BAB 68 ~ 🐺 SERIGALA BERBULU DOMBA 🐑

12 1 0
                                    

Gimana akhir kencan dadakan Debby dan Ferdinand????

Yang sudah kepo cuss langsung scroll ke bawah aje yee...

Happy reading....


🐺🐺🐺


"Oke! Tapi aku makan bukan karena kamu yang suruh, ya!" timpal Debby pada akhirnya. "Aku cuma nggak mau menyia-nyiakan berkat karena ada orang lain yang mungkin nggak seberuntung aku kalau makanan ini cuma berakhir di tong sampah!"

Lelaki dengan rambut tak lebih dari satu sentimeter itu langsung tertawa. "Terserah kamu!"

"Lagian kenapa sih pesan makanan sebanyak ini kalau yang makan cuma dua orang? Untung porsinya kecil. Kalau nggak habis, apa nggak sayang?"

"Kenapa memangnya? Aku masih sanggup kok kalau cuma beli makanan kayak gini buat kamu. Kamu mau minta apa juga nanti kubelikan. Mobil? Rumah?"

"Astaga!" Debby spontan tersenyum mencemooh. "Siapa juga yang mau minta-minta sama kamu?"

"Aku tahu kalau kamu nggak senang sama pertemuan ini," ucap lelaki itu dengan enteng. "Kelihatan dari sikapmu. Aku jadi berpikir, jangan-jangan minggu kemarin kamu memang sengaja menghindar. Iya, 'kan? Terus hari ini, kenapa kamu berubah pikiran? Lokasi pertemuannya juga berubah."

Debby tak bersedia menjawab. Namun, dalam hati, tetap saja ia menggerutu, "Apa-apaan sih orang ini? Mau bikin aku malu? Lagian siapa yang berubah pikiran! Ini kan gara-gara ... argh!"

Lelaki itu mengangkat bahu. "Nggak masalah sih buatku. Aku tipe orang yang suka berburu kok. Ini justru semakin menarik. Kalau nggak ada perlawanan, malah nggak seru nanti."

Lelaki itu langsung terkekeh yang membuat bulu kuduk Debby kembali merinding. "Ya, Tuhan, lindungi aku! Aku mesti cepat-cepat menyingkir dari orang ini!" batin Debby mulai panik.

"Karena kamu sudah tahu kalau aku terpaksa melakukan pertemuan makan siang ini, berarti nggak masalah 'kan kalau aku pergi sekarang? Toh aku juga sudah memenuhi janjiku sama mamiku," ucap Debby setelah meletakkan gelas minumnya. Ia langsung bangkit berdiri, tetapi belum sempat melangkah, lelaki itu keburu mencegah.

"Duduk!" sergah Ferdinand tiba-tiba. Beberapa kepala yang berada di dekat meja mereka bahkan sampai menoleh.

'Sialan!' Debby terpaksa kembali duduk. "Apa?" desis Debby jengkel.

"Camkan satu hal!" ucap Ferdi dengan nada yang berbeda 180 derajat dengan sebelum-sebelumnya. "Aku yang bakal menentukan apa yang akan kamu lakukan selanjutnya!"

"Apa?" Kening Debby mengernyit. "Memangnya kamu siapa mau mengaturku?"

Ferdinand kembali bersikap santai. Satu lengan diletakkan di punggung kursi di sampingnya sambil menatap Debby lekat-lekat. "Aku calon suami kamu," ucap Ferdi enteng setelah beberapa detik berlalu dalam diam.

"Apa? Gila, ya, kamu? Ketemu juga baru kali ini, tapi langsung mengaku calon suami? Hah! Jangan mimpi di siang bolong!" sergah Debby sengit meski dengan suara rendah. Ia masih ingat kalau ini di tempat umum.

Lelaki di hadapan Debby justru tertawa. "Aku nggak butuh persetujuanmu karena mami kamu sudah kasih lampu hijau."

"Apa?" sahut Debby dengan mata membeliak.

"Oh! Jadi, kamu belum tahu, ya?" Lelaki itu masih terkekeh. "Yah, suka nggak suka kamu tetap bakal jadi istriku nanti. Aku sih nggak masalah. Kamu juga enak dilihat kok walaupun aku belum tahu soal yang lainnya, ya."

Debby kembali naik pitam. Tanpa bicara apa-apa lagi, Debby langsung beranjak dari kursi dan melangkah cepat menuju pintu keluar. Hatinya sudah menggelegak seperti air mendidih di dalam panci yang isinya siap tumpah jika api tidak segera dimatikan.

WANITA INCARAN CEO AROGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang