Selamat hari Minggu!! Selamat berakhir pekan.
Bab baru sudah tayang, ya, siap menemani waktu santai teman-teman.
Langsung baca aja, yuk!
Happy reading, ya!
💔💔💔
Dari ekor matanya, Fanny melihat Niel membungkuk ke arah meja rendah di tengah ruang duduk. Ia hanya tertawa keras tanpa mengomentari. Perhatiannya sudah kembali beralih pada isi lemari pendingin di hadapannya.
"Mau jus buah apa minuman soda, Ko?"
"Jus buah aja."
"Oke," sahut Fanny yang langsung mengeluarkan kotak karton berisi sari buah jeruk dari dalam lemari pendingin. Ia kemudian mengambil dua buah gelas tinggi dan menuang sebagian isi kotak ke dalam gelas. Selagi menuang cairan berwarna kuning tersebut, tiba-tiba Niel muncul di sampingnya.
"Kamu masih punya ini, Fan?" tanya lelaki itu sembari menunjukkan bungkus kosong crackers asin ke hadapannya. Lengan kanannya yang terulur memperlihatkan tato harimau tengah berjalan dan mengaum di antara pergelangan tangan bagian dalam hingga beberapa sentimeter sebelum lipatan siku.
Setelah melirik sekilas crackers yang dimaksud oleh Niel, Fanny yang tingginya terpaut lima belas sentimeter dengan lelaki itu harus mendongak saat menatap wajahnya. Ia pun mengangguk sembari berkata, "Ada di kabinet atas, Ko. Tempat biasa."
Pria itu lalu mengangguk dan berjalan menjauh ke arah tempat sampah di pojok ruangan dan membuang beberapa bungkus kosong yang dibawa dari area ruang duduk. Sesudah mencuci tangan di bak cuci piring dan mengeringkannya dengan tisu, lelaki dengan rambut hitam bergelombang dengan model two blocks haircut itu langsung menghampiri kabinet yang dimaksud oleh Fanny. Tanpa sungkan, pria itu lalu memilah-milah bungkusan makanan yang ada di dalam kabinet dan menarik keluar sebungkus crackers yang ia inginkan.
"Ko Niel lapar?" tanya Fanny sembari melihat jam dinding di atas televisi. "Apa mau makan malam sekalian?"
"Enggak usah. Tapi kalau kamu sudah lapar, kamu makan aja dulu."
"Aku nggak makan malam ini."
Mereka berjalan bersisian saat kembali ke ruang duduk. Fanny lantas meminta tolong pada pria itu untuk memegangkan kedua buah gelas yang dibawanya. Ia berniat membereskan meja dari berkas-berkas kantor yang berserakan supaya bisa meletakkan minuman-minuman mereka di atasnya. Niel menerima dua buah gelas berembun yang disodorkan oleh Fanny setelah meletakkan bungkusan crackers yang dibawanya ke sofa terdekat.
"Kenapa enggak makan? Diet?" cecar Niel. Tanpa menunggu jawaban, lelaki itu kemudian berdecak seraya mendudukkan pantatnya di sofa empuk sebelum melanjutkan, "Kamu sudah kurus kayak gitu buat apa diet? Yang ada nanti kamu malah jatuh sakit! Lagian kamu itu enggak cocok kalau terlalu kurus. Kamu bakal kelihatan kayak orang penyakitan, tahu!"
"Amit-amit, Ko! Jangan sampai! Tapi ngomong-ngomong, yang Koko bilang tadi itu serius? Menurut Koko aku justru kelihatan jelek kalau terlalu kurus?" tanya Fanny yang tengah berlutut sambil memandang pria di hadapannya. Tangannya masih sibuk memindahkan barang-barang di atas meja.
Begitu ada ruang di atas meja kaca, lelaki bertato itu langsung meletakkan dua buah gelas yang dipegangnya. Disambarnya selembar tisu dari bawah meja untuk mengelap tangannya. "Ya, iyalah! Memangnya kapan Koko pernah bohong sama kamu?"
Fanny tak menjawab dengan kata-kata, tetapi memberikan senyum semringah pada Niel. Lelaki itu tak hanya membalas senyumnya dengan sama lebarnya, tetapi juga mengulurkan tangan ke arahnya dan mengacak-acak rambutnya. Sontak Fanny langsung menepis tangan pria itu dengan tampang cemberut dan menyuarakan protes, "Aku bukan anak kecil lagi, Ko! Jangan mengacak-acak rambutku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA INCARAN CEO AROGAN
RomantizmMohon bijak dalam memilih bacaan. Ada beberapa bagian yang mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. 🙏 ****************** Debby sudah terbiasa menghalau para pria yang berusaha mendekati dirinya di luar pekerjaan. Saking terbiasanya, ia sudah t...