Fallin Love

231 29 3
                                    

Mereka melanjutkan berjalan, dan Noeul tidak berhenti tersenyum sepanjang waktu. Boss bertanya-tanya apakah si brunet sangat menyukai salju dan berharap dapat melihat salju turun secara langsung. Jika ya, setiap tahun Boss sanggup membawanya keliling dunia agar bisa menyaksikan Noeul tersenyum begitu cerah seperti ini.

Pada akhirnya mereka memakan waktu lebih lama hanya untuk membeli gula, karena saat Noeul melihat merek es krim favoritnya di toko tersebut -si brunet menjelaskan bahwa biasanya toko itu tidak menjual es krim- dia memutuskan untuk membelinya. Dan memutuskan rasa apa yang ia inginkan menambah banyak waktu lagi.

Saat mereka meninggalkan toko dua puluh menit kemudian, Boss tidak bisa mempercayai matanya. Dia tidak bisa berkata-kata saat matanya tertuju pada seluruh desa yang terguyur hujan deras. Dia tidak membawa payung dan jarak sampai ke rumah nenek Noeul lumayan jauh.

Boss melihat ke arah Noeul dan ia terlihat sama terkejutnya. Namun, tidak seperti Boss, dia terlihat sangat senang melihat pedesaan yang basah. " Ini saja sudah sangat menakjubkan, Boss! " serunya, menyaksikan dengan kagum saat sepatunya menyentuh kubangan air.

" Jangan main air kubangan, Noeul. Gimana cara kita pulang sekarang? Kita nggak bawa payung, dan mobilku ada di rumah ".

" Kita hujan-hujanan aja? Mau? ", tawar Noeul. Matanya sudah berbinar-binar. Boss masih berfikir. Dia tidak mau basah karena hanya membawa satu mantel. Rumah nenek Noeul memang hangat, tapi tetap saja dia membutuhkan mantelnya setiap saat. Mungkin dia akan disuruh keluar seperti ini lagi. Dalam cuaca dingin tidak mungkin keluar rumah tanpa mantel. Mantel milik Noeul sudah pasti tidak akan muat di tubuhnya.

Karena dirasa Boss lama mengambil keputusan, akhirnya keluarlah ide jahil Noeul. Sambil menyeringai -tentu Boss tidak tau itu- tangannya menarik pergelangan tangan Boss dan menyeretnya menembus hujan. Awalnya Boss sedikit kaget dan tersentak, namun melihat Noeul berteriak histeris karena air jatuh ke seluruh tubuhnya, Boss ikut tersenyum, yang lebih pendek sangat menikmatinya.

Boss tidak ingat kapan terakhir kali hujan-hujanan seperti ini, mungkin masih masa sekolah. Sang CEO benci dengan hujan, karena bukunya pernah basah dan catatannya luntur sehingga ayahnya sangat marah. Sejak saat itu Boss tidak menyukai hujan, dan akan menunggu hujan sampai selesai dimanapun ia berada. Mungkin itu juga yang membuat Boss benci natal, karena puncak musim hujan ada di bulan Natal, bulan Desember.

Namun melihat Noeul yang tertawa riang sambil terus berlari menembus hujan membuat Boss ikut tersenyum. Kenapa ada orang yang dengan mudah menemukan kebahagiaan, meskipun hanya melalui hujan. Sang CEO pun kini ikut bersemangat dan berlari mendahului si brunet, tetap bergandengan tangan. Namun di tengah jalan...

Bruukk!!

" Ha.. Hahaha... ", Tawa Noeul makin menggelegar. Boss terpeleset.

" Aduh.. Jangan menertawakanku, Noeul. Bantuin! Ini gulamu juga ", ucap Boss kesal.

" Oh iya, es krimku! ". Bukannya menolong Boss, si brunet langsung menyahut kantong kresek yang Boss bawa. " Syukurlah aman. Hihihi.. ", pria pendek itu masih terus cekikikan.

" Noeul... "

" Iya iya. Sini aku bantu ".

Noeul mengulurkan tangannya, siap untuk menarik Boss. Tapi muncul pikiran jahil juga dari Boss.

" Ah!! Boss.. Kenapa ikut narik? Kan jadi kotor ", gerutu yang lebih pendek. Bukannya berdiri justru tangan Noeul di tarik ke bawah dan mereka berdua terduduk di tepi jalan, di dalam kubangan air.

" Hahaha.. Salah sendiri ngetawain aku "

" Hahaha.. Hahaha... ". Keduanya tertawa bersama. Noeul lagi-lagi jahil dan menyipratkan air kubangan yang kotor itu ke baju dan muka Boss, dan akhirnya saling berbalas.

BELOVED ENEMY (BOSSNOEUL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang