Recreant

7 6 1
                                    

Sampai di depan rumah, Heka melihat Clancy berdiri di depan pintu. Itu membuatnya curiga bahwa kehadirannya berhubungan dengan Ansel. “Clancy…”

“Heka kamu sudah kembali. Kemana saja kamu selama ini? Kamu membuatku sangat khawatir.” Kata Clancy. Tapi Heka hanya terdiam.

Clancy menyadari ada luka pukulan di wajahnya. Dia mencoba menyentuh lukanya. Heka mengibaskan tangan Clancy begitu saja.

“Heka apa yang terjadi padamu? Apakah Ansel yang melakukannya?”

Heka hanya terdiam. Dugaanya memang benar. Tapi dia sama sekali tidak mau tahu apa yang Clancy lakukan di belakangnya. Yang jelas setelah apa yang terjadi hari ini membuatnya sangat kecewa.

“Heka maafkan aku. Aku tidak mengira bahwa Ansel akan memukulmu.”

Dia tidak peduli apa yang coba Clancy jelaskan. Dia hanya membuka pintu dan masuk ke rumah. Dia menahan Clancy agar tidak masuk ke rumahnya. “Aku lelah. Sebaiknya kamu pulang.” Dia menutup pintu begitu saja.

Dia sangat kecewa dan merasa bahwa seluruh dunia mengkhianatinya.

Di balik pintu dia bisa mendengar Clancy menangis. Dia sama sekali tidak berniat membuatnya menangis. Hanya saja, dia terlanjur terlanjur kecewa pada Clancy. Orang yang selama ini dia percaya selalu ada di pihaknya, sekarang sudah berubah dan lebih memilih percaya dengan orang lain. Walaupun orang itu yang pernah menyelamatkannya.

Heka hanya duduk di balik pintu karena dia masih mendengar Clancy menangis dan belum pergi. Dia hanya terdiam menemani Clancy yang sedang menangis. Dia ingin sekali melakukan sesuatu dan menghentikan tangisannya. Namun sayang, rasa kecewanya terlalu besar.

Heka tidak bisa memastikan berapa lama lagi Clancy akan terus menangis di depan pintu rumahnya. Mungkin dia merasa bahwa dia harus mengesampingkan ego dan rasa kecewanya.

Dia berdiri dan memegang gagang pintu. Dia mendengar suara ponsel Clancy berbunyi, lalu mendengar suara langkah kaki Clancy yang menjauh.

Setelah tidak terdengar lagi langkah kaki, dia membuka pintu dan melihat Clancy sudah pergi. Dia melihat di lantai tergeletak kunci pintu rumahnya. Dia memang memberikan kunci rumah kepada Clancy, supaya dia bisa datang kapan pun dia mau.

Melihat Clancy mengembalikan kunci rumahnya, Heka merasa menyesal. Dia memang kecewa dengan Clancy. Tapi bukan ini yang dia harapkan.

Dia melihat ke arah lift. Clancy sudah masuk ke dalam lift. Dia mengejarnya dan turun dengan lift satunya.

Heka berdiri di depan lift dan menekan tombol. Dia berharap bahwa dia masih bisa mengejar Clancy.

Bila Clancy telah mengembalikan kunci rumah, itu artinya semua telah berakhir. Heka tahu bila dia tidak berhak untuk memaksa dan memohon Clancy bersamanya. Dia juga ingin melihat Clancy bahagia, meski tidak bersamanya. Tapi untuk saat ini dia belum siap untuk jauh darinya.

Heka segera lari keluar dari lift dan berlari. Dia lega karena melihat Clancy belum pergi dari apartemennya. Dia berlari menuju Clancy. Setelah dekat dengan Clancy dia langsung memeluknya dari belakang. “Jangan pergi.”

Clancy memegang tangan Heka dan melepaskannya. Dia berbalik ke arah Heka. “Tenang saja. Aku tidak akan meninggalkanmu.” Dia bertanya kembali semua apa yang tadi dia tanyakan. “Selama ini kamu pergi kemana? Aku mencarimu, tapi tidak bisa menemukanmu.”

Heka rasa bahwa pertemuannya dengan Marchio tidak perlu diketahui Clancy. Jadi dia memilih untuk merahasiakannya. “Aku pergi ke suatu tempat. Maaf, aku tidak bisa memberitahumu kemana aku pergi.”

Clancy sangat mengenal karakter Heka. Dia sangat tertutup kepada semua orang. Karena itu dia mencoba untuk memahaminya. Apalagi dia baru saja mengalami sesuatu yang sangat berat. “Baiklah, kalau begitu. Jaga dirimu.”

“Jangan mencariku lagi saat aku tidak ada.”

Clancy hanya terdiam mendengar kata-kata Heka. Meski dia telah mengenal Heka sejak lama. Tapi dia merasa Heka bahwa dia belum bisa memahami Heka sepenuhnya.

Apalagi saat ini Heka sedang terpukul setelah kehilangan orang tuanya. Dia hanya memberikan Heka waktu untuk menenangkan diri. Meski dia juga tidak tahu lagi sampai kapan Heka akan terus terpuruk.

“Setelah ini aku akan pergi lagi. Aku tidak tahu kapan aku kembali. Setelah aku kembali, aku pasti akan menemuimu.” Lanjut Heka. Dia memohon Clancy untuk menunggunya. “Maukah kamu menungguku?”

Sebenarnya Heka masih ingin bersama dengan Clancy. Tapi dia tahu bahwa dia tidak seharusnya menghilang begitu saja, tanpa sepatah kata apapun. Karena itu dia memberi Clancy pilihan.

Bila Clancy bersedia menunggunya, itu artinya dia masih mempunyai harapan. Tapi bila tidak, itu juga merupakan keputusan yang lebih tepat. Karena dia sadar bahwa dia tidak memiliki sesuatu dalam dirinya yang bisa Clancy harapkan. Itu berarti hidupnya telah berakhir.

Hidup berada di tangan Clancy.

“Baiklah aku akan menunggumu.”

Heka merasa lega karena Clancy lebih memilih untuk menunggunya. “Terima kasih.” Dia mencium bibir Clancy. Dia menghentikan ciumannya ketika sadar bahwa dia ingat apa yang seharusnya dia lakukan.

Lalu membiarkan Clancy pergi. “Pergilah…” Dia membukakan pintu mobil untuk Clancy.

Clancy masuk ke dalam mobil. Dia menurunkan separuh kaca mobil dan meminta sebuah permohonan kepada Heka. “Heka, suatu saat nanti. Bisakah kamu memberitahuku kemana kamu pergi dan apa yang kamu lakukan?”

Bagi Heka permintaan Clancy cukup berat baginya. Tapi dia tidak mungkin menolaknya. “Baiklah.”

Clancy tersenyum. Dia merasa lega karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena dia percaya bahwa Heka tidak akan melakukan sesuatu yang buruk. Dia menyalakan mobil dan melambaikan tangan kepada Heka.

Heka memperhatikan laju mobil Clancy. Dia hanya bingung bagaimana cara dia untuk menjelaskan tentang semua yang terjadi. Tentang Marchio dan Kiervant Sky. Apalagi itu semua sangat sulit dipercaya.

Setelah mobil Clancy hilang dari pandangan, dia masuk ke dalam rumah. Sekarang prioritasnya adalah Marchio. Melakukan apa yang Marchio inginkan dan mengakhiri semuanya.

Setelah itu dia bisa hidup seperti manusia norma pada umumnya. Tanpa adanya sebuah moment yang berhubungan dengan dunia immortal.

Clancy sudah memutuskan untuk menunggunya. Karena itu tidak sebaiknya membuat Clancy kecewa. Walau dia tidak bisa menebak endingnya.

Tentang Marchio, Heka hanya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan orangtuanya. Walaupun dia hanya ingin mengatakan satu kata, ‘Maaf’. Dia akan melakukan apapun untuk itu.

Dia merasa bahwa Marchio menginginkan lebih dari sekedar sebuah kelinci. Karena itu dia sudah siap untuk mengorbankan jiwanya bila Marchio membutuhkan sebuah jiwa manusia untuk dikorbankan. Dia bisa memohon kepada Marchio untuk memberinya waktu dengan menghabiskan sisa hidupnya bersama Clancy.

Ingat Marchio bukan manusia. Tidak ada yang gratis di dunia ini, baik itu dunia nyata dan dunia immortal.

Itulah yang Heka tekankan. Mulanya Heka kehilangan kedua orangtuanya hanya karena soul delivery. Sekarang dia tidak ingin kehilangan siapapun hanya demi Reverse Time illusion.

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang