BAB 70 ~ 💌 (BUKAN) SALAH KIRIM 💌

10 1 0
                                    

Debby akhirnya nekat kirim pesan ke William. Kira-kira apa yang bakal terjadi selanjutnya, ya???

Yang udah penasaran... yuks, langsung cari tahu di bawah ini... 👇🏼👇🏼👇🏼

Selamat membaca....

💌💌💌

William baru saja menelan suapan terakhir dari menu makan siangnya—makan siang yang sedikit terlambat—ketika ponselnya mengeluarkan bunyi notifikasi pesan masuk. Tangan kirinya langsung meraih benda pipih tersebut sementara tangan kanannya tengah menopang gelas air minum tepat di bibir. Sembari minum, netra William melirik ponselnya. Seketika, ia terbatuk-batuk ketika mengetahui siapa pengirim pesan itu.

Buru-buru William meletakkan gelas minumnya dan meraih selembar tisu. Perhatiannya kini tertuju sepenuhnya pada layar ponsel. Begitu terpananya William pada fakta bahwa Debby baru saja mengiriminya pesan terlebih dahulu membuat William tidak langsung membalas pesan tersebut. Lelaki itu hanya terpaku pada satu kata yang dikirim oleh Debby.

"Hai."

Satu kata itu terus bergema di telinga William, padahal ia hanya membacanya dalam hati. Setelah beberapa saat, barulah William tersadar dan segera membalas pesan itu.

"Hai juga, Debby."

Tak sampai satu menit, pesan itu sudah dibaca. Namun, tidak ada tanda-tanda Debby hendak membalas kembali pesan William. Tak puas jika hanya berkirim pesan dan menunggu balasan, William mencoba peruntungan dengan melakukan panggilan telepon.

Sambil menunggu dan berdoa dalam hati agar panggilannya diterima, jari tangan William tak bisa berhenti bergerak mengetuk permukaan meja. Ketukan dari keempat jari yang dilakukan berurutan menghasilkan suara seperti derap kaki kuda. William masih sabar menunggu hingga pada dering keempat akhirnya ia bisa mendengar suara wanita itu.

"Halo."

William sedikit mengernyit ketika mendengar suara Debby yang terdengar lemah dan sedikit berbeda dari biasanya. Namun, segera ditepisnya pikiran itu jauh-jauh. Bisa saja telinganya yang salah dengar atau sedang terlalu sensitif.

"Apa kabar, Debby?" sahut William dengan ceria dan antusias. "Lagi apa nih? Santai?"

Tak terdengar sahutan dari seberang telepon. William kembali mengernyit. "Halo? Kamu masih di situ, Deb?"

Debby berdeham sebelum akhirnya menjawab, "Eh, ya. Anu ... maaf, Pak, tadi saya salah kirim. Sebaiknya saya tutup saja teleponnya. Maaf."

"Tunggu, tunggu!" cegah William cepat. Kerutan di antara alis William semakin dalam. "Kamu kenapa? Apa kamu baik-baik aja?"

"Ada yang aneh," cetus William dalam hati. Kali ini, telinganya sepertinya tidak salah dengar. Suara Debby memang terdengar lesu dan sedikit sengau.

Biasanya wanita itu selalu berapi-api saat berbicara di luar konteks pekerjaan meskipun lebih tepat kalau dibilang ketus sebetulnya. Namun, William tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

Kini, suara wanita itu terdengar berbanding terbalik dengan biasanya yang membuat William langsung curiga dan sedikit khawatir. Tak kunjung mendapatkan jawaban setelah menunggu beberapa saat, William kembali buka suara.

"Debby? Katakanlah sesuatu. Apa ada masalah? Apa kamu baik-baik aja? Kalau memang ada masalah, kamu bisa dan boleh banget cerita padaku. Kalau aku bisa bantu, nanti aku bantu. Kalau gak bisa, nanti kita cari solusinya sama-sama. Apa masalahnya berkaitan sama kerjaan?" William berusaha mendorong Debby agar bersedia terbuka padanya.

Lelaki itu kini menajamkan indra pendengarannya untuk bisa menangkap suara apa pun dari ujung sambungan telepon. Masih belum ada sahutan dari Debby, bahkan suara desah napas pun tak terdengar. Namun, tiba-tiba indra pendengaran William menangkap satu bunyi seperti isak lirih sebelum akhirnya nada sambung memenuhi gendang telinga William.

WANITA INCARAN CEO AROGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang