The End Of Reverse Time Illusion

10 7 1
                                    

Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dunia Reverse Time Illusion jauh lebih menyeramkan daripada dunia nyata. Dia sangat ingin kembali ke dunia nyata. Tapi sepertinya itu sangat sulit baginya. Melihat apa yang ada di hadapnya. “Ansel.”

Di sana ada Ansel yang berdiri dengan memegang pedang. Ansel nampak sangat dingin dan marah. Heka bisa melihat bahwa dia seolah sedang bersiap-siap untuk mengacungkan pedang kepada Heka.

“Ansel apa bisakah kau memberitahukan apa yang terjadi? Aku sama sekali tidak mengerti.” Dia berharap ada jawaban yang bisa dia temukan dari Ansel. Mungkin dia bisa menemukan sebuah petunjuk untuk bisa mengakhiri Reverse Time Illusion.

Meski begitu, Ansel satu-satunya harapannya.

Reverse Time Illusion yang diberikan oleh Marchio, mungkin saja bagi Ansel itu sama sekali bukan hal asing. Apalagi Ansel memiliki banyak pengetahuan tenang metaphysic.

Tapi tidak bagi Heka. Ada banyak pertanyaan tentang semua yang dia alami dalam Reverse Time Illusion.

Muncul sebuah burung di balik tubuh Ansel. “Mahluk apa itu?” Ini pertama kali baginya melihat burung dengan wujud seperti itu.

“Ansel, mengapa kamu hanya diam?” Tanya Heka setelah beberapa lama tidak mendengar satu kata pun dari Ansel.

Tapi Ansel justru berlari ke arahnya. Heka sama sekali tidak bisa menangkap apa yang terjadi.

Dia hanya menyadari satu hal. Dia juga harus pergi menjauh dari Ansel. Ada pedang panjang yang muncul dari tangannya. Dia berjalan mundur, berbalik dan berlari.

Tapi jauh lebih cepat daripada dia. Ansel bisa menyusulnya dan sekarang berada di depannya.

Heka pun berhenti. Dia melihat tatapan mata Ansel yang seolah penuh dengan rasa kemarahan. Dengan melihat pedang di tangan Ansel, sudah jelas bahwa Ansel juga akan membunuhnya dengan pedang itu.

Dia melangkah mundur. “Ansel apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Heka, meski dia tahu apa yang Ansel lakukan padanya.

Ansel hanya terdiam. Dengan cepat dia menusuk Heka dengan pedang itu. Gerakan Ansel sangat cepat. Itu membuatnya tidak mungkin untuk menghindar.

Dari semua yang terjadi di dunia Reverse Time Illusion hanya moment ini yang tidak terjadi. Namun dia harus waspada jika Ansel juga membunuhnya di dunia nyata. “Mengapa Ansel melakukan semua ini? Apakah dia juga akan membunuhku di dunia nyata?”.

Dia juga masih penasaran apa yang akan terjadi di dunia nyata. Apakah Ansel juga akan membunuhnya? Tapi dia ingat bahwa mungkin dia tidak akan kembali ke dunia nyata. Hidupnya telah berakhir di tangan Ansel.

Lalu Heka mengingat suatu peringatan dari Marchio “Hidup atau mati itu semua tergantung apakah kamu bisa menerima kenyataan atau tidak. Jangan salahkah aku apa yang akan terjadi padamu.”

Itu membuat Heka menyadari satu hal. Dia telah mati di dunia Reverse Time Illusion, itu berarti dia sama sekali tidak bisa kembali ke dunia immortal ataupun dunia nyata. Apalagi dia melihat tubuhnya memudar.

Dia mendongak ke arah Ansel. Dia memegang pedang yang berlumuran darah Heka.

“Semuanya telah berakhir. Terima kasih.” Itulah kata terakhir yang dia katakan pada Ansel.

***

“Selamat datang kembali di dunia immortal.”

Dia mendengar suara yang sangat familiar. Itu suara milik Marchio. Bila dia mendengar suara Marchio itu berarti dia masih hidup dan keluar dari Reverse Time Illusion.

“Aku kira kamu akan mati. Ternyata kamu kuat juga. Jangan ceritakan apapun tentang apa yang terjadi. Karena aku sama sekali tidak tertarik.”

Dia membuka mata dan mendapati dirinya tergeletak di lantai. Di depannya Marchio yang duduk dengan membaca sebuah buku.

Marchio mendekatinya. Dia mencengkeram kepala Heka. “Apa kamu masuk ke dalam kepompong milik Jino?”

Dia ingat pertama kali dia masuk ke dalam Kiervant Sky sesuatu menyeretnya ke dalam kepompong. Dia terjebak dalam waktu lama itu. “Ada sesuatu yang menjeratku dan memasukanku ke dalamnya.” Itulah yang sebenarnya terjadi.

Jino keluar dari balik punggung Marchio. Dia meloncat ke arah Heka. Heka melihatnya melilit tangannya. Lalu menggigitnya. “Ouugghhh…” Gigitan Jino terasa jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya.

Heka mencoba berdiri dan langsung bertanya dengan Marchio, “Pantas saja Jino sangat menyukaimu.” Dia kembali duduk di sofa dan melihat bagaimana Jino menggigit heka.

“Apakah sesuatu yang terjadi di dalam Reverse Time Illusion juga akan terjadi di dunia nyata?” Tanya Heka.

“Bukannya aku baru saja berkata jangan katakan apapun karena aku tidak tertarik.”

“Bisakah kau menjawabnya hanya dengan iya atau tidak.” Heka mendesak. Sebab dia sangat ingin tahu apakah Ansel akan membunuhnya.

“Aku tidak akan pernah bisa menjawabnya. Dengar membocorkan masa depan itu merupakan hal yang sangat terlarang. Masa depan itu sangat tidak pasti dan selalu berubah-ubah.” Jelas Marchio yang menolak memberitahu Heka walaupun dia tahu apa yang akan terjadi. “Sebaiknya kamu kembali ke dunia nyata. Sebelum itu jangan lupa makan daging kelinci dulu. Itupun bila kamu masih ingin hidup.”

Semua yang dikatakan oleh Marchio membuatnya kecewa. Tapi apa boleh buat, dia sama sekali tidak bisa tidak bisa memaksa. Apalagi dia sama sekali tidak mempunyai kekuatan untuk melawan Marchio.

Lebih baik dia turuti saja apa yang Marchio perintahkan, mengingat dia sama sekali tidak punya tempat kembali. Hanya Marchio yang bisa dia jadikan tempat untuk pergi.

“Terima kasih banyak atas Reverse Time Illusion. Bolehkah aku menyimpan bulumu?” Heka ingin menyimpannya. Karena dia masih ingin bisa kembali ke Kiervant Sky.

“Terserah kamu. Kamu dapat melakukan apapun dengan buluku. Karena itu sama sekali tidak akan berpengaruh terhadapku. Lagi pula itu hanya sebuah bulu.” Kata Marchio merendah.

Itu sangat bertolak belakang dengan kenyataan. Heka berkata, “Aku tidak akan pernah mungkin bisa melakukan apapun terhadapmu. Apalagi kekuatanmu sangat besar. “ Dia terdiam sejenak. Dia merasakan suasana di Kiervant Sky sangat nyaman untuknya. “Bolehkah aku mengunjungi Kiervant Sky sekali lagi.”

“Untuk apa seorang manusia sepertimu berada di dunia immortal? Berada di sini, itu sama halnya dengan bunuh diri.”

Heka memperhatikan bulu milik Marchio. “Bukankah dengan ini aku bisa pergi ke dunia immortal?”

Bulu di tangan Heka terbang ke arah Marchio. Sekarang berada di tangan Marchio. “Jadi kamu pikir kamu bisa datang kapanpun dengan ini?” Marchio membakar bulu yang dia berikan kepada Heka. “Asal kamu tahu. Kamu bisa datang ke sini, karena aku yang mengijinkanmu. Lagi pula aku juga penasaran. Apa yang bisa membuatmu bertahan selama itu di dunia immortal. Bila kamu seorang shenmorta, aku bisa memakluminya. Tapi lihat dirimu, kamu hanya manusia biasa.”

Kata-kata Marchio mematahkan semangat Heka mungkin dia memang harus berhenti untuk berpikir di luar nalar. “Baiklah kalau begitu aku akan kembali ke dunia nyata.” Dia memperlihatkan Jino yang masih berada di tanganya.

“Jino kemari. Biarkan dia pergi. Dia harus kembali ke dunianya.”

Jino justru berlari dan bersembunyi di balik tubuh Heka. Itu artinya Jino sama sekali tidak ingin Heka pergi.

“Baiklah, aku akan menuruti apa kemauan Jino. Kamu boleh kembali ke Kiervant Sky. Lebih baik sekarang kembalilah ke dunia nyata.” Marchio langsung menyetujui tawaran Heka.

Mendengar itu Jino, pergi dari Heka. Dia kembali kepada Marchio.

“Aku pergi dulu.” Heka pergi meninggalkan Kiervant Sky dan kembali ke dunia nyata.

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang