BAB 53 ~ 😮 BAYANGAN MENGEJUTKAN 😮

13 1 0
                                    

Selamat Tahun Baru 2024!!!!! 🎉🎉🎆🎆✨✨🎉🎉

Semoga di tahun yang baru, berkat Tuhan senantiasa melimpah dalam hidup kita semua...


Happy reading ....


😮😮😮


Debby menunduk dan menutup mulutnya dengan satu tangan. Tubuhnya lama-lama berguncang dengan keras. Tak kuat berdiri, Debby akhirnya menjatuhkan tubuh hingga berjongkok.

Ia meluapkan semua amarah, kekecewaan, dan sakit hati pada sang mami lewat air mata. Dengan menggigit punggung tangan, Debby berusaha meredam isak tangisnya. Dadanya terasa sesak dan napasnya tersengal-sengal. Sesekali, Debby bahkan sampai membuka mulutnya untuk meraup oksigen banyak-banyak.

Setelah puas menumpahkan kekesalan hati, Debby mulai berusaha menguasai diri. Tubuhnya tidak lagi berguncang-guncang. Isak tangisnya juga sudah berganti menjadi sesenggukan kecil. Cairan bening yang menganak sungai di wajah sudah semakin berkurang. Jejak-jejaknya pun sudah dibersihkan. Tampak di samping kanan Debby, seonggok tisu bekas pakai yang wujudnya sudah tak beraturan.

Kini, Debby sudah duduk bersila di depan batu nisan. Ia tak peduli jika pakaiannya nanti akan kotor meskipun sudah beralaskan koran bekas yang tadi ia ambil dari rumah orang tuanya. Payung lipat merah polos dan kacamata hitamnya masih setia menaungi tubuh dan matanya dari paparan sinar matahari.

Wanita berambut lurus itu masih betah duduk sila berlama-lama di depan batu nisan setelah beberapa menit berlalu. "Tante, aku duduk di sini dulu, ya?" pinta Debby seraya meremas-remas tisu dengan tangannya yang bebas. Tatapan matanya menekuri lantai semen di depannya.

"Hari ini," celetuk Debby setelah beberapa saat hening, "Mami berencana mengenalkan aku sama seseorang, Tante. Aku nggak ingat apa kemarin Mami sudah kasih tahu waktunya apa belum, tapi yah ... aku nggak peduli soal itu sekarang. Aku cuma nggak setuju sama rencana Mami. Jadi, aku pilih kabur."

Debby tiba-tiba tersenyum miring. "Sekarang ini, Mami pasti sudah kebakaran jenggot mencariku. Hah, aku bahkan sampai menjauhi ponsel untuk sementara waktu ini, Tante," aku Debby. Wanita itu lalu menunduk dan membuang napas panjang.

"Nanti ajalah baru kubuka," imbuh Debby tanpa semangat. Ia lalu terdiam. Isi kepalanya tengah membayangkan puluhan notifikasi yang bakal muncul di ponselnya. Kepalanya lantas digeleng-gelengkan.

"Aku tahu ini nggak akan menyelesaikan masalah, Tante. Tapi ... gimana caranya kasih tahu Mami kalau aku nggak mau menikah?" Debby kembali terdiam sejenak, memikirkan ulang kata-kata yang ia pilih. "Uhm, nggak mau ... atau belum mau?" Debby mendesah seraya menatap langit di kejauhan dari balik kacamata hitamnya.

Ia merasa warna langit yang ia lihat dari balik kacamata hitam saat ini sama seperti kehidupannya selama ini. Gelap. Suram. "Hah, nggak tahulah, Tante. Aku nggak pernah memikirkannya. Aku cuma nggak mau berhubungan sama mereka."

Debby lagi-lagi terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Apa Tante tahu, kalau sampai sekarang, masalah waktu itu masih menghantuiku? Masih membayangi langkahku?" Debby menatap sendu batu nisan di hadapannya.

"Kepergian Tante yang mendadak merupakan pukulan berat buatku. Aku kehilangan sandaran, Tante." Debby menggeleng-gelengkan kepala. "Benar-benar kehilangan," ulang Debby sambil mengerjap-ngerjapkan mata, menghalau cairan bening yang hendak tumpah lagi. "Cuma pekerjaanku aja yang bisa mengalihkan pikiran-pikiran burukku, yang membuatku merasa tetap waras."

Debby tercenung selama beberapa menit. Baru kali ini, wanita itu mengakui keadaan dirinya sepeninggal sang tante. Biasanya Debby datang mengunjungi makam Meyliana pada saat-saat tertentu atau ketika ia merindukan sosok sang tante. Kalaupun ia berkeluh kesah, biasanya hanya seputar hubungannya dengan sang mami yang sering tidak akur.

WANITA INCARAN CEO AROGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang