Sesampainya di rumah Heka, Waylinn langsung menuju ke dapur. Dia mengambil pisau dan memberikannya kepada Heka.
“Tuanku membutuhkan darahmu.” Dia memberikan sebuah patung crystal yang berbentuk bunga teratai salju.
Mengeluarkan darah untuk Marchio memang bukan hal yang sangat berat baginya. Hanya saja dia sama tidak mempunyai keberanian untuk mengeluarkan darah dari tubuhnya.
Dia meletakkan pisau di tangannya. Dia mengumpulkan keberanian dan mencoba untuk menggoreskan pisau itu, tapi sama sekali tidak bisa melakukannya. Dia menyerah. “Maaf aku sama sekali tidak bisa melakukannya.”
“Apa kamu menentang perintah dari Tuanku?”
Heka pun menjelaskan. “Aku tidak bermaksud menentang Marchio. Hanya saja aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak berani. Memotong daging ayam, daging babi, atau daging sapi aku berani melakukannya. Tapi bila memotong tubuh sendiri aku sama sekali tidak sanggup, aku tidak berani melakukannya.”
“Benar juga. Kamu hanya manusia. Apalagi kamu belum pernah membunuh manusia. Kalau begitu biar aku yang membantumu.” Waylinn mengambil pisau dan tangan Heka.
Begitu pisau menempel di kulit Heka, dia meminta untuk berhenti. “Tunggu sebentar, aku ingin mengambil penutup mata terlebih dahulu.” Dia pergi ke kamarnya.
Heka keluar dengan selembar kain berwarna hitam. Lalu dia menutupi matanya, “Baiklah sekarang bisa dimulai.”
“Penakut.”
Bagi Heka itu sangat wajar. Karena dia hanya manusia biasa. Apalagi dia sangat tidak familiar dengan luka tusukan. Baginya itu sangat menyakitkan. Tidak ada orang yang mau dengan sengaja menyakiti tubuhnya sendiri. Kecuali orang yang ingin bunuh diri.
Waylinn menggoreskan pisau ke tangan Heka. Tangan Heka terasa perih, tapi dia tidak bisa menahan rasa sakitnya. Air matanya pun keluar, sebab tidak mampu menahannya.
“Bukalah matamu.” Kata Waylinn.
“Lebih baik mataku tertutup. Aku sama sekali tidak berani melihatnya.” Heka masih merasa kesakitan. Dia sendiri tidak mampu membayangkan bentuk luka yang digoreskan Waylinn. Apalagi melihatnya langsung dengan mata kepalanya sendiri.
Karena Heka tidak mau membukanya, akhirnya Waylinn membuka penutup mata Heka. Meski telah dilepas, tapi Heka masih memejamkan matanya.
“Bukalah matamu.”
Heka membuka mata secara perlahan, dia melihat darahnya mengalir di bunga crystal itu. Putik dari bunga yang berwarna coklat, mulai menjadi warna merah secara perlahan. Bunga crystal itu bercahaya dan terlihat cantik. Heka pun terpesona.
Waylinn membalut tangan Heka yang terluka. Lalu memberikan Heka sebuah hadiah. “Ini dari Marchio.”
Heka membuka kotak itu. Di dalamnya berisi dua buah berlian dengan ukuran yang cukup besar. Diameternya sekitar 15 cm. “Terima kasih.”
“Katakan sendiri padanya.”
“Bila aku tidak punya uang bolehkah aku menjual ini?” Tanya Heka. Dia ingat bahwa dia sudah lama tidak berkerja. Jika terus berlanjut, dia akan kesulitan bertahan hidup.
“Itu bukan urusanku.”
Sifat dan kata-kata Waylinn memang sedikit kasar. Tapi baginya itu jauh lebih baik, daripada orang yang bersifat manis.
“Tuanku membutuhkan kelinci dan reindeer. Jangan Kecewakan Tuanku.”
“Tenang saja aku tidak akan pernah mengecewakan Marchio atau menghianatinya.” Heka mulai penasaran bagaimana Waylinn bisa menjadi pelayan Marchio. “Bagaimana kamu bisa menjadi pelayan Marchio?”
Waylinn duduk di meja makan dan menceritakan apa peristiwa tragis yang terjadi padanya. Heka juga duduk di depannya. “Saat Lucifer diusir dari langit, dia melampiaskan kemarahannya di dunia immortal. Semua mahluk dihantam habis-habisan olehnya dan dia menghancurkan dunia immortal. Hanya sedikit mahluk di dunia immortal yang selamat. Lalu Tuanku datang dan menyaksikan sendiri kesengsaraan mahluk di dunia immortal. Dia hanya menyelamatkanku dan memungutku. Sebagai rasa terima kasih, aku bersedia menjadi pelayanannya. Banyak mahluk di dunia immortal yang bersedia menjadi pelayannya dan menjadikanya Raja. Tapi dia menolaknya. Dia hanya memilihku untuk menjadi pelayannya.”
Heka sama sekali tidak menyangka bahwa Marchio mempunyai rasa simpati yang sangat tinggi. Dia sama sekali tidak menyesal telah memutuskan untuk menjadi pengikutnya.
Apalagi Marchio memberikan dua buah berlian sekaligus. Dengan ini mungkin dia tidak perlu lagi memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup.
“Jangan lupa untuk reindeer.” Kata Waylinn mengingatkan.
“Tenang saja, aku tidak akan lupa.” Heka berdiri dan bersiap-siap pergi mencari hewan yang dibutuhkan oleh Marchio. “Aku akan pergi The Animal House. Tapi sebelumnya aku akan pergi ke Westville Jewelry. Aku ingin menukar berlian ini.”
“Aku akan ikut denganmu.”
“Mungkin sepertinya kamu harus mengganti pakaianmu. Aku bisa meminjamkan miliku.” Heka merasa bahwa pakaian yang dikenakan oleh Waylinn terlalu aneh. Dengan pakaian itu, dia akan nampak menonjol dan menjadi pusat perhatian.
“Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Hanya saja, bukannya lebih baik berpenampilan seperti manusia bila berada di dunia nyata, supaya tidak terlihat mencolok dan mengundang perhatian.” Heka menjelaskan niat baiknya.
“Bagaimana dengan ekorku?” Kata Waylinn. Dia hanya seorang roh binatang yang diadopsi oleh Marchio, chimera.
Waylinn membuka jubahnya. Sejak mengikuti Marchio, dia mempunyai kekuatan untuk berubah wujud menjadi manusia. Hanya saja dia sama sekali tidak bisa menghilangkan ekornya.
Waylinn menjelaskan tentang fakta roh binatang yang ada di dunia immortal “Meskipun sekarang aku bisa mengubah diri menjadi manusia, tapi ekorku tidak akan bisa ditutupi. Berubah wujud menjadi manusia memang terlihat menarik, tapi juga sangat merepotkan untuk roh binatang seperti kami. Saat berubah menjadi manusia, tetap harus memakai jubah tebal. Tubuh manusia tidak akan bisa bertahan di dunia immortal.”
“Tenang saja aku punya mantel panjang untuk menutupinya.” Heka pergi ke kamar dan mengambil blazer panjang untuk Waylinn. Bahan blazer tipis, jadi tidak akan gerah saat memakainya.
Heka merasa wajar pakaian yang dikenakan oleh Waylinn nampak sangat tebal. Karena suhu di dunia immortal sangat dingin. Meskipun Waylinn memang berasal dari dunia immortal.
“Coba pakai ini.”
Dengan blazer, penampilan Waylinn nampak sangat rapi. Tapi itu lebih baik daripada memakai jubah besar warna merah dan terlihat seperti kelompok radikal.
Hanya saja ekornya masih kelihatan. Lalu Heka mengambil sebuah tote bag Dan menempelkannya di bagian belakang blazer. Dia menyuruh Waylinn, meletakkan ekornya di tote bag Itu.
“Apa kamu suka?” Tanya heka.
“Ini tidak begitu buruk. Terima kasih.”
Heka tersenyum lebar melihat Waylinn menyukainya. Dia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Dia sering merasa bahagia. Karena dia merasa sangat nyaman.
Tidak akan ada yang perlu dia khawatirkan dan takutkan, sebab ada seseorang yang pasti akan melindunginya. Tidak ada lagi yang bisa melukainya. Meskipun ada yang membuatnya kecewa, tapi itu tidak akan membuatnya terpuruk. Karena sekarang dia mempunyai tempat untuk mengobati setiap luka yang ada di dalam hatinya.
Kebahagiaan ini tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Mungkin ini sebagai pengganti kesedihan setelah kehilangan orangtuanya dan sekaligus kehidupan barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Delivery
FantasíaDo you know why demon and other evil hunt human? They stop when get it. Is there a secret behind it? or do they hate human? Or Do they revenge to human? If they hate human, why don't they destroy all the of human? It is complicated. But it is...