Dua hari berlalu, Ansel sama sekali belum mendapat pesan atau telepon dari Heka. Namun dia masih menunggunya.
Meskipun masih menunggu Heka, tetapi bukan berarti Ansel sangat peduli dengan Heka. Dia hanya menunggu suatu momen dimana pernikahan darah yang dia lihat menjadi nyata. Tidak lebih dari itu.
Di depan laptopnya, dia masih merasa penasaran tentang La Isla de Las muñecas yang diceritakan oleh kakeknya. Dia mencari berbagai macam sumber di internet tentang tempat itu. Dengan begini, dia mempunyai sesuatu untuk dipikirkan selain terbenam dalam vision yang belum juga menjadi nyata.
“Kisah La Isla de Las muñecas memang sangat misterius. Seorang gadis yang tidak dikenal ditemukan tenggelam di sungai. Kira-kira siapa gadis itu….”
Lalu dia teringat bahwa kakeknya pernah didatangi seseorang yang tidak dia kenal dan memberinya sebuah boneka. “Apa gadis yang menemui kakek itu sama dengan gadis yang tenggelam di sungai ini? Itu mungkin saja.”
Namun dia tahu dengan pasti bahwa apapun yang iblis lakukan terhadap manusia itu seolah seperti menciptakan kabut tebal yang akan membuat pandangan manusia itu menjadi kabur.
Ada istilah lain, manusia itu memiliki mata iblis. Iblis seolah mengambil mata manusia itu dan menjadi buta seutuhnya. Namun manusia itu seolah bisa melihat. Hanya saja yang dia lihat bukanlah pandangan dari mata manusia, melainkan dari mata iblis. Secara tidak langsung pola pikir manusia itu mempunyai pola pikir yang sama dengan iblis.
Apa yang dia lihat, itulah yang dipikirkan.
Di saat itu Iblis menuntun seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan. Tanpa disadari, apa yang seseorang lakukan itu adalah kehendak iblis. Bagi orang biasa hal itu sangat mudah masuk ke dalam dunia ilusi yang iblis itu ciptakan. Orang itu tidak akan pernah bisa keluar.
Tetapi bagi orang tertentu sepertinya akan sangat mudah menyadari apakah itu memang sebuah ilusi dari iblis atau bukan. Meskipun itu tidak dapat menjamin sepenuhnya supaya dapat keluar dari ilusi yang telah iblis ciptakan.
Lalu dia mendapati teleponnya berdering dan itu adalah Heka. Dia merasa lega karena pada akhirnya Heka menghubunginya.
Namun dia ragu untuk mengangkatnya dan membiarkannya begitu saja. Walaupun letak ponselnya ada di samping tangannya. Ansel melakukan itu sebab dia merasa harus mempersiapkan diri untuk menyaksikan secara langsung tentang pernikahan darah yang mengerikan itu.
Setelah memperhatikan ponselnya berhenti berdering, dia meraihnya. Itu tepat lima buah panggilan tidak terjawab dari Heka. Dan sebuah pesan pun masuk.
Aku ada di depan rumahmu. Apa kamu tidak ada di rumah?
Ternyata Heka sudah ada di sini, di depan rumahnya. Dia pun langsung berlari keluar dan menemui kakeknya terlebih dahulu. “Kakek!!!”
Kakek sedang berada di posisi meditasi, namun dia segera mengakhiri meditasi setelah mendengar Ansel memanggilnya. “Dia sudah datang.”Lalu kakek menutup mata dan merasakan aura Heka. “Dia dipenuhi dengan kegelapan. Sesuatu yang sangat buruk akan terjadi.”
“Ansel tahu, pernikahan darah yang sangat mengerikan.”
“Bukan, ada yang lebih mengerikan dari itu.” Kata Kakek dengan tegas, “Kamu harus menjaga dirimu dan mengutamakan keselamatanmu.”
“Baik, aku mengerti. Ansel akan menyuruhnya masuk.” Kemudian Ansel menuju ke pintu depan. Sampai di depan pintu, Ansel berdiri terpaku dan mempertimbangkan apa yang baru saja kakek katakan padanya. Dia masih merasa ragu untuk membuka gagang pintu. Sehingga dia menggerakkan dengan sangat pelan dan matanya tertutup rapat.
Setelah pintunya terbuka dia membuka matanya secara perlahan. Dia memperhatikan sekilas Heka yang berdiri di depannya. Dia melihat Heka seolah dikelilingi cahaya putih yang terang, tetapi cahaya itu tidak terasa hangat namun dingin sedingin es.
Saat melihat Heka vision tentang pernikahan darah melintas di matanya. Dia berdiri di tengah-tengah pernikahan. Dia mendengar suara semua orang tertawa bahagia dan bertepuk tangan.
Hujan kelopak bunga berwarna putih dari langit terasa sangat hangat dan membuat hati merasa lega. Lalu ada suara ledakan, seketika itu pula kelopak bunga yang berjatuhan ikut meledak. Kelopak itu mengeluarkan darah.
Ansel medengar ada seseorang yang memanggilnya.
“Ansel, Ansel, Ansel… “
Itu membuat Ansel tersadar. Vision itu menghilang dari pikirannya.
Heka berdiri di depannya dengan ekspresi cemas. “Ansel, apa kamu baik-baik saja?”.
Ansel tersenyum dan berpura-pura tidak terjadi apapun, “Iya, aku baik-biak saja. Heka, ayo masuk.”
Ansel mempersilakan Heka masuk dan menutup pintu. Dia merasa seolah membiarkan orang asing yang mempunyai aura iblis memasuki rumahnya. Sama seperti kakek yang menerima boneka begitu saja dari gadis misterius.
Saat itu pula portal memang telah terbuka lebar. Tidak lama lagi vision pernikahan darah akan menjadi kenyataan. Hal yang sangat mengerikan akan terjadi. Itu semua adalah beban yang harus dia tanggung dan kendalikan.
Semua berada di tangannya. Di saat itu pula energi Ansel akan terkuras habis. Dia hanya bisa berharap bahwa dia dapat bertahan dan mempunyai energi cukup.
Dia merasa sangat lemas. Bahkan kakinya seolah tidak mampu lagi berjalan dan terasa kaku. Karena dia tidak ingin Heka melihat kondisinya yang lemah, dia meyuruh Heka masuk terlebih dahulu. “Heka masuklah. Di dalam ada kakek. Aku harus keluar sebentar, ada yang harus aku beli.”
“Baiklah.” Tanpa berkompromi Heka, langsung masuk ke dalam.
Ansel membuka pintu. Di luar rumah dia berusaha menengkan diri dan mengembalikan energi rohnya. Dia tidak menyangka bahwa Vision itu bisa menguras habis energinya.
Dia hanya duduk di depan pintu dan tidak melakukan apapun. Hanya dalam lima menit cukup untuk memulihkanya.
Setelah merasa pulih. Dia berdiri dan berjalan menuju ke groceri yang tidak jauh dari rumahnya. Sambil berjalan dia memikirkan sebuah cara supaya bisa berhadapan dengan Heka. Tapi tidak ada yang terlintas di pikirannya, selain bayangan tentang pernikahan darah.
Ansel berdiri di rak minuman. Sebenarnya tidak ada yang ingin dia beli. Dia melakukan itu hanya untuk menghindari Heka sesaat. Setidaknya ada sesuatu yang harus dia beli.
Pilihannya hanya yoghurt drink. Dia mengambil beberapa botol yoghurt lalu membayarnya.
Dia sendiri tidak tahu mengapa dia lakukan itu. Pikirannya hanya berantakan.
Dalam perjalanan pulang, Ansel teringat sesuatu yang mungkin bisa membuatnya bisa berhadapan dengan Heka. Dia memotong ranting di jalanan. Lalu menusuknya ke tangan kirinya sampai menembus kulit.
Meskipun terasa sakit, tapi dia harus melakukannya.
Dia gigit tangannya hingga keluar darah. Dia membasuh darah yang keluar dengan menempelkan botol yoghurt yang masih dingin. Karena tadi dia tidak membeli air meneral.
Setelah tangannya bersih dari darah. Dia memperhatikan tangannya yang terluka. Lukanya nampak langsung menutup. Hanya butuh semalam supaya lukanya tertutup seutuhnya.
Dengan itu Ansel berharap bahwa dia bisa berhadapan dengan Heka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Delivery
FantasyDo you know why demon and other evil hunt human? They stop when get it. Is there a secret behind it? or do they hate human? Or Do they revenge to human? If they hate human, why don't they destroy all the of human? It is complicated. But it is...