Endless Illusion Part 2

17 11 0
                                    

Berhubung Hansel sedang berburu mencari makanan, Ansel memanfaatkan moment Itu Untuk menghancurkan penghalang supaya bisa keluar dari illusi.

Ansel menggunakan kapak untuk menghancurkan penghalang yang ada di pohon. Dia memukulnya dengan sangat keras. Hingga pada akhirnya pengalang itu retak.

Dia tersenyum karena sebentar lagi penghalangnya akan retak seutuhnya. Dia terus-menerus memukul hingga penghalangnya hancur.

"Apa kamu pikir hanya dengan menghancurkan penghalang, bisa keluar dari sini?"

Ansel terkejut setelah mendengar suara Hansel. Dia menoleh ke belakang dan berbalik. Dia sama sekali tidak bisa menyadari keberadaan Hansel. Tapi yang jelas, Hansel nampak sangat marah.

Dia ambil langkah mundur, lalu berlari secepat mungkin. Langkahnya terhenti saat dia kembali tepat di pohon itu.

Hansel mengambil kapak. Lalu memukul kaki Ansel dengan pegangan kapak. Ansel terjatuh.

Hansel mencengkeram kepala Ansel, "Bukanya aku sudah bilang satu-satunya cara untuk bisa keluar dari sini adalah dengan mengalahkanku." Dia lemparkan kepala Ansel begitu saja, lalu berjalan menjauh.

Melihat perlakukan Hansel terhadapnya, membuatnya menjadi ragu bahwa dia adalah Hansel. "Keluar dari tubuh Hansel."

Kata-kata itu membuat Hansel berhenti. "Sepertinya sudah terlalu lama kita tidak bertemu hingga kamu lupa dengan kakakmu sendiri."

Ansel melemparkan kapak ke arah Hansel, tapi Hansel bisa menghindar. Dia berteriak "Hansel tidak akan memperlakukan adiknya dengan kasar sepertimu!!! "

"Kamu sudah besar, tapi masih sangat naif seperti dulu. Ansel, dari dulu aku tidak pernah menyukaimu. Selama ini, aku hanya berpura-pura baik padamu. Asal kamu tahu seharusnya kamu yang mati, bukan aku."

Dari apa yang telah dilontarkan Hansel, membuat Ansel menjadi lebih yakin bahwa dia adalah Hansel. Dia berlari ke arah Hansel dan memukulnya tepat di rahang Hansel. Dia tahun bahwa Hansel bisa dengan mudah menghindar. Tapi entah mengapa dia membiarkan Ansel memukulnya.

"Sepertinya kamu merasa senang setelah berhasil memukulku."

Ansel sama sekali tidak bisa memahami apakah orang yang ada di depannya adalah Hansel atau tidak. Dia hanya perlu memastikannya. "Bila kamu memang Hansel, buktikanlah!"

Hansel tidak mengbubrisnya. Dia berjalan menjauhi Ansel.

Ansel berlari dan menghalangi langkah Hansel. "Bila kamu bukan Hansel, aku akan melakukan exorcist."

"Lakukanlah sesukamu."

Ansel berlari ke dalam rumah. Dia langsung menggambar sigil di lantai.

"Berdirilah di tengah-tengah sigil itu."

Hansel menurutinya.

Ansel melukai tangannya sendiri dan meneteskan darah di atas sigil, lalu mengucapkan spells exorcist dan berdoa kepada Tuhan Yesus.

Sayangnya tidak terjadi apapun terhadap Hansel, "Ada apa ini? Mengapa ini sama sekali tidak berguna?"

Ansel menyimpulkan bahwa dia memang Hansel. Tubuh Ansel merasa lemas, dia menjatuhkan dirinya sendiri. "Maaf kak, aku telah meragukanmu."

Dia merasa putus asa, karena sangat tidak mungkin baginya untuk mengalahkan Hansel. "Aku tidak mungkin bisa mengalahkanmu. Tapi aku harus kembali ke dunia nyata, aku harus menyelamatkan kakek. Bila kakak tidak mengijinkan keluar, kakak bisa membunuhku dan kembali ke dunia nyata. Aku yakin kakak bisa melakukanya."

"Bila ingin mati, lakukanlah dengan tanganmu sendiri." Hansel berjalan menjauh, "Satu lagi, tubuhku sudah menjadi immortal. Jadi meskipun kamu membunuhku, aku pasti akan langsung hidup lagi."

"Kalau begitu pulanglah..."

"Aku tidak akan pernah bisa melanggar the rules of realm. Kamu juga pasti sangat paham dengan itu. Sekarang aku sudah menjadi mahluk immortal seutuhnya."

