Heka sampai di depan pintu toko buku. Sebelum masuk, dia mengintip dari jendela dan mencari Ansel.
Karena Heka tidak melihat Ansel, jadi dia meneleponnya untuk bilang bahwa dia telah samping di depan pintu. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Lalu dia menoleh ke belakang dan terkejut. Ternyata orang itu Ansel.
Dia merasa sangat aneh. Pertama dia sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki yang berjalan. Bisa jadi Ansel memang sengaja berjalan mengendap-endap.
Kedua dia sama sekali tidak mendengar suara orang membuka pintu.Toko buku tidak dilengkapi pintu otomatis. Sehingga jika ada seseorang yang membukanya pasti akan terdengar. Tetapi dia yakin bahwa dia tidak mendengar suara apapun.
Dalam hati penuh dengan pertanyaan, “Apakah Ansel benar-benar manusia? Mengapa seolah dia seperti tidak terlihat dan muncul begitu saja? Mungkin karena aku yang melamun hingga tidak sadar ada orang yang mendekat?”
Ansel menyambutnya dengan senyum lebar dan menarik tangannya. “Ayo masuk!!!”
Heka pun mengikutinya tanpa sepatah kata apapun. Walaupun dia masih penasaran tentang siapa sebenarnya orang yang dia temui. Perbedaan Ansel terlihat sangat menyolok dari semua orang pada umumnya.
Dia dapat melihat jelas dari matanya. Sehingga dia terus memperhatikan dengan seksama mata Ansel.
Heka mengingat dengan jelas saat pertama kali melihat Ansel di rumah sakit, dia memiliki mata berwarna coklat. Ketika bertemu di restoran Jepang, warna mata Ansel berubah menjadi biru. Tadi ketika di depan toko buku warna matanya abu-abu.
Oleh karena itu dia sempat berpikir bahwa Ansel memakai softlense. Tetapi anggapan itu sama sekali tidak berguna dan sepertinya Ansel jelas-jelas tidak memakai softlense sama sekali. Sebab sekarang di dalam ruang, warna matanya berubah menjadi coklat.
Dari awal, dia tidak begitu memperhatikan warna mata Ansel. Namun sekilas dia ingat dengan jelas matanya karena dia sempat menatap mata Ansel.
Kini dia tidak hanya sekedar menatap mata Ansel. Tetapi memperhatikannya, khususnya untuk warna matanya.
“Apa aku ini sedang melantur? Mengapa warna matanya seolah berubah-ubah? Mungkinkah ada yang salah dengan mataku? Ataukah ini memang kenyataan bahwa dia memiliki mata yang bisa berubah kapan pun?”
Memikirkan hal itu membuatnya merasa takut dan semakin yakin bahwa Ansel bukanlah sekedar manusia. Hanya saja dia tidak mempunyai kata-kata yang tepat sebagai sebutan untuk Ansel.
Lalu Ansel meraih sebuah buku dan berbisik ke telinganya Heka. “Heka… Karena ini toko buku, aku akan bicara pelan. Kamu mengerti kan?” kemudian mereka duduk di lantai dan bersandar pada rak buku.
Ansel menjelaskan panjang lebar dan sangat detail tentang apa yang pasti dapat menyembuhkan Heka. Heka pun hanya mendengarkannya dan fokus pada beberapa kalimat tertentu. Kalimat itu tentang hal terburuk yang akan terjadi.
“Aku sudah bilang pada kakek dan dia setuju untuk membantumu. Kakek akan memakai soul delivery. Kakek bilang jika kamu mau, sebaiknya secepatnya dilakukan, mungkin minggu depan kamu harus mulai. Sebelumnya apa kamu pernah mendengar apa itu soul delivery?” Kata Ansel untuk memastikan bahwa Heka sama sekali tidak tahu tentang soul delivery.
Dia menjawab dengan tegas, “Belum, ini pertama kali aku mendengar kata itu.” Dia merasa mulai bosan dengan ocehan Ansel. Baginya itu terlalu basa-basi. Dia lebih suka dengan kata-kata yang to the point.
Lalu Ansel melanjutkan penjelasannya. “Soul delivery itu cara penyembuhan yang paling baik daripada cara penyembuhan lainnya. Setelah itu kamu pasti akan sembuh sepenuhnya. Kamu tidak akan lagi kesulitan untuk tidur.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Delivery
Viễn tưởngDo you know why demon and other evil hunt human? They stop when get it. Is there a secret behind it? or do they hate human? Or Do they revenge to human? If they hate human, why don't they destroy all the of human? It is complicated. But it is...