Old Friend

75 57 1
                                    

Heka sedang memikirkan tawaran Ansel. Itu adalah impian terbesarnya. Tapi, dalam hati ada sebuah keraguan besar.

Dia merasa sedikit bersalah karena meninggalkan Ansel begitu saja. Mungkin memang itu yang sebaiknya dia lakukan. Dia harus pergi sebelumnya membiarkan anak itu benar-benar masuk ke dalam hidupnya lebih dalam.

Karena dia mempunyai prinsip untuk tidak membiarkan orang yang baru dia kenal masuk dengan cepat ke dalam hidupnya. Apalagi dengan mudahnya  menawarkan diri untuk membantu Heka dari apa yang membelenggunya.

Setelah mereka berpisah, Heka tidak langsung kembali ke rumah. Dia berjalan-jalan di sebuah taman yang tidak begitu jauh dari restoran Jepang itu, Wiliam E Wolfe Park.

Walaupun hanya sekedar berjalan-jalan dan mengambil beberapa foto, itu lebih dari cukup untuknya menghirup udara segar. Dengan ini, pikirannya akan menjadi lebih jernih dan bisa membuat keputusan yang terbaik baginya. Keputusan untuk menerima tawaran bantuan dari Ansel atau tidak.

Heka memang sedang berusaha untuk mencari seseorang yang dapat membuatnya kembali menjadi normal. Namun dengan cara yang lebih natural dan halus, tidak seperti ini.

“Memang tidak ada salahnya mencoba untuk menerima bantuan dari Ansel. Siapa tahu dia memang menjadi satu-satunya orang yang bisa menghilangkan insomniaku yang semakin menggila.”

Namun dengan mengingat sifat dari Ansel, dia menjadi ragu. Rasa ragu pada dirinya yang dipenuhi dengan ketakutan. Dari sudut pandangnya, Ansel ialah tipe orang yang tidak peduli dengan apapun, khususnya perasaan orang lain.

“Ansel, dia memang sangat ramah dan cukup baik. Tetapi dia terlihat sangat berbahaya dan suka memaksakan kehendaknya. Jika sifat cucunya seperti itu, sudah pasti kakeknya jauh lebih mengerikan. Sebaiknya biarkan saja dia dan tidak perlu menerima bantuanya untuk menyembuhkanku.’

Hanya dengan memikirkan hal itu, lebih baik menolak bantuan dari Ansel. Tetapi dia tahu dengan pasti konsekuensinya.

Mengingat dengan keadaannya, sangat tidak mudah mencari cara untuk membuatnya dapat tidur dengan normal. Kesempatan seperti itu tidak akan datang lagi dengan mudah. Kepalanya penuh dengan rasa bimbang yang tak kunjung akhir.

“Tapi jika aku menolaknya, aku akan kehilangan kesempatan untuk sembuh. Menunggu momen seperti ini sangat tidak mungkin terulang. Mungkin ini menjadi satu-satunya cara untuk terlepas dari semuanya.”

Ketika dia terlarut dalam pikirannya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada seseorang yang dia kenal. Dia pun mengarahkan kameranya untuk mengambil foto orang itu.

Dia adalah Clancy. Dia sedang duduk di tepi danau sendirian. Itu membuatnya merasa tenang, karena ada sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya.

Kemudian dia menghampirinya dan langsung duduk di sampingnya. “Hi, Clancy.”

“Hi, Heka.” Jawab Clancy.

“Aku kira kamu tidak akan kembali ke sini lagi setelah pulang ke China.” Dia ingat Clancy dan keluarganya telah memutuskan untuk kembali ke China dan menetap di sana selamanya.

“Memang aku sudah tidak bisa menetap lagi di sini. Aku di sini cuma sebentar mungkin hanya seminggu atau dua minggu, hanya ada beberapa hal yang perlu diselesaikan.” Jelasnya.

“Lalu, kamu sendirian?” Tanya Heka yang tidak melihat seorang pun di sekitarnya.

“Tidak, aku sedang menunggu kakakku. Dia akan menikah. Karena itu aku kembali ke sini. Bagaimana denganmu?” Clancy penasaran apa yang sedang dia lakukan di taman.

“Hanya jalan-jalan.” Jawabnya dengan singkat. Dia tidak mungkin mengatakan kepada Clancy siapa yang baru saja dia temui. Lagi pula Clancy juga tidak mengenalnya.

“Kamu terlihat baik-baik saja, pasti tidurmu sudah kembali normal.”

Dia memang tidak pernah menceritakan semua yang dia lalui kepada semua orang yang dia kenal. Tetapi dia berpikir mengapa mereka tahu itu, termasuk beberapa treatment yang pernah dia jalani. “Benarkah? Padahal tadi malam aku tidak tidur.”

“Cobalah treatment lainnya, siapa tahu itu akan berhasil.” Kata Clancy yang mengingatkannya akan tawaran bantuan dari Ansel.

Saat ini, dia memang sangat ragu dengan Ansel. Karena Ansel adalah tipe orang yang sangat agresif dan dia tidak nyaman dengan itu. Namun nampaknya Ansel sangat yakin jika dia bisa membantunya.

Dia sedang berada di ambang takdir. Jika dia menerima bantuan dari Ansel, dia akan merasa bahwa dia pasti akan bisa tidur. Namun jika dia tidak menerimanya, itu berarti tidak akan pernah lagi mendapat kesempatan seperti ini untuk kedua kali selamanya.

“Belum, aku sedang memikirkannya.”

“Kamu tidak perlu memikirkannya, tapi kamu harus melakukannya. Ambilah kesempatan itu, yang terpenting untuk saat ini adalah kesehatanmu. Tidur itu sangat penting dan jantungmu tidak akan merasa sesak. Jangan pikirkan yang lain, biaya atau seperti apa treatmentnya.” Kata Clancy yang meyakinkannya lebih baik menerima ulur tangan dari Ansel.

Karena dia masih terdiam, Clancy pun melanjutkan. “Memangnya seperti apa treatment yang baru itu? Apa biayanya sangat mahal? Apa itu sangat menakutkan?”

“Entah, aku tidak tahu.” Jawabnya dengan singkat.

Clancy mencoba untuk meyakinkan, “Tetap saja kamu harus mencobanya, jangan memikirkan hal lain selain kesembuhanmu. Itu yang paling penting.”

Mendengar kalimat itu, Heka mulai goyah dan keyakinannya untuk menerima tawaran dari Ansel perlahan semakin kuat. Dia merasa Clancy ada benarnya, untuk saat ini yang harus dia utamakan adalah kesembuhannya dan harus mengesampingkan lainnya.

“Itu kakakku sudah datang.” Kata Clancy yang melihat kakaknya. Dia terlihat menjinjing beberapa gaun, itu pasti untuk pernikahannya. Mereka sekeluarga memang kembali ke China, kecuali kakaknya.

“Hai, Heka.” Sapa kakak Clancy, dia terlihat sangat bahagia. “Kamu datang ya di pernikahanku.”

“Iya.”

“Clancy ayo kita pulang. Heka, maaf ya kami pulang dulu.” 

Heka pun hanya tersenyum tanpa mengatakan satu kata pun.

Tetapi Clancy mengatakan sesuatu untuk berpisah, “Bye Heka.”

Setelah mereka pergi, Heka masih duduk di tepi danau. Dia ingin menunggu sunset. Setelah itu, dia akan pulang.

Dia menerima sebuah pesan dari Ansel.

Heka ayo kita bertemu lagi. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan. Ini tentang kesembuhanmu, kakekku bisa melakukannya. Beritahu aku kapan waktu luangmu dan tempat untuk kita bertemu.

Kini dia merasa bahwa dia memang harus menerima tawaran dari Ansel. Meskipun dia merasa bahwa akan ada perubahan besar yang akan terjadi jika dia melakukannya. Namun, apapun itu dia harus menerima apapun resikonya.

Dia merasa nasihat kakeknya sangat benar, sebenarnya dia harus mengindari Ansel. Kini dia memutuskan untuk mengiraukannya saat ini dan mengabaikan pesan itu. Dia hanya ingin bernapas sejenak mudah. sebelum dia merasa dadanya terasa sesak untuk bernapas.

Satu hal yang dia tahu hanya kakek Ansel yang dapat menyembuhkannya.

Sekarang dia harus menerima dan menjalani apapun yang nantinya akan terjadi.

“Sepertinya aku harus membukakan pintu untuk Ansel dan masuk ke dalam hidupku. Meskipun ada hal yang sangat menyeramkan di tangannya dan mungkin itu bisa membunuhku.”

Meskipun dia merasa sangat khawatir dan takut, tetapi dia harus melakukannya.

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang