First Exorcism Part 3

10 9 1
                                    

Saat fayfiend mendekat Ansel menutup mata dan mengayungkan tongkat yang dia pegang begitu saja dengan cepat. Dia bahkan tidak berpikir apakah ayunan tongkatnya mengenai fayfiend atau tidak.

Ayunan tongkatnya terasa menyentuh sesuatu dan dia memperkuat ayunan sekuat tenaga. Dia membuka mata dan melihat fayfiend terjatuh. Tanpa berpikir panjang dia mencoba berdiri sekuat tenaga. Dia sangat bersyukur karena masih memiliki tenaga. Hanya saja dia merasa bahwa itu sisa tenaganya yang terakhir.

Dia menggunakan sisa tenaganya untuk berlari mendekati fayfiend dan menusuknya dengan pisau.

Fayfiend menendangnya. Tubuh Ansel terlempar dan menghantam mobil. Hantaman itu sangat keras hingga dia muntah darah. Dia merasa sangat lemas dan tidak sanggup lagi untuk menyerang.

Dia melihat fayfiend yang berdiri dan berjalan ke arahnya. Tubuhnya sedikit demi sedikit terbakar karena luka tertusuk. Meskipun pisau itu buatan manusia, tapi seolah telah menjadi fayfiend sepenuhnya. Kini berhasil membakar tubuhnya.

Ada sesuatu yang tidak dia mengerti, tubuh fayfiend seperti terbakar secara perlahan. Pisau yang dia tusukan membuat tubuhnya terbakar. “Apa yang terjadi? Mengapa fayfiend bisa terbakar hanya karena tusukan pisau?”

Meski begitu hanya dengan melihat fayfiend yang terbakar secara perlahan membuat Ansel merasa lega. Dia tidak perlu lagi mengkhawatirkan apapun, khususnya nyawanya.  Satu-satunya hal yang mengancam nyawanya telah lenyap terbakar menjadi abu dan hilang begitu saja dihempas angin.

Dari apa yang di pikiran, hanya ada satu kesimpulan. Tentu saja, pisau telah berlumur darahnya sebelumnya. “Apa mungkin itu karena darahku masih menempel di pisau itu? Atau mungkin karena aku telah mempunyai guardian spirit?”

Itu menjadi pertanyaan besar bagi Ansel. Tidak mungkin pisau yang berlumuran darahnya bisa membuat fayfiend terbakar.

Dia memperhatikan tubuh fayfiend yang terbakar secara perlahan dan berubah menjadi abu. Fayfiend adalah mahluk immortal. Tubuh dan jiwanya menyatu. Jadi bila fayfiend mati itu artinya lenyap sepenuhnya.

Tidak seperti manusia, saat meninggal jiwanya akan terpisah dari tubuh. Itu akan menjadi jiwa yang bebas. Tapi tidak akan bebas sepenuhnya, karena banyak mahluk immortal yang mengincar jiwa manusia sebagai nutrisi untuk memperkuat kekuatan jiwa immortal.

Ansel memang mengerti bahwa darah manusia dengan darah shenmorta sangat berbeda. Darah dan jiwa manusia merupakan makanan fayfiend dan dapat membuatnya kuat.

“Tapi itu tidak mungkin bisa membakar fayfiend seutuhnya.”

Walau berbeda, tapi mereka mempunyai kesamaan, membutuhkan jiwa manusia untuk bertahan hidup. Hanya saja caranya berbeda. Fayfiend harus membunuh dan dapat langsung menyerap jiwa manusia. Sementara shenmorta membutuhkan soul delivery untuk menyerap jiwa manusia yang telah meninggal. Itu pun hanya sebagai penyambung hidup ketika sedang sekarat.

Baginya ini diluar dugaan. Dia tidak menyangka bisa mengalahkan fayfiend. Walaupun harus terbayar oleh luka akibat hantaman. “Sekarang yang terpenting aku telah berhasil mengalahkan fayfiend. Mungkin hanya kakek yang bisa menjelaskan apa yang terjadi.”

Dia tidak tahu berapa waktu yang dia butuhkan untuk menyembuhkan lukanya. Luka yang disebabkan oleh fayfiend telah membakar tubuhnya. Itu juga membuatnya kesulitan untuk bernapas.

Sekarang tubuhnya benar-benar terbakar. Dia berharap bisa menahan rasa sakit hingga sampai di rumah.

Sebelumnya Ansel meragukan dirinya sendiri akan kemampuannya untuk melawan fayfiend. Sekarang saat ini juga Ansel berhasil melawan fayfiend untuk pertama kalinya.

Ansel menoleh ke arah wanita yang dirasuki fayfiend. Dia masih tergeletak di pangkuan ibunya dan belum sadarkan diri.

Ansel mencoba berdiri. Dia menggunakan tongkat untuk membantu tubuhnya berdiri dengan tegak. Tubuhnya Ansel telah retak. Dia memegang perutnya yang tersusuk dan menahan rasa sakit. Sekarang lukanya sungguh terasa sangat menyakitkan. Tubuhnya tidak hanya terasa seperti terbakar, tapi juga sangat lemah. Dia melihat lukanya, darahnya keluar deras.

Ansel menoleh ke arah wanita itu. Dia sudah sadar dan merasa kebingungan. Dia ketakutan saat melihat tangannya penuh dengan darah. Lalu dia menangis terisak dan memeluk ibunya, “Mami, apa terjadi?”

“Tenanglah semua telah baik-baik saja.” Kata ibu itu untuk menenangkan anaknya.

Ansel berjalan perlahan ke arah wanita itu. Dia menggunakan tongkat supaya dapat melangkah dan berdiri tegak sambil memegang perutnya yang tidak henti berdarah. Berjalan selangkah terasa berat baginya. Tapi dia harus tetap berjalan walau merasa pusing.

Dia berdiri tepat di depan wanita itu. Dia melihat tubuh wanita itu tidak terluka parah. Dia lega akan itu. Tadi dia memukul dengan keras. Meskipun tidak nampak, tapi dia berharap perutnya tidak terluka parah. “Apa kamu baik-baik saja?”

Wanita itu memperhatikan Ansel. Matanya tertuju pada perut Ansel yang penuh dengan darah. Lalu dia melihat tangannya dan ketakutan, “Mami… apa aku yang melakukannya?”

Mendengar wanita itu bertanya apakah benar dia yang melakukannya, dia berpikir bahwa kesadarannya tidak hilang sepenuhnya, “Sepertinya dia sadar bahwa tubuhnya baru saja dirasuki oleh fayfiend. Tapi sepertinya fayfiend telah lama berada di dalam tubuh wanita itu. Lalu ada yang menceritakan padanya saat dia kehilangan kendali tubuhnya karena dirasuki fayfiend.”

Ketika dirasuki fayfiend, hati dan pikirannya diambil alih sepenuhnya. Dia tidak tahu apa yang terjadi saat tubuhnya diambil alih. Meskipun begitu dia sadar bahwa sesuatu terjadi dengannya. Hanya saja dia tidak tahu atas semua kekacauan yang telah terjadi disekitarnya. Karena bukan dia yang melakukannya.

Ansel merasa bahwa dia sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit karena tubuhnya terbakar. Apalagi dia kehilangan banyak darah. Itu membuat rasa pusing di kepala Ansel semakin parah. Kehilangan banyak darah membuatnya sangat lemah dan hampir tidak mampu untuk berdiri. Namun dia mencoba untuk bertahan melawan itu semua.

Sayangnya tubuhnya tidak mampu lagi untuk menahan rasa pusing dan sakit yang luar biasa. Pandangannya terlihat kabur. Matanya tidak mampu lagi untuk terbuka dan dia menutup mata.

Lalu semuanya terlanjur menjadi gelap sepenuhnya. Dia tidak bisa menemukan cahaya apapun dan melihat apapun. Meskipun dia mencoba untuk menemukannya. Dia yakinkan dirinya sendiri agar tidak menyerah menemukan cahaya untuk melihat.

***

Ansel membuka mata. Dia melihat di sekeliling banyak pepohonan. “Dimana ini? Apakah ini di hutan? Apakah ini mimpi atau vision.” Dia sama sekali tidak bisa membedakan antara mimpi atau bukan. Baginya mimpi atau tidak, itu sama saja. Semua yang dia mimpikan akan menjadi kenyataan.

Bagi Ansel, mimpi adalah vision.

Dia merasa bahwa dia sedang memegang pedang. “Viorenving? Apakah aku akan bertarung?” Untuk kali ini dia belum bisa mengartikan tentang visionnya.

Viorenving bergerak sendiri. “Apa ini?” Itu membuatnya ketakutan. Dia mencoba melepaskan Viorenving dari genggamanya. Tapi tidak bisa.

Pedang itu mengangkat tangannya. Lalu menuntunnya. “Kemana kamu akan membawaku?” Dia hanya berjalan mengikuti Viorenving.

Dia melihat ada Heka di depannya. “Heka…”

Viorenving bergetar dengan cepat. Ansel berusaha menahannya. Pedang itu menyeretnya dengan cepat ke arah Heka. Dia berusaha untuk melawan Viorenving, karena dia merasa bahwa pedang itu mengincar Heka. “Jangan lakukan itu!!! Berhenti!!!”

Dia kewalahan dan tidak sanggup menghentikan Viorenving. Dia meminta Heka yang menjauh. “Heka, pergilah!!! Pergilah cepat!!! Aku tidak bisa menahannya. Cepat pergi!!!”

Berkali-kali dia meminta Heka untuk pergi. Tapi Heka sama sekali tidak bisa mendengarnya. Tentu saja karena ini hanya dunia ilusi. Ilusi tentang vision yang akan terjadi padanya dan Heka.

Pada akhirnya, pedang itu menusuk Heka. Ansel hanya terpaku melihat dirinya sendiri yang telah membunuh Heka.

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang