Bright Side

61 47 1
                                    

Ansel mengirim pesan kepada Heka. Dalam pesan itu dia meminta waktu untuk bertemu.

Heka ayo kita bertemu lagi. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan. Ini tentang kesembuhanmu, kakekku bisa melakukannya. Beritahu aku kapan waktu luangmu dan tempat untuk kita bertemu.

Setelah itu, dia menunggu pesan balasan dari Heka. Setiap menit dia mengecheck ponselnya untuk memastikan bahwa dia telah menerima pesan dari Heka.

Waktu yang dia tunggu untuk mendapat pesan dari Heka ternyata sangat lama. Tetapi dia masih menunggunya, meskipun dia mengeluh dan merasa bosan karena menunggu.

"Kakek dia belum membalas pesanku.."

"Biarkan saja, sekarang makan dulu." Kata Kakek untuk mengalihkan pusat Ansel yang terpaku pada ponselnya.

Heka seolah mengabaikan pesan darinya. Dia mengirim pesan pada pukul 01.00 siang dan hingga pukul 08.00 malam, Heka sama sekali belum membalasnya.

Walaupun merasa bosan menunggu selama tujuh jam, tetapi dia berharap bahwa ini suatu tanda bahwa Heka menolak bantuanya. Jadi dia sama sekali tidak perlu khawatir atau merasa bersalah. Memikirkan tentang itu membuatnya sangat bahagia.

"Kakek, dia belum juga membalas pesanku, mungkinkah dia tidak ingin menemuiku? Bila dia memang tidak ingin menemuiku berarti dia tidak perlu melakukan soul delivery."

Kakeknya pun hanya tertawa melihatnya nampak bahagia sebab tidak perlu membuat orang lain sengsara. "Kakek senang kamu suka membantu orang lain, tapi ingat satu hal tidak semua orang dapat dibantu. Terkadang bantuan yang kita berikan justru akan mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan."

"Okay, Ansel akan mengingatnya."

Dia sadar bahwa apa yang telah dia janjikan untuk Heka bukan untuk menyembuhkannya. Namun dia memberikan rasa sedih yang akan dibawa hingga mati.

Mungkin itu hanya akan membuat Heka dapat terbebas dari insomnia. Setelah itu perlahan hidupnya akan berubah drastis dan menjadi semakin gelap, suram dan penuh dengan air mata.

Karena soul delivery itu mengganti, bukan memberi. Ketika ada kamu mendapat sesuatu yang baru dalam hidupmu, itu berarti ada bagian yang harus kamu hilangkan.

Itulah kehidupan di dunia nyata. Tidak ada yang abadi. Setiap saat pastikan akan ada yang datang. Pada saat itu juga juga ada yang akan pergi menjauh.

****

Pukul 09.30 malam, Ansel berbaring di ranjang. Dia membaca buku yang dia beli beberapa waktu lalu, "Catasways of The Flying Dutchman".

Dia membaca buku sambil menunggu pesan dari Heka. Dalam hatinya sangat berharap Heka akan memutuskan untuk tidak menemuinya.

Walaupun telah jelas selama berjam-jam sama sekali tidak ada balasan namun dia mempunyai firasat buruk. Karena hal itu hingga sekarang dia masih menunggu.

Hingga pukul 11.30 malam belum juga mendapat balasan apapun. Karena telah mengantuk, dia pun tidur.

Tiba-tiba dia dibangunkan oleh suatu ponsel. Dia melihat ke arah jam dinding pukul 01.00. Karena matanya sangat mengantuk dia mengabaikan pesan itu. Dia tidak peduli siapa yang mengirim pesan selarut ini, entah itu sangat penting atau tidak.

Dia akan melihat pesan itu esoknya.

****

Pukul 07.00 pagi, Ansel membuka matanya. Sinar matahari pagi terasa sangat menyilaukan. Dia menutupi kepala dengan bantal untuk bersembunyi dari sinar matahari.

Lalu dia teringat, tengah malam tadi, ponselnya berbunyi. Walaupun terasa sangat malas, dia mencoba meraih ponselnya.

Ada beberapa pesan yang masuk.

Dia sangat terkejut karena pesan semalam dari Heka. Dia memang telah menunggu seharian penuh pesan itu, tapi dia tidak menyangka bahwa tadi malam Hekalah yang mengirim pesan.

Saat membaca pesan itu, apa yang dia khawatirkan benar. Heka bersedia meluangkan waktu untuk menemuinya.

Aku sibuk, belum bisa bertemu denganmu.

Mungkin minggu depan.

Aku akan menghubungimu lagi.

Langkah selanjutnya yang harus dia lakukan menyiapkan keberanian untuk menjelaskan semuanya kepada Heka. Meskipun terasa sangat berat, dia harus mengatakannya.

Karena dia telah berjanji untuk membantunya. Dia tidak boleh menarik kembali apa yang telah dia katakan.

Lagipula dia masih punya harapan.

Harapan itu adalah sisi seram dari soul delivery yang dapat membuat Heka ketakutan dan memutuskan untuk tidak melakukannya. Itu sangat berbahaya.

Lagipula Ansel tidak sanggup menghadapi apa yang dia lihat, karena itu sangat jauh dari apa yang dia bayangkan. Di dalam mimpinya dia melihat vision yang sangat mengerikan tentang Heka.

Saat Heka menerima soul delivery akan ada pernikahan darah. Harga yang harus dia bayar terlalu mahal dari apa yang akan dia dapatkan.

Dia sama sekali tidak bisa membantu Heka bernegosiasi dengan Lexus supaya tidak membayar dengan harga yang sangat mahal. Yang hanya dapat dia lakukan melihat Heka menangis terisak-isak dan dia harus menjalani penderitaan seumur hidup.

Sejak awal bertemu, dia tahu bahwa Heka bukan orang yang mudah tersenyum. Mungkin setelah ini senyumannya akan lenyap selamanya.

Dalam pernikahan itu, acara yang diawali dengan penuh kebahagiaan dibanjiri dengan darah. Semua orang merasa ketakutan dan berteriak histeris. Banyak orang yang menangis, ada pula yang hanya terpaku karena tidak sanggup untuk menangis.

Tapi setidaknya apa yang dia lihat bukan Heka yang menjadi pengantinnya. Setidaknya rasa sakitnya tidak begitu dalam.

Dia membayangkan bagaimana rasanya menghadiri acara pernikahan darah. Jika pengantin tidak sanggup melihatnya, pasti akan mengakhirinya hidup saat itu juga. Bahkan bisa jadi akan tersiksa seumur hidup dengan gangguan mental dan menghabiskan sepanjang waktu di rumah sakit jiwa.

Dia merasa sangat bimbang, apakah dia juga akan mengatakan apa yang dia lihat pada Heka atau tidak?

Bila dia mengatakannya apakah Heka akan percaya begitu saja?

Itu sangat sulit karena Heka bukan orang yang mempunyai karakter tidak mudah percaya dengan orang lain begitu saja. Apalagi dengan orang yang baru dia kenal.

Lalu dia mengetik pesan balasan untuk Heka. Setelah itu dia hanya perlu menunggu hari dimana dia mereka bertemu selanjutnya dan menjelaskan padanya tentang soul delivery yang akan menyembuhkannya.

Okay, ada banyak hal yang harus aku jelaskan. Aku sangat mengharapkanmu karena ini sangat penting.

Ansel bangun dan turun ke dapur. Dia mengambil air putih dari kulkas. Lalu menengok ke halaman belakang. Dia melihat kakek sedang menyirami semua tanaman.

Dia menyenderkan tubuh di pintu. "Kakek, aku akan bertemu dengan Heka."

"Kapan?" Tanya kakek.

Ansel mengehala napas, dia merasa bahwa setelah ini dia akan menghadapi hari-hari yang sangat berat. "Entahlah, mungkin minggu depan." Dia berbalik dan kembali lagi ke kamarnya.

Saat ini, untuk sementara ini dia hanya ingin beramalas-malasan dan tidak ingin melakukan apapun. Dia memang sedang tidak melakukan apapun, tapi dia merasa bahwa dia sangat lelah.

Dalam hati dia berharap bahwa dia terlahir sebagai manusia biasa. Hanya menjalani hidup tanpa harus merasa resah tentang hari-hari kelam yang akan terjadi di masa depan.

Soul Delivery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang