Warning!!!
Episode kali ini mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. Mohon bijak dalam menyikapi.
Selamat membaca...
👊👊👊
Untuk saat ini, William tak bisa lebih bahagia lagi setelah mendengar izin dari sang kekasih. Namun, saat telapak tangan William akhirnya menyentuh bahu kanan Debby, lelaki itu merasakan sentakan halus. Bahkan bukan cuma itu saja! Tubuh Debby sedikit kaku dan William bisa mendengar sentakan napas yang tertahan.
"Sial! Aku membuatnya ketakutan lagi," rutuk William dalam hati. Tangannya segera diturunkan dari bahu Debby.
Entah ia harus merasa apa saat ini. Beruntung atau sial? Mereka sudah tiba di samping mobil hatchback hitam yang akan membawa mereka ke rumah Debby. Jadi, tangannya memang harus segera menyingkir dari bahu wanita itu. Namun, reaksi Debby tadi menjadi indikasi kuat bagi William kalau wanita itu memang masih belum siap.
"Ternyata permintaannya kemarin supaya gak ada kontak fisik sama sekali gak mengada-ada, ya? Hah! Aku malah protes, bilang kalau gak ada kontak fisik jadi seperti dua orang asing yang baru pertama kali ketemu, padahal statusnya pacaran. Ya ampun, Will! Beruntung sekarang Debby sudah mau gandengan tangan. Jangan terburu-buru, Will!" renung William dalam hati.
Lelaki itu akhirnya berusaha mencairkan suasana lagi selama dalam perjalanan pulang supaya Debby kembali merasa nyaman dan tidak ketakutan lagi. Namun, saat keduanya baru saja tiba di rumah dan Debby baru saja membuka pintu depan, tiba-tiba terdengar pintu dibanting dengan keras di belakang mereka.
Suara berisik itu kemudian disusul dengan teriakan marah seseorang.
"Jadi, ini laki-laki yang kamu pilih?"
William cepat-cepat berbalik dan menatap laki-laki yang melangkah dengan langkah lebar dan cepat melintasi carport. Tampangnya gusar dengan satu jari telunjuk mengarah langsung padanya. Belum juga hilang rasa terkejutnya, William semakin dibuat terkesiap dengan respons Debby yang tiba-tiba melewatinya dengan cepat dan menghadang laki-laki setengah gundul itu.
"Ngapain kamu ke sini?!" bentak Debby pada sosok laki-laki yang kini sudah sama-sama berada di teras.
William langsung menarik mundur wanita itu. "Masuk, Baby!" titah William tegas.
"Nggak!" Debby kembali maju. "Koko nggak tahu dia siapa! Biar aku aja yang menghadapinya!"
William buru-buru menahan Debby yang hendak melewatinya lagi. Satu tangannya melintang ke perut wanita itu dan mendorongnya ke belakang tubuh kekarnya. "Sepertinya Koko tahu dia siapa. Jadi, biar Koko aja yang urus, Baby."
"Aha! Kayaknya kita pernah ketemu sebelumnya, ya? Bukankah kamu yang sok-sokan jadi pahlawan kesiangan ... kapan ... dua minggu lalu, 'kan?" tanya Ferdinand yang terus menatap William sedari tadi. Kini, tatapannya menyelidik dari atas ke bawah. "Apa sekarang juga mau jadi pahlawan kesiangan?" ejek Ferdinand. Bau asap rokok tercium sangat jelas.
"Dan kamu, Beb! Panggilanmu padanya juga kayaknya sudah berubah, ya? Koko?" Ferdinand mendengkus dengan keras. Tawa mengejek juga tak ketinggalan meluncur dari bibir lelaki itu. "Jadi, benar, ya, kalau kamu sudah pacaran sama laki-laki ini di belakangku?"
"Jaga mulutmu!" bentak Debby lagi dengan tangan teracung. "Siapa yang pacaran di belakangmu? Memangnya kita punya hubungan? Hah! Jangan sembarangan kalau bicara!"
William tidak peduli dengan ejekan yang ditujukan padanya. Namun, ia tidak terima dengan perkataan yang dilontarkan dengan nada menghina itu yang ditujukan pada Debby. Sambil masih menahan wanita itu di belakang tubuhnya, William kembali meminta Debby untuk masuk ke rumah. "Biar Koko yang menghadapi orang ini, Baby."
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA INCARAN CEO AROGAN
Roman d'amourMohon bijak dalam memilih bacaan. Ada beberapa bagian yang mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. 🙏 ****************** Debby sudah terbiasa menghalau para pria yang berusaha mendekati dirinya di luar pekerjaan. Saking terbiasanya, ia sudah t...