Happy Reading!
~~~
Firdaus mengaduk-aduk bakso dihadapannya tanpa minat, melirik teman-temannya yang hanya tersisa tiga saja. Biasanya mereka akan ramai dengan kebercandaan, atau ia akan
mengganggu Friska hingga membuat gadis itu berkoa-koar mengumpatinya dengan kata-kata andalannya.Namun, sekarang sudah berbeda Friska sudah pergi selamanya karena perbuatan kedua temannya itu, dan entah bagaimana persahabatan mereka kedepannya, memilih mereka berdua untuk bergabung kembali atau memutuskan tali persahabatan kepada kedua manusia itu?
Entahlah ia sendiri juga bingung memikirkannya, setelah menghilangkan nyawa seseorang apakah ia harus memaafkan mereka berdua?
"Ngelamun nggak buat lo kenyang, makan!" sahut Haikla setelah meminum teh manis dihadapannya.
"Kita sama-sama kehilangan satu orang untuk selamanya, tapi kita nggak boleh terlalu larut dalam kesedihan!" tambahnya dengan tenang, Haikal tahu dengan perasaan Firdus begitupun dengan yang lain dan dirinya.
"Seenggaknya Friska dapat keadilan!" ujar Firdaus seraya mendorong pelan mangkok baksonya yang belum ia makan sama sekali.
"Balas dendam." celutuk Ilmi tiba-tiba.
"Balas dendam nggak akan nyelesain masalah! Yang ada tambah rumit jadinya" tutur Haikal.
"Ya mau gimana lagi, mustahil Danang masuk penjara! Kalian juga udah tau keluarga Danang kek gimana," ucap Ilmi kemudian mengambil ponsel milik Danang di sakunya.
"Ini ponsel Danang...." Ilmi meletakan ditengah-tengah meja.
Firdaus mengambil benda persegi panjang itu dan membolak-balikan,"ponsel Danang? Kok bisa sama lo?" tanyanya penasaran.
"Gue curi!" ucap Ilmi enteng,"di situ terdapat sebuah beberapa vidio sama foto yang dimana Danang selalu nyiksa Friska!"
Penuturan itu tentu saja membuat ke kedua laki-laki itu terkejut mendengar fakta itu, kecuali Dion yang sudah mengetahuinya terlibih dahulu.
"Dasar biadab! Nggak punya otak sialan!" maki Firdaus seraya mengepalkan kedua tangannya.
jadi selama ini diam-diam Danang menyiksa Friska? Danang bukan hanya menyiksa fisiknya tetapi menyiksa batin Friska secara bersamaan.
"Kenapa Friska nutupin ini..." lirih Haikal, kemudian mengusap wajahnya kasar.
"Fris—"
Byur!
Dion, Haikal dan Firdaus membulatkan matanya tidak percaya, tiba-tiba Aira datang menyirami wajah Ilmi dengan segelas jus. Sementara Ilmi masih diam mencerna apa yang baru saja menimpanya.
Tidak sampai disitu, Aira meraih gelas kosong milik Dion dan tanpa di sangka gadis itu melemparkan gelas kosong ke arah Ilmi, lemparan itu tidak dapat mereka cegah. Untung saja Dion secepat kilat meraih tubuh Ilmi menyembunyikan di dalam dekapannya, alhasil punggung laki-laki itu yang terkena lemparan Aira.
"KEREN LO KAYAK GITU RA!" bentak Firdaus.
Aira tidak memperdulikan bentakan Firdaus, gadis itu lebih memilih menatap tajam Ilmi dibalik tubuh Dion.
"JAUHIN DION, ILMI SIALAN!" teriak Aira lantang, membuat para penghuni yang ada di kanting itu menatap heran ke arahnya. Pasalnya mereka tidak pernah mempunyai masalah bahkan sampai separah ini.
Ilmi menulikan pendengarannya seoalah-olah ia tidak mendengar apa-apa, gadis itu menjilat bibir bawahnya merasakan rasa jus itu.
"Rasa alpukat... Gue nggak suka Boo!" ucap Ilmi seraya mendongak menatap wajah Dion.
Dion yang mendengar itu terkekeh gemas sembari mengusap lembut wajah polos Ilmi yang penuh dengan jus, setelah itu ia mendarat satu kecupan dikening Ilmi membuat para penghuni kanting terpekik heboh, termasuk Haikal dan Firdaus melongo dibuatnya.
Di dalam Hati Ilmi, ia memaki-maki cowo di hadapannya ini.
Berbanding balik dengan Aira, gadis itu menggeretakkan giginya dan tangan terkepal kuat saat melihat Dion mencium kening Ilmi, apalagi ia merasa terabaikan saat ini.
Dion melepaskan hoodie-nya,"ke toilet gih, bersihin muka lo dan ganti seragam lo pake ini." Ilmi mengangguk dan meraih hoodie milik laki-laki itu, kemudian meninggalkan kantin itu menuju kearah toilet.
Setelah Ilmi menjauh, Dion berbalik dengan wajah yang sudah berubah memyeramkan dan tatapan tajam laki-laki itu mengarah ke Aira membuat Aira sedikit takut.
"Lo! Sekali lagi ngusik Ilmi, jangan salahin gue kalau gue main kasar sama lo!" peringat Dion tegas,"sekalipun lo dulu sahabat gue tapi, sekarang udah enggak!" lanjutnya, lalu menyusul Ilmi ke toilet takut gadis itu kenapa-napa.
Aira mematung di tempatnya mendengar Dion mengatakan itu, menatap sakit punggung Dion yang sudah jauh dari sana.
"Gue nggak nyangka Ra, lo berubah kayak gini!" ujar Firdaus prihatin dan menepuk bahu Aira beberapa kali,"semoga lo cepat dapat hidayah!" tambahnya kemudian berlalu dari sana menyusul Dion.
Sementara Haikal menatap kecewa Aira.
"Ikut gue! Gue mau ngomong sama lo!" tanpa mendengar jawaban dari Aira, laki-laki itu menarik tangan Aira untuk ikut bersamanya.
°•🐒•°
Ilmi meraih bebarapa helai tisu lalu mengerikan wajahnya, setelah itu ia membuka seragamnya menyisakan kaos putih ditubuhnya, lalu memakai hoodie milik Dion. Ia mendengus menatap dirinya dalam pantulan kaca didepannya, ternyata hoodie milik laki-laki itu menenggelamkan sebagian tubuhnya, maklum dirinya terlalu pendek.
Ilmi merogoh saku roknya lantaran mengingat sesuatu yang ia keluarkan dikantin tadi, gadis itu mengusap wajahnya kasar saat tidak mendapatkan ponsel milik Danang, sudah pasti ponsel itu berada di atas meja kantin, semoga saja diantara ketiga laki-laki itu ada yang memgambilnya.
Ia takut ponsel itu kembali kepada pemiliknya yang sudah susah-susah mengambilnya dengan usahanya sendiri dan berujung sia-sia? Oh tidak! Ia tidak akan membiarkannya begitu saja.
Segera menyambar seragamnya yang terkena Jus, lalu berjalan tergesa-gesa keluar dari toilet, tujuannya saat ini kembali ke kantin untuk menemui ketiga laki-laki itu. Ia harap semoga saja ponsel itu berada di antara mereka bertiga.
Namun, baru saja membuka pintu toilet ia di kagetkan dengan sebuah tarikan kuat tidak, sampai disitu saja sebuah sapu tangan yang membekap mulutnya. Gadis itu meronta-ronta berusaha melepaskan sapu tangan itu sebelum menghirup obat bius itu. Tapi sayangnya, usahanya hanya berakhir sia-sia saat kesadarannya mulai berkurang.
Melirik sekilas wajah pelaku itu hingga kesadarannya benar-benar hilang.
"Danang..."
Danang menyeringai, membelai wajah Ilmi yang sudah tidak sadarkan diri dipelukannya.
"Ternyata lo mulai nakal baby."
"Mengambil ponsel gue diam-diam adalah kesalahan terbesar lo! Mau masukin gue penjara dengan modal bukti itu huh?" Danang memindahkan sehelai rambut Ilmi yang menutupi wajah gadis itu.
"Nggak bakalan bisa." tambahnya, kemudian membopong tubuh Ilmi membawanya keluar dari toilet itu.
"Selamat hidup dalam kehidupan gue Ilmi! Lo bakal jadi milik gue selamanya!..."
To Be Continue
——
KAMU SEDANG MEMBACA
Boo&Ay [TAMAT]
Teen FictionIni bukan sekedar cerita cinta yang penuh kebahagiaan melainkan, persahabatan, kekeluargaan, obsesi dan dendam yang begitu mendalam. Ilmi dan Dion harus bersabar menerima berbagai rintangan yang ada dalam hubungan mereka, melalui segala hal untuk m...