Rasa Sakit

238 28 7
                                    

Boss membuka kunci pintu dengan kartunya dan menyeret Noeul masuk, akhirnya melepaskan pergelangan tangan si brunet saat mereka melangkah ke kamar Boss yang luas. Pintu tertutup dengan keras di belakang mereka dan Boss melihat Noeul sedikit melompat, terkejut dengan cara Boss menutup pintu. Noeul menggosok pergelangan tangannya dan sang CEO merasa bersalah untuk sesaat, bertanya-tanya apakah dia menyakiti Noeul selama dia menyeretnya ke kamarnya. Boss berpikir bahwa dia sudah memegang Noeul dengan lembut, tetapi melihat wajah si brunet yang berubah kesakitan saat dia menyentuh pergelangan tangan otomatis mengatakan kalau Boss juga sudah menyakiti Noeul.

Tapi dia mendorong rasa bersalah itu sekarang. " Apa itu tadi? Apa kamu serius? ", ucap Boss, nadanya marah. Noeul menatapnya dengan mata terbelalak, tetapi setelah satu detik kontak mata, Noeul menurunkan pandangannya lagi, menggigit bibir bawahnya. Si brunet benar-benar ketakutan sekarang, tetapi Boss tidak berhenti di sana, bahkan setelah melihat bibir Noeul yang gemetar, tekanan giginya cukup kuat untuk mengeluarkan darah jika dia terus menggigitnya.

" Apa kamu benar-benar bersama dengannya dulu? ", tanya Boss lagi, namun lagi-lagi Noeul hanya diam, bahkan tidak berani melihat sang CEO yang marah. " Berapa lama kalian bersama? Jawab aku, Noeul! "

Boss tahu suaranya keras dan itu tidak membantu keadaan Noeul, tapi dia tidak bisa menahan amarah yang mendidih di dalam dirinya, tubuhnya panas karena emosi. Dia tidak marah pada Noeul. Dia marah pada mantan pacarnya. Tentu saja, Boss mengenalnya. Keluarganya adalah sponsor perusahaannya meskipun kecil, jadi Boss harus tahu tentang mereka agar dapat melakukan percakapan yang sopan dengan semua anggota keluarga jika mereka bertemu satu sama lain. Tapi dia tidak pernah berpikir kalau Theme mengenal Noeul, dia juga tidak mengharapkan Theme berkencan dengan si brunet.

" Tiga bulan " suara Noeul nyaris tidak terdengar saat dia menjawab Boss. Yang lebih tinggi mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi, tidak peduli jika dia merusak semua kerja keras yang dilakukan stylist beberapa jam lalu. Dia hanya tidak bisa memahaminya. Theme adalah pria yang sangat mengerikan, itulah yang Boss sadari selama bertahun-tahun keluarga mereka saling mengenal. Pria itu kasar, sombong, terlalu percaya diri dan egois. Bagaimana Noeul bisa berkencan dengan orang seperti itu begitu lama? Mengapa dia berkencan dengan Theme ketika Noeul tahu Theme adalah orang yang mengerikan? Dan menurut Boss, penampilannya juga bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.

" Luar biasa " Boss menghela napas, mendengus dan menggelengkan kepalanya.

Keheningan kembali merebak, Boss melihat ke dinding di belakang Noeul daripada ke sosok yang membungkuk di tengah ruangan. Dari posturnya, dia tidak berharap Noeul angkat bicara, dan itulah mengapa Boss lebih dari terkejut mendengar suara Noeul yang pecah, dan mata Boss segera berpindah saat dia mendengar suku kata pertama keluar dari mulut yang lebih pendek.

" Memangnya kenapa jika aku berkencan dengannya? " Noeul membentak, akhirnya cukup berani untuk melihat ke atas. Boss merasakan jantungnya berdegup kencang saat melihat Noeul yang berlinang air mata, bola mata cokelat itu membuatnya merasakan sakit di dadanya. " Apa kamu mengasihaninya karena harus berkencan dengan orang sepertiku selama tiga bulan penuh? " Suara Noeul pecah di akhir kalimat, dan hati Boss hancur karenanya.

" Apa kamu nggak waras, Noeul? " Boss menghela napas. Sebenarnya apa yang salah dengan Noeul? Boss mengalahkan pria itu karena dia menghina Noeul, melecehkannya dan jelas membuat Noeul tidak nyaman dengan kata-katanya dan semua sentuhannya. Boss juga memukuli bajingan itu karena dia pantas mendapatkannya karena menyakiti si brunet secara emosional, dan Noeul berpikiran hal yang lain? Bagaimana dia bisa berpikir demikian saat Boss membuat semuanya jelas kalau dia sedang membelanya?

" Terserah " suara Noeul serak, tidak senang dengan pertanyaan yang dilemparkan padanya. Sangat menyakitkan bagi Boss untuk melihatnya seperti ini, air matanya hampir jatuh juga. Noeul mungkin bisa merasakannya, dan Boss dengan cepat mengangkat tangannya untuk menggosok matanya, mengumpat dalam hati karena terlihat menyedihkan. Namun, Boss tidak menganggapnya menyedihkan atau semacamnya, sama sekali. Dia hanya merasa perlu untuk memeluk Noeul, memeluknya erat-erat dan meremasnya dalam pelukannya sementara si brunet mengeluarkan semua emosi yang membebaninya.

BELOVED ENEMY (BOSSNOEUL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang