The Last Day

15 11 0
                                    

Heka terbangun dari tidurnya yang panjang. Tubuhnya tidak bisa bergerak. Dia berada di dalam sebuah crystal. Di atasnya ada Jino.

Jino berusaha membebaskan Heka, setelah tahu bahwa Heka telah bangun. Dia menyemburkan api beberapa kali. Api kecilnya sama sekali tidak bisa menghancurkan crystal Itu.

Lalu dia melihat Marchio mendekat. Dia membawa Jino menjauh dari Heka. Lalu dia membebaskan tubuh Heka dan memberinya Soul Delivery.

Itu membuat tubuh Heka tidak lagi merasa lemas.

Setelah Heka bebas. Jino langsung melompat ke arahnya. “Jino… apa kamu sangat merindukanku?”

“Kembalilah ke duniamu.” Kata Marchio.

Heka mengangguk. Dia melihat ke sekeliling.

“Waylinn tidak ada. Aku menyuruhnya melakukan sesuatu.” Kata Marchio. Dia tahu bahwa Heka tengah mencari Waylinn.

Tapi Jino melilit leher Heka dengan sangat erat. Itu artinya dia tidak memperbolehkan Heka pergi. “Jino lepaskan aku! Aku tidak bisa bernapas.”

Lilitan Jino terlepas. Dia memeluk tubuh Heka. “Jino lepaskan aku. Aku harus pergi.”

Marchio mengambil Jino. Dia mendekapnya supaya Jino tidak bisa loncat ke Heka.

Heka berdiri. “Jino aku pergi dulu. Marchio, terima kasih karena telah menjagaku.” Dia pergi meninggalkan Kiervant Sky.

Jino justru loncat kembali ke Heka.

“Jino ada apa? Jangan khawatir aku pasti akan kembali dan bertemu denganmu.” Heka mencoba untuk menyakinkan Jino bahwa mereka masih bisa bertemu. “Aku janji, aku pasti akan mengunjungi Kiervant Sky Lagi.”

Jino menatap mata Heka. Heka sama sekali tidak bisa mengerti apa yang terjadi dengan Jino. Tapi naga kecil itu seolah menangis. “Jino mengapa kamu menangis?” Heka berpaling ke arah Marchio.

Tapi Marchio justru menatapnya. Dia mencabut salah satu bulunya dan melemparkan ke arah Heka.

Bulu yang terbang itu melukai pipi Heka. Darahnya keluar dengan deras. Dia menggunakan tangannya untuk menghentikan pendarahan. “Apa Marchio akan membunuhku?”

Dia sama sekali tidak bisa mengerti. Marchio memang nampak kejam. Meski begitu dia tidak pernah sedikit pun menyakiti Heka. Tapi kali ini berbeda.

Lalu Marchio mendekati Heka. Dia memotong tangannya. Keluar suatu cairan. “Minumlah ini.”

Itu membuat Heka menjadi sangat tidak mengerti. Dia berjalan mundur karena ketakutan.

“Ini perintah! Minum ini atau hidupmu akan berakhir.”

Heka melakukannya. Tapi dia hanya menghisapnya sedikit.

***

Heka berjalan menyelusuri hutan. Ada sesuatu yang tergeletak menarik perhatiannya. Dia mendekatinya.

“Burung apa ini? Ini sangat cantik. Apakah ini hasil rekayasa genetika? Atau mungkin sebuah robot?” Pikirnya, karena itu pertama kalinya dia melihat simurgh.

Meski telah beberapa kali pergi ke dunia immortal, tapi dia belum familiar dengan semua mahluk yang ada. Apalagi dia tahu bahwa sekarang telah beredar beberapa hewan aneh yang merupakan hasil dari rekayasa genetika dan robotik.

Dia berjongkok di depan burung itu. Dia mengelus bulunya dengan sangat halus. Burung itu bergerak.

“Jangan takut, aku tidak akan melukaimu.”

Perhatiannya tertuju pada sebuah crystal yang terancap di tubuh burung. “Sepertinya, kamu terluka. Siapa yang telah melakukannya?”

Heka memperhatikan dengan baik tusukan itu. Tidak ada darah.

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang