Heka membuka mata. Dia masih berada di dalam bak. Dia tidak sadar bahwa dia ketiduran. Tubuhnya sudah terasa panas. Itu berarti tubuhnya tidak lagi membeku. Dia mematikan keran dan segera bangun.
Setelah keluar dari kamar mandi. Rumahnya menjadi banjir. Dia mengecek seluruh ruang. “Semuanya penuh dengan air.”
Dia mendengar suara ketukan pintu. “Pasti ada protes.” Dia berjalan ke depan dan membuka pintu. Sesuai dengan dugaannya, itu tetangganya. Mereka sepasang suami istri.
“Heka apa kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi? Mengapa rumahmu penuh dengan air?”
Heka menjelaskan, “Aku hanya lupa mematikan keran. Maafkan aku.”
“Apa kamu baik-baik saja? Kami tahu ini pasti sangat berat bagimu. Bila kamu membutuhkan bantuan jangan ragu untuk menghubungi kami.”
“Baik, terima kasih banyak. Aku akan membersihkan rumah dulu.” Kata Heka dan langsung menutup begitu saja. Baginya, dia sama sekali tidak membutuhkan perhatian atau belas kasihan terhadap siapa pun.
Dalam sudut pandang Heka, mulut semua orang itu sama saja. Mereka hanya sekedar mengeluarkan kata-kata manis. Tapi apa yang telah mereka katakan, pastikan akan menarik kembali saat diingatkan.
Karena itulah selama ini, dia lebih memilih untuk menjadi orang yang pendiam dan tertutup. Seolah dia tidak mau membuka diri bagi dunia.
***
Setelah membersihkan rumahnya. Dia membuka jendela dan hanya menatap langit yang penuh dengan bintang. “Bisakah aku berharap untuk menjalani hidup yang lebih tenang? Tidak ada yang pergi meninggalkanku sendiri. Tidak ada yang mengkhianatiku. Tidak ada yang melukaiku.”
Heka tidak tahu lagi bagaimana dia hidup selanjutnya. Dia merasa hancur tidak ada gunanya lagi baginya untuk hidup. Hidupnya kosong, semua yang dia miliki telah hilang.
Kini dia merasa hanya menjadi beban bagi orang lain, Clancy dan juga Ansel. Dia juga sadar semua orang disekelilingnya selalu ada untuknya dan membantunya saat dia sedang terpuruk. Ironinya dia selalu menutup diri dan menolak melihat apa yang terjadi pada orang yang selalu ada untuknya.
Dia menutup jendela. Air matanya keluar ketika dia ingat apa yang terjadi kepada kedua orangtuanya. Itu menjadi mimpi paling buruk sepanjang hidupnya. “Seharusnya aku yang mengalami kecelakan itu, bukan kalian. Seharusnya aku yang meninggal, dan bukan kalian. Maafkan aku karena tidak beguna sebagai anak…”
Di dalam benaknya, dia berharap akan ada suatu keajaiban. Heka berharap bisa memutar waktu dimana dia bisa menyelamatkan kedua orangtuanya dari maut.
Bila Heka harus membayar, dia akan mempertaruhkan jiwanya sendiri sebagai gantinya. Bukan orang lain, apalagi orang yang penting dalam hidupnya.
“Ansel…”
Hanya satu kata, satu nama orang yang bisa memberinya keajaiban. Tapi dia tidak mungkin meminta bantuan Ansel. Ansel telah terlalu banyak membantunya, dia tidak ingin lagi menjadi beban untuk Ansel. Apalagi dia merasa tidak nyaman dengan Ansel. Ada sebuah firasat buruk yang dia rasakan.
“Tidak mungkin. Dia telah banyak membantuku. Aku tidak mau lagi membebaninya. Lebih baik aku menjauh darinya, dari hidupnya. Sepertinya lebih baik untuk kami tidak bertemu selamanya.”
Itu keputusannya dan janji untuk dirinya sendiri. Apapun yang terjadi pada dirinya, lebih baik untuk tidak melibatkan Ansel.
Dia ingin sekali melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri memulai hidup baru. Bagaimanapun juga dia masih hidup meskipun telah kehilangan segalanya. Tapi dia tidak tahu bagaimana harus memulainya.
“Mungkin aku harus kembali ke titik awal. Tidak ada salahnya kembali ke tempat dimana semua dimulai dan berujung kehancuran. Rumah di tengah hutan itu.” Pikiranya kembali terpusat pada rumah itu.
Dia ingat betul segala keanehan terjadi pada dirinya terjadi sangat cepat. Itu dimulai saat di keluar dari rumah misterius yang ada di tengah hutan. Dia memutuskan untuk kembali ke rumah itu dan mencari tahu apakah dia bisa memperbaiki semuanya.
Heka dengan jelas nama dari rumah misterius itu ‘Kiervant Sky’. Awalnya dia tidak memperdulikan arti dari nama itu. Sekarang dia merasa bahwa dia harus mengetahui arti dari kata ‘Kiervant Sky’.
