BAB 89 ~ 🤥 TAK SELICIN BELUT 🤥

9 1 0
                                    

Debby berusaha berkelit saat didesak oleh William... Ada apa, ya???

Yuks, langsung baca aja...

Happy reading...


🤥🤥🤥



Debby terlihat memutar bola matanya. "Mau ke kasir dululah, Pak. Masa langsung pulang, nggak dibayar dulu. Nanti dicegat satpam apa nggak malu?"

William terkekeh. "Sudah, gak perlu! Semuanya sudah dimasukkan ke tagihanku kok." William akhirnya bangkit berdiri. "Ayo!"

"Lo? Kok jadi Bapak yang bayar sih? 'Kan aku yang mau bayar utang, kenapa jadi Bapak yang bayar?"

"Sudah, gak apa-apa. Kamu akhirnya mau makan bareng aku aja itu sudah kuanggap cukup sebagai bayaran. Jadi pulang, gak?" William bertanya karena keduanya hanya berdiri saja di sisi meja tanpa ada yang melangkah.

"Ck! Utangku kan malah jadi tambah banyak nih! Gimana sih, Pak?" gerundel Debby dengan wajah cemberut, tetapi digerakkannya juga kakinya menjauhi meja.

"Sudah! Kamu gak punya utang apa-apa lagi kok! Please, jangan bahas itu lagi, ya!" William langsung menyejajarkan langkah di samping wanita itu.

Rasanya ingin menggandeng tangan wanita itu, tetapi lagi-lagi William harus menahan diri.

"Kenapa sih tadi gak mau dijemput aja, Baby?" tanya William. "Kamu kan jadi gak repot. Gak capai juga, apalagi kamu tadi habis jalan jauh."

"Nggak apa-apa, Pak. Lebih praktis gini daripada Bapak antar jemput, nanti Bapak malah jadi bolak-balik. Kalau Bapak ada urusan lain setelah ini, Bapak kan bisa langsung pergi juga."

"Aku gak punya agenda lain setelah ini. Malam ini khusus buat kamu, Baby."

"Nggak usah sampai segitunya, Pak. Kalau Bapak punya janji atau urusan lain, nggak apa-apa kok pergi duluan."

"Gak ada urusan lain, Baby. Sudah! Aku juga gak mau dibantah soal ini! Aku akan membuntuti mobilmu. Hah, coba kalau kamu kujemput aja tadi. Kita kan jadi punya tambahan waktu lagi buat mengobrol. Aku masih pengin bareng kamu, tahu. Tapi kita harus pisah di sini sekarang."

Keduanya sekarang berada di depan dua buah mobil SUV yang berbeda pabrikan. Satu berwarna cokelat gelap dengan logo tiga bentuk oval, yang lain berwarna hitam dengan logo tiga berlian.

"Naiklah! Aku akan mengikutimu," titah William.

"Bapak ini menyogok tukang parkir apa gimana tadi?" tuduh Debby tiba-tiba. "Kok bisa-bisanya tukang parkir mengarahkan mobilku ke sini, padahal masih banyak tempat yang kosong tadi."

William hanya menyengir. Cengirannya bahkan semakin lebar ketika Debby memelotot.

"Serius, Pak? Bapak benaran kasih duit lebih cuma biar mobilku diparkir di samping mobil Bapak?"

"Astaga!" seru Debby ketika William tetap hanya menyengir lebar. "Niat banget sih, Pak?"

"Iya, dong! Apa aja akan kulakukan biar kamu ada di sampingku, bahkan kendaraan kita. Sudah, sana naik! Jadi pulang, gak, nih? Tadi yang merengek minta pulang siapa, ya?" seloroh William.

"Eh, aku nggak merengek, ya, Pak! Enak aja kalau omong!" bantah Debby.

William tertawa lepas. "Sudah, cepat naik sana! Aku nanti di belakangmu." William mulai melangkah ke arah SUV hitamnya meski tetap berdiri dahulu di samping mobil sampai Debby benar-benar masuk ke dalam mobilnya sendiri.

Beriringan, kedua mobil SUV itu pun akhirnya meninggalkan tempat parkir restoran seafood. Mobil William selalu membayangi mobil Debby tepat di belakangnya. Ia tetap menjaga jarak aman, tetapi tidak pernah membiarkan mobil lain berada di antara mobil mereka untuk jangka waktu yang lama.

WANITA INCARAN CEO AROGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang