Pertengkaran

243 30 6
                                    

Ketika Noeul bangun keesokan paginya, ada lengan yang melingkari tubuhnya dengan erat, dan kepalanya bersandar pada sesuatu yang lebih keras daripada bantal. Nafasnya tercekat, matanya terbelalak, segera tahu tentang apa -atau lebih tepatnya pada siapa- kepalanya sedang beristirahat, aromanya tidak salah lagi. Noeul mencoba tetap menutup matanya, berusaha rileks, dan perasaan aman berada di pelukan Boss begitu nyaman sehingga Noeul bisa tidur kembali dalam pelukan erat ini sekali lagi.

Sambil berbaring di dada telanjang Boss, merasakan kulit lembut pria yang lebih tinggi, ingatan kejadian semalam segera datang, dan hati Noeul berdebar bahagia saat dia mengingat bagaimana Boss menciumnya dengan penuh gairah, tangannya yang menjelajahi tubuh Noeul tanpa malu-malu dan tanpa rasa takut, membuat Noeul merasa seolah-olah dia berada di langit, sentuhan yang lembut namun terasa sangat berbekas, membawa dirinya dalam ujung kebahagiaan.





──────ೋღ 🌺 ღೋ──────




Mereka meninggalkan pesta segera setelah ciuman mereka di balkon, bermesraan di lift dan kemudian melanjutkan ketika mereka akhirnya berada di dalam kamar hotel yang besar. Boss begitu putus asa saat kulitnya bersentuhan dengan Noeul. Si brunet melihat cinta yang murni di mata Boss. Memang ada nafsu yang membara disana, namun Boss sangat berhati-hati dan lembut saat meletakkan Noeul di atas tempat tidur, menciumnya dalam-dalam dengan jari-jari menyisir rambut si brunet.

Namun, sesi bermesraan mereka terganggu oleh panggilan telepon, nada dering Boss menusuk udara dan membuat keduanya mengerang frustrasi. Mereka memutuskan untuk mengabaikan dering telepon untuk sementara waktu, terlalu membutuhkan satu sama lain, tetapi perangkat bodoh itu terus berdering.

" Angkat dulu, Boss ", ucap Noeul, dia juga tidak tahan dengan nada dering bodoh itu.

" Nggak perlu ", protesnya, kemudian bibirnya mencium leher halus Noeul. " Mungkin hanya orang iseng ", jawab Boss lagi, nafasnya menyentuh leher Noeul, membuat si brunet geli.

" Mungkin aja itu penting. Hhh... ", desah Noeul, lehernya masih terus dijamah, sungguh Boss sangat frustrasi saat itu.

Boss, dengan sangat tidak suka, pada akhirnya mendengarkan Noeul dan menjawab panggilan itu. " Fuck!! ", desisnya keras membuat Noeul tersentak dibawahnya. Detik berikutnya Boss sudah melompat dari kasur dan mengambil ponselnya kasar. " Shit! Ada apa Fort? Bisa tidak nggak mengganggu malam ini? Hah? Apa?! Kenapa bisa? ". Dan setelah umpatan itu Boss sedikit menjauh dari Noeul hingga si brunet hanya bisa mendengar gerutuan sang CEO sambil terus berjalan mondar mandir, salah satu tangannya sempat memijat pelipisnya. Dan sementara Noeul sangat ingin tahu apa yang membuat Boss begitu frustrasi, dia dengan sabar menunggu sampai Boss mengakhiri panggilan, tidak ingin mengganggu.

" Iya, oke aku akan kesana. Jangan memaksaku untuk cepat, panggil polisi saja atau siapapun! ". Masih dengan menghela nafas marah, Boss mengantongi ponselnya lalu kembali mendekati Noeul.

" Ada apa? Ada masalah? ", tanya Noeul hati-hati. Dia tidak akan berharap percumbuannya berlanjut karena wajah Boss yang merah padam menahan marah.

" Nggak tau. Sepertinya ada yang membobol mobilku atau ga sengaja menabrak, entah aku ga terlalu dengar Fort bicara apa tadi ", jawab Boss, lalu membungkuk dan mencium bibir Noeul dengan manis, telapak tangan besarnya membelai pipi Noeul lembut. Tindakan itu membuat Noeul memejamkan matanya saat bibir penuh Boss menyentuh keningnya. " Aku akan pergi sebentar. Nggak lama, oke ". Boss menarik diri saat Noeul hendak menyambut ciumannya. Noeul siap memprotes, tidak ingin membiarkan Boss pergi begitu saja, tapi dia dibungkam dengan ciuman lagi, atau lebih tepatnya kecupan-kecupan kecil, dan kemudian Boss menatap lurus ke matanya, berkata, " Aku mencintaimu "

BELOVED ENEMY (BOSSNOEUL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang