Ketika berada di depan Agafield, Zephyxia sangat ragu untuk memasukinya. Hingga akhirnya ada sesuatu yang mendorong Zephyxia melangkahkan kaki ke dalam Agafield.
Dia mendengar suara yang sangat familiar. “Zephyxia, mengapa kamu mengikutiku.”
Setelah mendengar suara itu, Zephyxia langsung masuk ke dalam area Agafield. Saat itu juga ada sebuah akar yang melilit tubuhnya, sedikit demi sedikit. “Apa ini?” Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan.
Kemudian muncul sebuah sosok yang dia kenal. “Waylinn…” Saat itu pula dia merasa lega. Karena ada yang bisa membantunya untuk bisa melepaskan diri dari lilitan akar rumput pohon. “Waylinn tolong aku. Aku tidak bisa bergerak sama sekali.”
“Tenang saja. Kamu akan baik-baik saja. Pohon itu tidak akan melukaimu.” Kata Waylinn.
Zephyxia mempercayai Waylinn begitu saja. Walaupun tubuhnya mulai terlilit sepenuhnya. Karena dia sangat yakin bahwa Waylinn tidak akan membuat dirinya terluka, meski sedang marah padanya.
Setelah tubuhnnya terlilit sepenuhnya dengan akar pohon Agafield, dia merasakan ada perbedaan. Tubuhnya tidak lagi merasa dingin. Lalu Agafield juga tidak begitu gelap. Hingga dia merasa bahwa dia masih berada di Agafield atau tidak.
“Waylinn di mana ini?”
“Tentu saja di Agafield.” Jawab Waylinn dengan singkat.
“Tempat ini nampak berbeda dari tadi. Tempat ini jauh lebih terang dan tidak lagi dingin seperti tadi.” Dia melupakan semua yang dia rasakan sambil melihat di sekeliling. Bahkan dia juga melupakan tujuan sebenarnya dia menyusul Waylinn, untuk mengembalikan pedangnya.
Waylinn menawarkan diri untuk menjelaskan tentang Agafield. “Apa kamu ingin tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi?”
“Memangnya tempat seperti apa Agafield?”
“Agafield hanya hutan yang mirip dengan Gizleen Park. Sama seperti rumahmu. Tempat ini sangat indah dan jauh lebih luas daripada Gizleen Park. Tapi hanya mahluk tertentu yang bisa melihat Agafield yang sebenarnya.” Jelas Waylinn.
Zephyxia hanya menekankan pada satu kata, “Mahluk tertentu. Apa maksudnya?”
“Hanya mahluk sepertimu. Mahluk immortal yang mempunyai jiwa paling murni.” Kata Waylinn.
Mendengar kata itu membuat Zephyxia merasa sangat senang.
Waylinn mengajak zephyxia menuju ke suatu tempat. “Ini adalah pertama kalinya kamu mengunjungi Agafield. Aku akan membawa ke suatu tempat.”
“Tempat apa itu?” Tanya Zephyxia yang merasa penasaran.
“Nanti kamu akan tahu sendiri. Tempat itu bisa mengembalikan wujud aslimu.” Waylinn berjalan terlebih dahulu dan memandu Zephyxia.
“Benarkah itu?”
“Tentu saja benar. Kamu akan percaya setelah wujud aslimu kembali.” Kata Waylinn sembari meyakinkan Zephyxia.
Zephyxia ingat bahwa hanya Marchio yang bisa mengembalikan wujud aslinya. Tidak ada satu mahluk immortal pun yang bisa menghancurkan spell dari Marchio. “Bukanya hanya Marchio yang bisa mengembalikan wujudku seperti sebelumnya.”
“Karena itu aku bilang, kamu bisa percaya setelah apa yang kamu inginkan terpenuhi.”
Itu membuat Zephyxia menjadi lebih penasaran tentang tempat yang dimaksud oleh Waylinn.
“Di Agafield ada sebuah danau yang bernama Rainbow Lake. Danau itu bisa memurnikan mahluk immortal. Bisa dibilang mirip dengan Tree of Life. Semua kekuatan yang hilang juga bisa kembali sepenuhnya.”
“Itu artinya kekuatanmu sudah kembali.” Itulah kesimpulan yang diambil oleh Zephyxia.
“Tidak hanya itu saja. Bekas lukaku juga hilang sepenuhnya.” Kata Waylinn sambil memperlihatkan bagian tubuhnya yang terluka. Sekarang bekas luka itu telah hilang sepenuhnya.
Setelah melihat luka Waylinn yang sudah hilang sepenuhnya, Zephyxia menjadi percaya. Rasa penasarannya menjadi lebih bertambah. “Lalu, apakah sayapku bisa berubah? Aku ingin sekali mempunyai sayap dengan bulu yang sangat cantik.”
“Semua yang kamu inginkan, pasti akan diwujudkan.”
Lalu Zephyxia ingat bahwa tujuannya dengan Waylinn adalah Tree of Life. “Waylinn, bila tubuhmu telah kembali normal, bagaimana dengan Tree of Life? Apakah kamu akan tetap pergi ke sana?”
“Itu tidak perlu.”
Zephyxia merasa aneh. Dia berpikir mengapa semua mahluk pasti akan menuju ke Tree of Life untuk memulihkan diri. Sementara di Agafield ada tempat yang jauh lebih baik. “Aku menjadi tidak mengerti. Bila di Agafield ada tempat yang bisa memulihkan kekuatan jiwa mahluk immortal, lalu mengapa mereka lebih memilih pergi ke Tree of Life?”
“Aku sudah bilang tadi. Hanya mahluk immortal tertentu yang bisa melihat sisi lain dari Agafield.”
Kata-kata Waylinn membuat Zephyxia merasa senang. Meski begitu, ada satu yang tidak dia mengerti. “Mengapa hanya aku yang bisa melihatnya? Seolah-olah aku mendapat perlakuan yang setara dengan klan atas. Biasanya aku menjadi mahluk yang tersingkirkan dan terabaikan.”
Zephyxia masih berpikir tentang kejanggalan yang sedang dia hadapi. Sementara Waylinn hanya berjalan dan mempercepat langkah kakinya.
“Waylinn tunggu aku!!!” Seru Zephyxia saat dia sadar Waylinn meninggalkannya. “Bagaimana dengan klan atas? Apakah mereka juga sering mengunjungi danau itu?”
“Tidak. Karena Rainbow Lake itu sangat tersembunyi.” Waylinn berhenti dan memperlihatkan sebuah danau yang dipenuhi dengan air warna-warni. “Inilah Rainbow Lake.”
Mata Zephyxia terpana dengan sebuah danau luas. Airnya berwarna-warni. Di atas airnya penuh dengan sprinkle yang berkilau. Dia berjalan mendekat Rainbow Lake. Lalu menyentuh airnya. Dia merasakan sebuah kekuatan murni dari airnya.
“Masuklah ke dalamnya, lalu wujud aslimu bisa kembali normal.” Kata Waylinn.
Tanpa ragu, Zephyxia masuk ke dalam Rainbow Lake. Dalam benaknya penuh dengan harapan bahwa wujud aslinya bisa kembali. Lalu sayapnya juga bisa berubah.
Beberapa saat kemudian, Zephyxia keluar dari Rainbow Lake. Waylinn memperhatikan wujudnya yang telah kembali normal. Dia merasa sangat senang. “Zephyxia, lihat wujud aslimu telah kembali.”
“Lihatlah juga sayapku.”
Zephyxia menoleh ke belakang. Dia tidak menyangka bahwa sayapnya telah berubah. Sayapnya tidak lagi seperti sirip ikan, tapi ada bulu-bulu kecil yang melapisinya.
Tapi sayangnya sayap itu tidak bertahan lama. Ada sesuatu yang terlempar ke arahnya dan membuat sayapnya terputus. Zephyxia meratapi sayapnya yang terpotong. “Sayapku…sekarang sudah lenyap.”
“Zephyxia, sayapmu.” Kata Waylinn, dia berusaha menenangkan Zephyxia yang sedang meratapi sayapnya. “Kamu tidak perlu khawatir. Kamu cukup masuk lagi ke dalam Rainbow Lake. Lalu sayapmu akan kembali seperti tadi.”
Tapi Zephyxia sama sekali tidak mendengarkannya. Dia penasaran siapa yang telah memotong sayapnya.
Dia melihat sekitar untuk mengetahui siapa yang telah tega memotong sayapnya. Dia melihat dari kejauhan, seorang mahluk yang nampak seperti Waylinn. “Waylinn…”
Lalu dia melihat Waylinn yang berdiri di depannya. Dia melihat mereka secara bergantian. Sehingga dia bisa memastikan bahwa apa yang dia lihat bukan ilusi. “Waylinn ada dua.” Sekarang dia yakin bahwa ada dua Waylinn di hadapannya.
“Lalu siapa Waylinn yang asli?” Zephyxia merasa bingung untuk membedakan antara Waylinn yang asli dan palsu. Mereka terlihat sangat mirip. Tapi rasa kejanggalannya kembali muncul.
Dari tadi dia merasa ada sebuah Rules of Realm yang sangat aneh dan tidak biasa. Itu cukup membuktikan bahwa Waylinn yang ada di hadapannya adalah Waylinn palsu. Itu artinya dari tadi dia tidak bersama Waylinn, tapi mahluk lain yang sangat mirip dengan Waylinn.
Dia memperhatikan dan menatap Waylinn yang ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Delivery
FantasyDo you know why demon and other evil hunt human? They stop when get it. Is there a secret behind it? or do they hate human? Or Do they revenge to human? If they hate human, why don't they destroy all the of human? It is complicated. But it is...