La Isla De Las Muñecas

38 29 1
                                    

Kakek melihat Ansel duduk termenung dengan pandangan kosong. Dia hanya menatap bunga yang ada di depan.

Lalu menghampiri Ansel. Kakek menepuk bahunya dan membuat Ansel sedikit terkejut.

Ansel berkata, “Kakek.. Kakek sudah pulang. Kakek darimana?”

Namun kakek sama sekali tidak menjawabnya, dia justru mengingatkan Ansel untuk tidak memusatkan pikiran pada satu titik. “Jangan lakukan itu, jangan pusatkan pikiranmu pada satu titik. Kakek sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa jika kamu mengalami astral projection lagi.”

Terkadang memusatkan pikiran pada satu titik, dapat memicu astral projection. Apabila itu terjadi, tidak ada yang bisa mengendalikannya. Tidak ada jaminan berapa lama roh akan keluar dari tubuh.

“Hmmm…”Jawab Ansel. “Kakek Ansel melihat sesuatu, bagaimana jika Ansel memberitahunya?”

“Memberitahu apa yang akan terjadi itu sebuah larangan…”

Ansel memotong kata-kata kakek begitu saja, “Ansel ingat itu, tetapi ini berbeda. Mungkin menjadi sebuah tragedy momen terburuk yang akan dialami Heka. Menurut Ansel jika memberitahunya, setidaknya dia tidak akan sangat terguncang.”

“Kalau begitu ikuti kata hatimu. Tapi kamu harus menanggung semua konsekuensinya.”

“Iya, Ansel akan mengatasinya.”

“Kamu sudah sarapan?” Tanya kakek.

“Belum, Ansel tidak lapar.” Dia tahu dengan pasti yang dia butuhkan bukan makanan, tetapi vision menjadi kenyataan segera mungkin. Sehingga dia tidak akan merasa sakit kepala lagi.

Ansel mengeluh kepada kakeknya karena telah merasa tidak sanggup lagi menahan rasa sakit di kepalanya. “Kakek, aku sangat lelah. Apakah ada cara lain selain menunggu?”

Kakek memegang tangannya dan merasakan tangan cucunya panas. Semua itu memang menguras tenaga sehingga membuat tubuh Ansel tumbang. Kini dia demam.

“Walaupun cukup menyakitkan, tetapi inilah takdirmu. Kamu harus menerimanya. Itu bukan apa-apa. Ada kalanya kamu akan mengalami rasa sakit yang jauh lebih besar dari ini dan jauh lebih lama.”

Kakek membagikan kisah sepenggal kisah masa lalunya untuk membuatnya bertahan, meskipun terasa sakit.

“Asal kamu tahu, kakek pernah merasakan itu jauh lebih lama darimu, selama satu tahun.”

Ansel terkejut, “Benarkah, bagaimana bisa?”

Kakek menceritakan kisahnya, “Saat itu kakek merasa kepala kakek sangat sakit, tanpa vision apapun. Karena itu kakek kakek pergi ke rumah sakit dan melakukan perawatan selama satu tahun penuh. Namun sakit itu sama sekali tidak sembuh juga. Lalu malam hari kakek pergi ke taman sendirian. Kakek menyendiri terdiam dan menangis menahan sakit. Kemudian gadis muda yang cantik datang dan menghibur kakek.”

“Siapa orang itu?” Potong Ansel.

“Entah, kakek tidak kenal dan belum pernah melihatnya. Dia hanya orang asing yang sekedar lewat. Dia memberi kakek boneka dan bilang kepada kakek untuk tidak lagi menangis. Setelah itu kakek mengalamai hal yang sangat mengerikan. Setiap hari kakek harus bertahan melawan maut. Kakek menemukan jawaban mengapa sakit kepala kakek sangat lama. Itu karena ada iblis yang akan mendatangi kakek.”

Ansel menduga bahwa boneka itu adalah bonekanya iblis dan itu memang benar.  “Pasti boneka itu boneka iblis.”

“Tepat sekali, itu memang boneka iblis. Setelah menerima boneka itu sakit kepala kakek memang hilang sepenuhnya. Tetapi boneka itu mencoba untuk mencelakakan kakek. Lalu kakek segera menyegelnya sebelum dia menyerap jiwa kakek, namun hal itu hanya bertahan selama beberapa hari. Setelah itu kakek pergi ke perpustakaan seharian mencari tahu cara untuk menyingkirkan boneka itu. Ada suatu tempat yang bernama La Isla de Las muñecas. Tempat itu merupakan sarang boneka iblis.”

“Kakek tempat itu ada dimana? Aku ingin pergi ke sana.”

Kakek memukul kepada Ansel dengan keras.

“Oouugghh…” Seru Ansel.

 “Itu immortal realm yang ada di dunia manusia, kamu tidak boleh pergi ke sana. Sangat berbahaya.” Kakek pun melanjutkan kisahnya. “Lalu kakek mengajak teman kakek untuk pergi ke La Isla de Las muñecas. Di tempat Itulah kakek membuang boneka iblis. Tetapi momen itulah yang merupakan penyesalan terbesar yang pernah kakek lakukan seumur hidup. Kakek tidak bisa menyelamatkannya. Boneka yang kakek bawa telah menyerap jiwanya.”

Lalu Ansel termenung dan ingat tentang Heka. Jika dia membiarkannya begitu saja, mungkin dia akan sangat menyesal. Meskipun dia tahu bahwa bukanlah Heka yang akan meninggal. Tetapi orang lain.

Itu semua karena Heka telah memutuskan untuk menerima soul delivery. Ansel sama sekali tidak berhak untuk memaksa Heka mengubah keputusannya itu.

Dia teringat, seharusnya Heka sudah mengunjunginya. Sayangnya sampai saat ini tidak ada kabar sama sekali dari Heka. Meskipun begitu dia yakin bahwa Heka baik-baik saja.

Jika terjadi sesuatu terhadap Heka, sakit kepalanya pasti telah hilang.

Kakek mengalihkan pembicaraan, “Bagaimana dengan temanmu itu?”

“Entah, Ansel tidak tahu. Kemarin dia menghubungi Ansel, dia bilang dia akan ke sini. Tetapi sampai saat ini dia belum datang.” Ansel menghela napas dan melanjutkan kalimatnya, “Ansel tidak akan memaksanya dan menagih kata-katanya. Lagi pula Ansel tahu bahwa dia sama sekali tidak akan pernah bisa mengindar. Walaupun hari ini dia tidak datang, mungkin besok atau besoknya dia pasti akan datang sendirinya.”

“Kalau begitu kita tunggu saja dia. Di saat itu kita harus menyambutnya. Itulah yang bisa kita lakukan untuknya.”

Ansel tersenyum lebar seolah ingin melepaskan beban yang masih mengganggunya. Dia berharap, meskipun hanya sehari dia ingin melepaskan semua hal yang mengganggunya. “Kakek aku lapar.”

“Baiklah, kakek akan buatkan makanan untukmu dan kamu harus membantu.”

“Oke.”Kata Ansel dengan singkat.

Namun kakeknya menggerutu, “Kamu harus memperhatikan dengan baik dan belajar memasak untuk dirimu sendiri.”

“Aku pernah memasak, tetapi masakanku selalu tidak enak. Kalau kakek yang memasak sangat enak.” Keluhnya.

Mendengar keluhan cucunya, kakek memukul kepalanya dengan keras.

“Aduh…. Kakek, sakit…” Walaupun pukulan kakek terasa sakit, tetapi Ansel tertawa. Dia merasa sangat senang karena dia mempunyai kakek yang sangat menyanyanginya.

Kakek memberikan pisau kepada Ansel. “Sekarang coba masaklah sendiri. Kakek akan membantumu.”

“Baiklah kalau begitu Ansel ingin memasak coco toast.” Bagi Ansel memasak toast itu cukup mudah. Karena hanya membutuhkan roti tawar dan coklat.

Kakek terkekeh mendengar apa yang ingin dimasak Ansel. “Baiklah terserah kamu saja.” Lalu kakek duduk manis di meja sambil menunggu toast yang dimasak Ansel jadi.

Ansel mengambil 4 potong roti tawar, strawberri, pisang, selai coklat, mentega, dan whipped cream. Dia memasukan whipped cream di mangkuk dan pasta coklat. Lalu mix bahan itu dengan mixer.

Dia olesi semua roti tawar dengan mentega. Kemudian mengolesi 2 roti tawar dengan whipped cream yang sudah dicampur dengan coklat.

Ansel memotong strawberry dan pisang. Potongan buah itu diletakkan di atas roti tawar. Lalu ditutup dengan roti tawar lainya.

Dia memanaskan teflon dan mengolesi dengan mentega. Setelah teflon panas dia memanggang kedua roti tawar. Satu menit kemudian dia membalik roti tawar.  Setelah semua bagian roti tawar berubah coklat, dia meletakkannya di atas piring.

Dia memberikan salah satu dari toast untuk kakek. Yang satunya adalah untuk dirinya sendiri. “Kakek ini makanlah.”

Walaupun Ansel cukup payah dalam memasak, tapi setidaknya dia bisa memasak coco toast.

 

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang