Happy Reading!
~~~
Ilmi memasukan ponselnya kembali kedalam tasnya setelah membaca pesan dari Dion, gadis itu menghela nafas lalu melanjutkan langkah kakinya keluar dari sekolah menuju ke halte untuk menunggu angkutan umum.
Gadis itu menatap sekitar yang terlihat sunyi ternyata hanya dirinya seorang diri di halte ini, biasanya akan rame dengan orang-orang yang berlalu lalang, namun mengapa hari ini tiba-tiba menjadi sepi. Seketika ia mengusap lengannya yang terasa merinding, lantas ia mendudukan dirinya dikursi panjang yang ada di halte itu.
"Friska gimana ya keadaannya sekarang?" tanya Ilmi entah kepada siapa.
Ia jadi kepikiran dengan sahabatnya itu, ingin menjenguknya tapi ia takut bertemu Friska. Ia hanya takut disaat Friska menyuruhnya menjauh darinya atau bahkan sama halnya Aira, Firdaus, dan juga Danang yang menghindarinya sedari tadi. Hanya Haikal yang bersikap seperti biasa dan menyuruhnya untuk tetap bersabar terhadap sikap mereka.
Jujur saja ia merasa sakit hati akan sikap ketiga temannya yang tiba tiba, seolah dirinya yang menyebabkan atas kejadian yang menimpa Friska. Disini ia tidak salah, bahkan mereka juga tahu jika ia adalah korban disini.
"Yahh kok hujan...."
Ilmi memelaskan wajahnya ketika hujan turun dengan derasnya, padahal sejak tadi tidak adanya tanda-tanda ingin hujan dan sekarang kini hujan semakin deras saja. Ia memeluk dirinya yang terasa kedinginan.
Gadis itu mendengus, lebih baik ia menghubungi kakaknya untuk menjemput dirinya dari pada menggu angkutan umum yang tidak muncul muncul sedari tadi ditambah hujan seperti ini.
"Tai!" gerutu Ilmi saat Rana, kakanya tidaklah aktif, ia menyimpan ponselnya dengan kasar di tempat semula.
Tiba-tiba saja tangan kekar menarik lengan Ilmi memaksanya untuk berdiri dan menyeret tubuhnya keluar dari halte itu. Dalam beberap detik seluruh tubuhnya diguyur oleh hujan yang deras, untung saja ia memakai hoodie jika tidak pastikan seragamnya akan tembus kedalam.
Ilmi menyentak tangan itu dari lengannya dan menatap tajam sang pelaku yang juga menatapnya seperti tatapan.... Kebencian? Entahla.
"Lo apa-apaan sih Nang!" sentak Ilmi.
"Lo!..." Danang menunjuk tepat di depan wajah Ilmi,"lo harus tanggung jawab atas apa yang dirasain Friska!" takannya, kemudian kembali menyeret Ilmi dengan kasar.
Tentu saja gadis itu memberontak minta dilepaskan tetapi, Danang semakin mengeratkan bahkan mencengkram lengan Ilmi membuat gadis itu meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boo&Ay [TAMAT]
Teen FictionIni bukan sekedar cerita cinta yang penuh kebahagiaan melainkan, persahabatan, kekeluargaan, obsesi dan dendam yang begitu mendalam. Ilmi dan Dion harus bersabar menerima berbagai rintangan yang ada dalam hubungan mereka, melalui segala hal untuk m...