BAB 83 ~ 👄 RAYUAN MAUT👄

13 1 0
                                    

William masih berjuang buat meluluhkan hati sang pujaan nih...

Yuks, kasih semangat buat William sama author-nya. Bisa klik bintang atau tinggalin komen yakk...


Happy reading....


👄👄👄


"Jangan mengubah topik pembicaraan, Baby!" William meraih tangan wanita itu dan mengguncangnya pelan. "Ah, dan aku gak mau tambah apa-apa. Aku maunya kamu. Duduklah lagi, Baby," pinta William dengan lembut.

Debby lagi-lagi mengembuskan napas panjang dan kembali duduk. "Maaf, aku nggak mau bahas soal ini maupun orang itu! Bisa ganti topik aja, Pak?" Debby meminta dengan tatapan sendu.

Hati William lagi-lagi tertohok mendengar permintaan dan melihat wanita yang disayanginya seperti itu. "Baiklah, tapi tolong jawab dulu pertanyaanku dengan jujur. Apa orang ini sudah menyakitimu?"

Kepala Debby menoleh menatap William. "Kenapa memangnya, Pak?"

William menggeleng sekali. "Jawab aja. Please?"

Wanita itu kembali memalingkan wajahnya. Setelah menunggu beberapa saat, barulah terdengar suara lirih dari bibir Debby. "Bukan secara fisik."

William langsung memejamkan mata dan mengembuskan napas. Hatinya menggelegak mengetahui wanita yang disayanginya merasa tersakiti. Tinjunya terkepal erat di samping tubuhnya.

Rasanya ingin langsung mengorek informasi tentang laki-laki itu, tetapi ia sudah menyanggupi untuk mengubah topik. Ia tak mau membuat wanita itu semakin tidak nyaman. Akhirnya, William membuka mata dan kepalan tangannya setelah mengembuskan napas pendek.

"Apa kamu baik-baik aja, Baby?" William mencoba meraih tangan wanita itu lagi dan menggenggamnya dengan lembut. Ada sentakan halus sebelum William lagi-lagi manahannya. Ibu jarinya mengusap-usap membentuk lingkaran pada punggung tangan yang terasa halus bak porselen itu.

Debby mengangguk-anggukkan kepala. "Yah, masih bisa kuatasi kok. Bapak tenang aja." Wanita itu bahkan mengulaskan senyum meski terlihat dipaksakan.

William lagi-lagi menghela napas. Tatapannya masih melekat pada wanita itu selama beberapa saat lagi. Ia akhirnya melepas genggaman tangannya meski dalam hati masih ingin terus menggenggamnya, bahkan lebih. Sang CEO akhirnya juga menyisihkan topik seputar laki-laki misterius yang sudah mengusik wanitanya meski dengan berat hati. Ia pun memberikan senyum menenangkan pada wanita itu seraya mengangguk-anggukkan kepala.

"Baiklah. Kalau gitu, kapan rencana makan bersama yang waktu itu kamu batalkan akan diwujudkan lagi? Kamu sudah mengiyakan, lo!" tagih William.

"Aish! Masih ingat aja sih, Pak!" gumam Debby yang langsung kembali sewot.

"Oh, jelas dong! Jarang-jarang kesempatan seperti itu ada. Kamu sih, kalau diajak keluar gak pernah mau!" tuding William. "Sekarang, sudah gak ada alasan lagi buat batal. Aku sudah kasih tahu siapa itu Chen-Chen. Atau sampai sekarang kamu masih cemburu sama adik bungsuku?"

Debby hanya melengos dan memanyunkan bibirnya saja tanpa ada suara yang keluar.

William terkekeh melihat respons Debby. Dengan susah payah, lelaki itu berusaha mengendalikan diri agar tidak menarik wanita itu ke dalam pelukannya. "Bagaimana kalau Minggu siang besok? Opsiku masih terbuka untuk makan bersama di siang hari."

"Hmm, Minggu siang?" gumam Debby tampak berpikir.

"Iya. Kenapa? Gak bisa lagi?"

Debby memberikan lirikan tajam pada William. "Ck! Bapak ini, lo! Nadanya kok nggak enak banget sih di kuping?"

WANITA INCARAN CEO AROGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang