Kamar yang disiapkan oleh Mariana adalah kamar Lorena yang dulu. Ranjang, meja rias dan meja belajarnya masih sama seperti yang dulu. Itu berarti Treva Ritshel sama sekali tidak membeli properti baru. Hanya saja warna catnya yang telah berubah.
Tapi sepertinya pemilik baru juga sama sekali tidak berniat untuk melakukan renovasi ulang keseluruhan.
Saat dia meninggalkan rumah ini dia masih sekolah menengah atas. Ketika itu dia masih terlalu dini untuk memutuskan bagaimana dia hidup selanjutnya.
Dia sangat beruntung karena Pak Ritshel tidak hanya membeli rumahnya. Namun semua properti yang ada. Tetapi untuk properti Pak Ritshel menggantinya untuk biaya sekolah hingga lulus. Sementara itu dia pindah di rumah yang lebih kecil untuk mengehemat biaya. Itu lebih baik daripada tinggal di panti asuhan.
Selama sekolah Lorena juga bekerja paruh waktu. Bagaimana pun juga dia harus mempunyai penghasilan untuk bertahan hidup, karena dia sebatang kara.
Dia juga ingat saat dia pindah, dia tidak membawa semua barangnya. Pak Ritshel juga berjanji menyimpannya di ruang bawah tanah. Itu juga tempat dimana Hansel menyimpan crystal itu. Lorena berpikir mungkin ini waktu yang tepat untuknya memasuki ruang bawah tanah dan mengambil crystal itu.
Lorena keluar dari kamar dan pergi ke kamar Mariana. Dia melihat Mariana sedang merajut. Dia mengetuk pintu dengan sangat pelan supaya Mariana tidak merasa terganggu.
Mariana tersenyum ke arah Lorena. Dia pun masuk. Dia melihat benang rajutan yang berserakan. “Apa yang sedang kamu rajut?”
“Ini sweater untuk putriku.” Mariana memperlihatkan hasil rajutannya. Meskipun belum selesai, tetapi sweater itu nampak cantik dengan benang pink.
Mariana pun melanjutkan kata-katanya, “Sebentar lagi dia ulang tahun. Dia ingin hadiah sweater. Dia pasti senang sekali dengan sweater ini.”
Namun Lorena sadar bahwa dari tadi dia sama sekali tidak melihat anak kecil di rumah dan jelas Mariana tinggal seorang diri. “Lalu dimana putrimu?”
“Dia tinggal dengan ayahnya setelah kami bercerai.”
Mendengar kondisi Mariana, dia merasa bahwa seharusnya dia tidak menanyakan tentang putrinya. Dia sangat memahami apa yang dirasakan Mariana. Tapi dia rasa Mariana masih lebih beruntung daripada dirinya. Dia masih memilki kesempatan untuk melihat putrinya.
Supaya suasana tidak larut dalam kesedihan, Lorena merasa sebaiknya dia mengalihkan pembicaraan. “Aku ingat sebelum aku pindah, aku meninggalkan beberapa barangku. Pak Ritshel bilang dia menyimpannya di ruang bawah tanah. Apa kamu telah membuangnya?”
“Entahlah, sepertinya masih. Sejak pindah di rumah ini aku sama sekali belum pernah masuk ke ruang itu.”
Respon dari Mariana membuatnya sangat lega. Karena itu berarti belum ada orang yang menyentuh crystal itu. Dia meminta ijin untuk memasuki ruang bawah tanah. “Bolehkah aku masuk ke ruang itu? Aku ingin mengambil barang-barangku.”
“Tentu saja boleh. Tetapi apa kamu akan melakukannya sekarang? Sebaiknya besok saja. Ini sudah malam.”
“Tentu saja tidak. Aku akan melakukannya besok. Aku hanya meminta ijin darimu. Bagaimana pun juga sekarang kamulah yang memilki hak sepenuhnya untuk rumah ini.” Sepertinya Tuhan masih memberkatinya karena Tuhan telah memudahkan untuk mengambil crystal itu. “Sebaiknya kamu lanjutkan ini besok. Ini sudah malam, jangan memaksakan diri.”
“Kamu benar. Kalau begitu aku akan membereskannya. Kamu juga sebaiknya istirahat.” Saran Lorena kepada Mariana. Dia melihat matanya sudah mulai lelah.
“Selamat malam.” Lorena berdiri dan berjalan menuju pintu. Langkahnya terhenti, dia berpikir untuk mengatakan hal yang sangat manis kepada Mariana agar rasa kesedihannya berkurang. “Putrimu sangat beruntung mempunyai ibu sepertimu. Aku jadi iri.”
Dia tersenyum setelah mendengarnya. Lalu Lorena meninggalkannya sendirian.
***
“Ruang ini sangat berdebu.” Guman Lorena ketika masuk ke ruang bawah tanah. Padahal itu sangat wajar karena tidak ada yang merawat ruang ini. Hal ini membuat semua benda lapuk dan berkarat. Dia bahkan tidak yakin ada barang-barang yang bisa dia bawa.
Setidaknya dia membawa beberapa barang miliknya. Karena dia telah terlanjur bilang pada Mariana. Dia membuka sebuah kardus yang berada di urutan paling atas.
Di dalam kardus itu ada pakaian milik ibunya. Dia mengambil salah satu dress yang sering di pakai ibunya dulu. Dress itu berwarna coklat muda dengan bahan sifon.
“Aku akan mengambil ini.” Dia telah memutuskan untuk mengambil beberapa baju milik ibunya. Lalu dia teringat tentang anak Mariana. Dia pun mencari kardus yang berisi beberapa mainan dan aksesoris miliknya dulu waktu masih kecil. Dia berencana memberikan miliknya kepada anak Mariana.
Lorena merasa dia telah cukup lama mengobrak-abrik semua yang ada di ruang bawah tanah. Namun dia sama sekali tidak menemukan keberadaan crystal itu.
Dia sangat yakin bahwa Hansel menyimpan crystal di ruang bawah tanah. “Apa Hansel telah berbohong? Tetapi dia tidak mungkin berbohong. Lalu dimana dia meletakkan crystal itu?”
Setelah pembantaian itu, Hansel menyembunyikan crystal yang diincar fayfiend. Dia meletakkannya di dalam ruang bawah tanah.
Untuk sekian kalinya dia sangat berharap seandainya saja Hansel masih hidup. Pasti semuanya terlihat mudah. Hansel juga pasti tidak akan membiarkannya berada dalam kesulitan.
Dalam keadaan menyerah untuk menyari crystal itu dia ingat Hansel bernah mengatakan sesuatu tentang crystal. Dia berkata, “Ren ingat ini baik-baik. Ini mengenai crystal. Pintu – hari ulang tahun aku – namaku.”
Setelah mengingatnya Lorena berdiri dan berjalan ke arah pintu. “Pintu, ulang tahun Hansel, lalu Hansel.”
Dia masih mencoba mencerna maksud dari kata-kata itu. “Apa mungkin itu lantai? Hansel lahir pada 20 Januari.”
Lorena melangkah sambil menghitung jumlah lantai yang dia injak. Setelah lantai ke-20, dia mempunyai dua pilihan apakah lantai di sebelah kanan atau kiri.
“Lantai yang kanan atau kiri?” Tetapi dia memutuskan untuk memeriksa kedua lantai itu. Awalnya dia memeriksa lantai sebelah kiri. Tetapi lantai itu sama sekali tidak bisa dibuka. Dia berpikir untuk menghancurkan lantai supaya bisa menemukan crystal. “Sepertinya aku harus menghancurkan lantai ini terlebih dahulu.”
Kemudian Lorena memeriksa lantai di sebelah kanan. Ketika kakinya berada di lantai itu, dia merasa bahwa lantai itu bergoyang. Dia menghentakkan kakinya beberapa kali untuk memastikan bahwa lantainya memang bergoyang.
“Pasti ini.” Dia langsung membuka lantai itu. Di baliknya terdapat sebuah peti kecil dengan tulisan, “Diaphanite. Aku telah menemukannya.”
Lorena merasa sangat senang telah menemukan crystal itu. Karena dengan itu dia bisa membantu kakek dan Ansel untuk membunuh fayfiend. Baginya ini tidak hanya sekedar balas budi, namun juga sebagai balas dendam atas kematian keluarganya.
Pada akhirnya moment yang dia nantikan akan segera datang.
Selama ini dia memang terdiam dan terlalut dalam trauma tentang pembantaian yang dilakukan fayfiend terhadap keluarganya. Tetapi karena dia tahu bahwa dia lemah dan tidak bisa melakukan apapun, Lorena memilih diam. Sebab jika dia melawan fayfiend itu artinya dia mengorbankan jiwanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Delivery
FantasyDo you know why demon and other evil hunt human? They stop when get it. Is there a secret behind it? or do they hate human? Or Do they revenge to human? If they hate human, why don't they destroy all the of human? It is complicated. But it is...