Dia langsung membuka laptop dan masuk ke Google pencarian. Dia ketik kata ‘Kiervant Sky’. Tidak ada sumber yang berkaitan dengan Kiervant Sky.
“Apakah apa yang dikatakan Ansel benar? Apakah rumah itu memang benar berada di dunia immortal? Mungkin aku harus kembali ke rumah itu.” Dia ingat apa yang dikatakan Ansel tentang rumah itu dan apa yang terjadi pada tubuhnya yang membeku.
Keputusan Heka telah bulat dan dia akan kembali ke Kiervant Sky. Meskipun dia harus menanggung konsekuensinya yang mungkin jauh lebih besar daripada sebelumnya. Dia harus melakukannya.
Dalam benaknya. Seolah ada seseorang yang memanggilnya dan menyuruhnya untuk datang ke Kiervant Sky.
Dia harus menyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak akan lagi mengorbankan orang lain. Jika harus membayar, dia akan menawarkan dirinya sendiri.
***
Heka sampai di depan Kiervant Sky. Tidak ada yang berubah dari rumah itu, kecuali sebuah kotak surat.
Saat pertama kali dia masuk ke rumah itu, belum ada kotak surat. Di kotak surat itu tertulis kata-kata.
“Tulis keinginanmu di sini dan kamu akan masuk ke dalam dunia yang kamu inginkan, Marchio.”
Heka bukan tipe orang yang mudah percaya dengan takhayul dan dia hiraukan kata-kata itu begitu saja. “Lebih baik aku masuk ke dalam.”
Ketika masuk ke dalam Kiervant Sky. Dia berdiri di samping pintu. Dia melihat ada banyak perubahan dalam rumah itu.
Rumah itu tidak lagi nampak kosong tidak berpenghuni. Di dalamnya ada beberapa penuh dengan lilin yang melayang.
Walau telah ada perubahan pada rumah itu, tetapi itu tidak mampu mengusir semua rasa takut. Dia takut setelah keluar dari Kiervant Sky, hal tragis akan terulang kedua kali.
Tapi Heka memberanikan diri mengambil satu langkah. Lalu dia mendengar ada suara menyerupai suara alat pemadam api. Semua lilin menyala. Warna apinya sangat jauh berbeda, apinya berwarna biru. “Tempat apa ini?”
Dia mendekati lilin dengan api biru itu. Tubuhnya terasa hangat dan tidak lagi kedinginan. Dia tersenyum karena dia merasa bahwa dia telah jatuh cinta dengan Kiervant Sky.
Dia melangkah ke ruang bagian kiri. Ruang yang berisi dengan kepompong raksasa.
“Kemana kepompong itu?” Sayangnya kepompong itu telah menghilang. Itu membuat Heka semakin tidak mengerti tentang semua keanehan yang terjadi.
Padahal kepompong itu mempunyai akar yang kuat dan tertancap di atas tanah. Sekarang hilang begitu saja.
Heka pergi meninggalkan ruang itu dan segera naik ke lantai atas. Sebab dia masih trauma dan takut jika kepompong itu muncul lagi secara tiba-tiba. Dia hanya berusaha menghindar dari mimpi buruk.
Di lantai atas tidak seperti lantai bawah yang kosong. Ada sebuah sofa panjang. Di sampingnya ada meja kecil, di atasnya ada sebuah lilin, teko dan cangkir.
Dia mendekati sofa itu. “Sepertinya ada yang menghuni rumah ini. Tapi mengapa dia tinggal di tempat yang terpencil seperti ini?”Dalam pikirannya penuh dengan pertanyaan siapa pemilik Kiervant Sky.
Heka merasa melupakan sesuatu. Dia lupa bahwa Kiervant Sky tidak berada di dunia nyata, tapi dunia immortal. “Mungkinkah semua yang hidup di dunia immortal menjalani kehidupan seperti ini?” Dia menjadi tertarik dengan dunia immortal.
Pandangannya tertuju pada teko yang mempunyai design abad pertengahan. Bentuknya sangat klasik dan antik. Teko itu berwarna emas. Ada ukiran naga melingkarinya.
Dia mengambil teko itu. Teko itu terasa berat, dia seperti mendengar suara air di dalamnya. Dia membuka teko. Di dalam teko berisi air yang berwarna merah dan berbau seperti wine.
“Augh…” Teriak Heka. Ada sesuatu yang menggigit jarinya. Jarinya berdarah. Dia menggigit jari supaya darahnya tidak lagi keluar. Matanya tertuju pada ukiran naga di teko yang bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Delivery
FantasyDo you know why demon and other evil hunt human? They stop when get it. Is there a secret behind it? or do they hate human? Or Do they revenge to human? If they hate human, why don't they destroy all the of human? It is complicated. But it is...