"Lalu katakan padaku, bagaimana caranya supaya bisa keluar dari tempat ini?"

"Bukan aku yang menyeretmu ke tempat ini. Jadi lebih baik kamu biasakan diri hidup di sini. Jangan lakukan apapun."

Itu artinya tidak ada jalan keluar bagi Ansel. Sepertinya Ansel memang harus melepaskan dan meninggalkan semuanya.

***

Ansel telah memutuskan untuk tinggal bersama dengan Hansel. Dia menunggu Hansel keluar di depan pintu.

Hansel keluar, Ansel menyambutnya dengan senyum lebar. "Kak, bolehkah aku ikut?"

Hansel tidak menjawab. Dia langsung pergi begitu saja. Tapi Ansel mengikutinya dari belakang.

Dia telah memutuskan untuk tinggal bersama Hansel. Karena dia sadar bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan. Apalagi sangat mustahil bagi dia untuk bisa keluar dari dunia immortal.

Namun dia sangat yakin bahwa dia bisa keluar dari dunia immortal. Hanya saja dia tidak tahu bagaimana caranya. Tidak ada yang bisa dia lihat. Dia hanya melihat bahwa dia keluar begitu saja.

"Kak, kita mau kemana?"

"Mencari makanan." Jawab Hansel.

"Kak bagaimana rasanya tinggal di dunia immortal? Mengapa kakak bisa terjebak di sini?"

"Entahlah, mungkin karena aku tidak diterima di surga dan neraka. Tidak ada tempat untukku." Jawab Hansel.

Ada satu hal yang dia takutkan, "Bila aku meninggal, mungkinkah aku akan mengalami hal yang sama dengan kakak?"

"Entahlah."

Hansel berhenti.

"Kak, ada apa?"

"Diam!!! Jangan bergerak!!!"

Ansel sama sekali tidak bisa mengerti, tapi dia percaya dengan Hansel. Ada sesuatu yang dia dengar. Dia hanya berdiri.

Dia hanya berpikir, Hansel sudah terbiasa hidup di dunia immortal. Jadi pendengarannya menjadi jauh lebih tajam.

Hansel berbalik dan mengarahkan pedang ke Ansel. Gerakannya sangat cepat.

"Apakah kakak akan membunuhku?" Itulah yang dipikirkan Ansel saat melihat pedang Hansel ke arahnya. Napas dan jantungnya seakan berhenti.

"Perhatikan di sekitarmu!!!"

Ansel lega, karena bukan dia yang Hansel bunuh. Tapi mahluk yang mengincarnya. Setelah menebas mahluk immortal itu, Hansel kembali berjalan.

Ansel hanya menatap Hansel dari belakang. Air matanya menetes. Dia sadar bahwa selama ini dia hanya menjadi beban. Tidak hanya di dunia manusia, tapi juga di dunia immortal.

Dimana pun mereka berada, Hansel pasti akan lebih mementingkan dirinya. "Kak, aku punya satu permintaan."

Langkah Hansel terhenti. Dia menoleh ke belakang.

Ansel berkata, "Jangan pedulikan aku! Jangan lagi melindungiku! Aku tidak ingin membahayakan kakak lagi. Aku hanya ingin kakak selamat."

Tidak ada respon apapun dari Hansel.

Ansel berjalan mengikuti Hansel dari belakang. Dia memegang erat vioreningnya dan memperhatikan di sekitarnya.

Mereka terhenti. Di depannya ada mahluk immortal yang sudah siap untuk menyerang.

Mahluk itu bergerak dengan cepat ke arah mereka. Bagi Ansel itu terlalu cepat. Gerakanya bagai hembusan angin.

Hansel mengahdangnya. Tapi mahluk itu menghindar dan menghiraukan Hansel.

Ansel menutup mata dan mengayunkan pedangnya. Dia sama sekali tidak berpikir apakah itu mengenai mahluk itu atau tidak. Yang jelas dia merasa ada sesuatu yang menusuk di tangannya. Lalu dia membuka mata.

Salah satu jari mahluk itu menembus tangan kanan Ansel. Dan pedang Ansel tertancap di tubuhnya.

Dari belakang Hansel memukul pedang Ansel dengan sangat kuat. Tubuh mahluk itu terbelah.

Pandangan Ansel merasa kabur. Dia tahu apa yang terjadi padanya. Tubuhnya memudar. Dia mengucapkan kata terakhirnya. "Kak maafkan Ansel."

Dia memang akan keluar dari dunia immortal. Tapi entah apakah dia akan kembali ke dunia nyata atau tidak. Atau, dia akan memasuki dimensi lain.

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang