meminta maaf.

"Tapi menurut gue Aira nggak mungkin deh ngelakuin itu, secara kan dia lagi dalam hukuman papanya kak Reza." ucap Haikal yang langsung ditatap kesal oleh Firdaus.

"Dan nggak mungkin juga Danang yang lakuin itu, dan kalian semua tau kalau Danang sedang berada dalam penjara!" Firdaus membalas ucapan Haikal.

Ilmi menatap Firdaus,"lo juga tau, keluarga Danang seperti apa!" jeda Ilmi,"walaupun Danang memang berada dalam penjara tapi siapa yang tau, kalau Danang masih nyuruh orang-orangnya buat nyulik gue!"

Dion menghela nafas kasar,"kalian jangan ngambil asumsi seenaknya! Kita nggak tau siapa yang ngerencanain penyerangan semalam."

"Jadi menurut lo siapa?"

Pertanyaan Ilmi membuat Dion tak bisa menjawab, ia juga tidak tahu siapa yang menyuruh orang-orang itu ingin menculik Ilmi.










To Be Continue

——

Kira-kira siapa nih pelakunya? Apa diantara mereka yang berkumpul adalah salah satunya? Atau memang Aira dan Danang?_-_


Yuk dibaca teruss! Dan jangan lupa comen and vote! Supaya uthor lebih cepat upnya dan tambah semangat!!

Sampai jumpa dipart selanjutnya wan kawan!!

Boo&Ay [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang