2032
Ansel bangun dari tidurnya. Dia merasa sangat lelah dan lemah.
Masih di ranjangnya, dia duduk. Dia melihat ke arah jendela. “Sepertinya ini sudah sangat siang.” Dia bangun dan berjalan menuju ke arah jendela.
Dia membuka jendela. Dia bisa merasakan hangatnya sinar matahari di musim gugur.
Tapi itu semua tidak bisa mengobati apa yang telah dia rasakan. Semua orang telah meninggalkannya. Kini hanya dia seorang diri. Dia merasa sangat kesepian.
Kakek telah meninggal empat tahun lalu. Kemudian Lorena dan Andrew telah menikah. Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk menemaniya. Ansel juga merasa tidak enak bila mengunjungi mereka setiap hari hanya unsur mengusir rasa bosan.
Mengingat hal itu, Ansel berbalik. Dia menjatuhkan tubuhnya dan duduk di bawah jendela. Muncul sebuah kata di benaknya.
“Korea. Apa yang akan terjadi pada negara itu? Haruskah aku pergi ke sana untuk mengetahui apa yang akan terjadi? Akankah aku tersiksa bila aku abaikan itu begitu saja?”
Ansel merasa bahwa pikirannya sangat berantakan. Hatinya juga selalu tidak tenang. Apa sesuatu yang mengusik hidupnya.
Dia merasa bahwa hidup yang dia jalani adalah milik orang lain. Dia adalah ayahnya. Dia penasaran apa yang telah dilakukan oleh ayahnya selama hidup. Hingga seakan membuatnya terobsesi. Secara tidak langsung dia dituntun untuk menjalani hidup yang sama seperti apa yang ayahnya lakukan.
Tapi itu memang fakta. Beberapa anak pasti akan selalu mengulangi hidup yang dijalani oleh orangtuanya.
Ada sesuatu yang seolah memaksa dirinya tertarik dengan trading. Apalagi beberapa orang yang baru dia temui juga melakukannya. Bahkan mengajaknya melakukan hal yang sama.
Baginya, itu adalah sebuah circle yang tidak akan pernah bisa dia tinggalkan. Meskipun beberapa kali mencobanya, ujungnya pasti akan kembali lagi ke dalam circle Itu. Seolah itu menjadi sebuah hukuman karena berusaha untuk menghindari jalan hidup yang seharusnya dia alami.
***
Korea
Ansel memutuskan untuk mengunjungi Korea pada autumn 2032. Ada beberapa alasan mengapa dia memutuskannya. Pertama untuk mengusik rasa kesepian dan kebosananya. Kedua untuk mengetahui apa yang akan atau sedang terjadi di tempat itu.
Selama di Korea, tidak banyak tempat yang dia kunjungi. Seperti Eungbongsan pailiun, Ipseokpo, dan Seoul Forest park.
Semua tempat yang dia kunjungi nampak sangat lovely. Dia bisa merasakan perbedaan yang sangat besar dengan Amerika.
Di Amerika sebuah taman nampak sangat sederhana dan natural. Itu terlalu natural. Berbeda di Korea semuanya sangat astetik.
Lalu dia berjalan tanpa arah. Hanya mengikuti kemana langkah kakinya membawanya. Tanpa sadar hari telah malam.
Dia berhenti di sebuah tempat. Tempat itu seperti sebuah kompleks khusus untuk penduduk yang menganut kepercayaan islam. Dia bisa merasakan sebuah aura mahluk immortal yang sangat kuat. Itu adalah Usadan Street.
Sepanjang jalan itu ada beberapa kedai dengan label halal. Ansel sama sekali tidak mengerti mengapa orang yang menganut islam terlalu menganggap bahwa anjing dan babi adalah hewan yang sangat murka sehingga harus dijauhi.
Padahal binatang sama sekali tidak jahat, mereka tidak akan pernah menyakiti manusia. Kecuali merasa terancam. Bahkan meski menyerang, belum tentu juga para binatang itu akan menang. Bukankah itu sudah jelas, yang berbahaya adalah manusia bukan binatang.
Ansel jadi ingat sebuah ayat di Alkitab, Markus Pasal 7 ayat 15. Tidak ada sesuatu dari luar yang masuk ke dalam orang bisa membuat orang itu najis. Sebaliknya yang keluar dari seseorang, Itulah yang membuat najis.
Lalu ayat itu dipertegas dalam ayat 19. Sebab yang masuk itu tidak lewat hati, tapi lewat perut dan kemudian keluar lagi. Dengan kata-kata itu Yesus menyatakan bahwa semua makanan Itu halal.
Di sepanjang jalan dia bisa mencium bau bunga yang menyengat, bau dupa dan bau lainya. Itu membuat perutnya merasa mual dan tubuhnya merasa sangat lemah.
Semenjak dia kehilangan Rhea, dia kembali ke dirinya yang dulu. Tubuhnya mudah lemah saat bertemu dengan sesuatu yang berbau Immortal realm.
Kakeknya pernah berkata supaya dia mencari guardian spirit lagi. Akan lebih mudah baginya melakukan exorcist bila memiliki guardian spirit.
Tapi dia menolaknya. Dia merasa bahwa sebaiknya membiarkan pedangnya kosong. Dia takut bila ada guardian spirit di dalamnya, hanya akan membawa malapetaka. Seperti yang terjadi pada Rhea.
Telah menjadi naluri bagi seorang guardian spirit untuk melindungi tuanya. Guardian spirit akan melakukan apapun yang tuanya perintahkan. Sekalipun itu mengorbankan nyawanya sendiri.
Ansel melihat seorang gadis yang berdiri menatapnya. “Tatapannya sangat menyeramkan. Apakah dia kerasukan?”
Ada beberapa pelajar yang lewat melinntasinya. Dia bisa mendengar percakapan mereka. Hanya saja dia sama sekali tidak bisa mengerti apa yang mereka katakan.
Langkah kakinya terhenti saat mendengar sebuah teriakan. Dia menuju ke gedung tempat dimana suara teriakan itu berasal.
Suara itu berasal dari sebauh apartemen kecil. Jang Mi Apartemen.
Dia hanya berdiri di depan gedung itu. Dia tidak bisa masuk begitu saja, karena dia tidak tahu nomor rumah yang menjadi sumber dari teriakan itu. Tapi dia bisa merasakan aura gelap dari gedung itu.
Ansel mendengar seseorang di belakangnya.
“저기” (jeogi)
Dia hanya anak-anak laki-laki yang baru saja pulang sekolah. Dia membawa tas. Ansel bisa menebak isi dari tas itu pasti penuh dengan buku. Itu sangat berat.
Ansel sama sekali tidak mengerti apa maksudnya, jadi dia terus terang saja. “Pardon me, I don’t speak Korea.”
“죄송 합니다.” (joesong habnida). Lalu dia pergi begitu saja dan masuk ke dalam.
Tapi Ansel menghentikannya. “Heeyy…”
Anak itu menoleh.
Ansel mengambil ponsel. Lalu dia mengetik kata-kata di google translate. “Aku mendengar suara teriakan dari gedung ini. Apa kamu tahu apa itu?”
“누군가 분신사바를 연주했습니다.” (nugun ga bunsinsaba reul yeonju haetseupnida). Karena tahu bahwa Ansel sama sekali tidak mengerti apa yang dia ucapkan, dia mengambil ponsel itu dan menuliskan apa yang berupa saja dia katakan.
“Seseorang telah bermain bunshinsaba. Permainan apa itu?”
Sebelum anak itu menjawab, ada seseorang yang memanggilnya. Semua itu tidak bisa dimengerti oleh Ansel. Lalu mereka masuk ke dalam apartemen begitu saja dan meninggalkan Ansel.
“Sepertinya orang korea memang sangat arogan.” Gumanya. Dia pergi meninggalkan gedung itu. Tapi setidaknya dia menemukan sesuatu yang sangat menarik.
Bunshinsaba.
***
Ansel berada di sebuah Café yang berada di depan Jang Mi Apartmenet. Café itu adalah Terrarosa.
Dia merasakan bahwa ada sesuatu yang akan terjadi di area yaitu. Karena itu dia memilih untuk tidak meninggalkan tempat itu.
Dia hanya minum kopi dan sibuk dengan ponselnya. Dia masih penasaran tentang bunshinsaba. Sebuah permainan yang berhubungan dengan berkomunikasi dengan dunia lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Delivery
FantezieDo you know why demon and other evil hunt human? They stop when get it. Is there a secret behind it? or do they hate human? Or Do they revenge to human? If they hate human, why don't they destroy all the of human? It is complicated. But it is...