Kalau yang nerima panggilan beda orang, apalagi lawan jenis, otak auto travelling....
So, gimana perasaan Debby sekarang??? Yuks, langsung cari tahu jawabannya di episode kali ini....
Happy reading ....
💄💄💄
Detik berikutnya, Debby mendengar teriakan si wanita di ujung sambungan meski suaranya terdengar jauh dari ponsel. "Koko, ada yang telepon!"
Debby tahu kalau ada yang menjawab seruan itu di ujung sana, tetapi ia tidak bisa menangkap dengan jelas jawaban apa yang dilontarkan oleh orang itu. Tak lama kemudian, suara si wanita kembali terdengar di telinga Debby. "Perempuan! Namanya di sini Bebi. Siapa sih, Ko? Pakai gambar hati segala."
Tiba-tiba indra pendengaran Debby menangkap suara yang tidak asing lagi. "Ck! Jangan usil, Chen! Sini ponselnya! Sudah sana!"
"Aww!" Debby bisa mendengar dengan jelas teriak kesakitan dari wanita itu. "Ya ampun, Koko! Sakit, tahu!"
"Ssst!" Suara maskulin kembali terdengar.
Tiba-tiba satu pemikiran muncul di otak Debby. Matanya membeliak. "Oh, astaga!" seru Debby seraya menutup mulutnya dengan satu tangan. "Maaf!" seru Debby serta-merta pada ponselnya. Sesaat sebelum sambungan telepon diputus dengan tergesa-gesa oleh Debby, wanita itu masih bisa mendengar William menyapa, "Halo, Debby?"
"Ya, ampun! Apa yang sudah kamu lakukan, Deb? Itu pasti kekasih Pak William! Dasar bodoh kamu!" Satu kepalan tangan mengetuk sisi kepalanya beberapa kali dengan pelan.
Ketika ponselnya berdering, Debby hanya melirik sambil menggeram kesal, "Ya ampun, Pak! Bapak benar-benar luar biasa, ya! Di samping Bapak ada kekasih, tapi masih berani menghubungiku? Oh, salah! Yang betul itu Bapak ternyata sudah punya kekasih selama ini, tapi masih mengejar-ngejar wanita lain!" Debby menggeleng-gelengkan kepalanya. "Benar-benar luar biasa!"
Selagi menggerutu panjang pendek, ponsel Debby pun tak berhenti berdering. Lelaki itu terus menghubunginya, membuat Debby gerah dan geram. Ketika Debby akhirnya menjawab panggilan tersebut, ia tak bisa mencegah dirinya untuk tidak meninggikan suara. "Apa?"
Suara kesiap terdengar dari ujung lain sambungan telepon sebelum akhirnya suara William memenuhi gendang telinga Debby. "Kamu kenapa, Deb? Kamu ... marah sama aku?" tanya William hati-hati.
"Hah! Pikir aja sendiri, Pak!" jawab Debby dengan malas. Ia mulai tidak respek pada lelaki itu.
"Hei, tolong jangan seperti ini, Deb," bujuk William. "Ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba marah? Kalau aku salah, aku minta maaf, tapi tolong kasih tahu apa salahku. Aku bukan cenayang, gak bisa baca pikiran orang kalau gak dikasih tahu. Bukankah tadi sore kita masih baik-baik aja? Kita juga punya rencana malam ini, 'kan?"
"Ah, kebetulan Bapak singgung soal itu. Sekalian aja saya beri tahu kalau rencana malam ini batal! Maaf, saya nggak bisa memenuhi janji saya!"
"Hei, kenapa malah jadi seperti ini? Kenapa dibatalkan? Oke, kalau malam ini kamu gak bisa, gak apa-apa. Kita bisa cari hari lain ...."
"Maaf, Pak, nggak ada hari lain juga!" potong Debby cepat. "Saya sudah menyampaikan apa yang mau saya sampaikan tadi. Sekarang, saya akan tutup teleponnya, Pak. Ke depannya, tolong jangan hubungi saya lagi!"
"Tunggu, Debby!" cegah William dengan cepat. "Tolong jangan dimatikan dulu. Please!"
"Maaf, Pak." Debby langsung mematikan sambungan telepon. Ia melempar ponselnya ke kursi penumpang di sampingnya. Kepalanya kemudian disandarkan ke roda kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA INCARAN CEO AROGAN
Roman d'amourMohon bijak dalam memilih bacaan. Ada beberapa bagian yang mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. 🙏 ****************** Debby sudah terbiasa menghalau para pria yang berusaha mendekati dirinya di luar pekerjaan. Saking terbiasanya, ia sudah t...