BAB 138 ~ 🎁 HADIAH 🎁

5 1 0
                                    

William sama Debby nongol lagi nih ....

Yuks, pantau terus relationship mereka .... 🔭🔭


Happy reading ....


🎁🎁🎁


"Ya, Fan. Ada apa?"

William yang menatap Debby dari samping mendengarkan sebentar percakapan sepasang sahabat itu. Namun, rambut panjang Debby lebih menarik perhatiannya daripada isi percakapan mereka. Tangannya mengelus rambut burgundi itu dari puncak kepala hingga ujung rambut yang berakhir di punggung.

Debby menoleh dengan netra melebar. William memberi isyarat dengan dagu agar wanita itu jangan memedulikan dirinya. Setelah Debby berbalik, tangannya kembali bergerak untuk menyatukan rambut panjang itu dan meletakkannya ke depan bahu.

"Koko mau sentuh kamu," bisik William tepat di telinga Debby. Wanita itu langsung menggelinjang dan kembali menoleh.

"Sssh!" desis William cepat dan sangat pelan.

Di saat yang sama, telapak tangan William sudah diletakkan di tengkuk Debby dan mulai membuat gerakan memijat ringan. Sudah sejak lama, William ingin menyentuh wanita itu di sana. Hingga beberapa saat, William terus memijat dan mengusap-usap tengkuk itu dengan sangat lembut sampai indra pendengarannya menangkap sahutan sang kekasih yang cukup mengusik hatinya.

"Yah, masih sama." Suara Debby terdengar lesu. "Hari ini, sudah tiga kali, tapi tetap nggak kugubris."

William mengernyit mendengarnya.

"Ya, Ko Billy sudah tahu." Debby menoleh seraya meringis. Dengan isyarat tangan, wanita itu memberi tahu kalau ia akan ke dalam.

Dengan berat hati, William mengiyakan. Selepas sang kekasih menghilang entah ke ruang duduk atau ke kamar, lelaki berdagu belah itu langsung mengambil ponselnya sendiri dari atas meja. Sejurus kemudian, benda pipih persegi panjang itu sudah menempel di telinga William.

"Apa hal yang kuminta kemarin sudah ada hasil positif lagi, Bung Sigit?" tanya sang CEO tanpa basa-basi. Roman mukanya kembali muram ketika mengingat lagi bagaimana sang kekasih harus melewati hari-harinya selama lebih kurang seminggu ini.

"Maaf sekali, Pak William. Untuk saat ini, masih belum ada informasi lain selain informasi standar yang sudah kami laporkan terakhir kali kemarin. Tapi kami masih mengusahakan untuk menggali informasi yang lebih spesifik lagi. Sepertinya memang ada sesuatu yang disembunyikan dari orang itu. Jadi, tolong beri kami waktu lagi, Pak," pinta sosok di seberang sambungan telepon.

William menghela napas panjang. Wajahnya yang sudah muram semakin mendung saja. Meskipun ia sedikit lega mendengar kabar kalau ada sesuatu yang bisa ia jadikan senjata, di sisi lain ia frustrasi karena harus menunggu lagi. Ia ingin secepatnya memutus rantai antara orang gila itu dengan kekasihnya.

"Kira-kira butuh berapa lama lagi? Saya butuh informasi yang sekiranya bisa membungkam orang itu secepatnya. Bagaimana kalau besok malam? Atau paling lambat lusa pagi. Bagaimana? Apa cukup?"

"Kami usahakan secepatnya, Pak. Sejauh ini, kami rasa kami sudah berada di jalur yang benar, Pak, hanya butuh sedikit waktu lagi. Jadi, mudah-mudah tidak lama lagi Bapak bisa mendapatkan apa yang Bapak mau."

William menatap sekilas pada kekasihnya ketika wanita itu muncul kembali di ruang tamu. Sembari mendengarkan penuturan lawan bicara di ujung telepon yang lain, tangan William yang bebas terulur ke depan. Ia menanti hingga Debby mendekat dan meraih tangannya. Lelaki itu langsung menggenggamnya dan sedikit menarik wanita itu untuk duduk di sisinya lagi.

WANITA INCARAN CEO AROGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang