BAB 117 ~ ⛑ PROTEKTIF ⛑

6 1 0
                                    

Masih episode Ksatria Kuda Putih bangun tembok keliling, benteng, gali parit cuma buat melindungi Tuan Putri, yaaa... 😁


Selamat membaca...



⛑⛑⛑


Debby terlonjak kaget saat ponselnya berdering. Namun, detik berikutnya, embusan napas lega langsung terlontar dari bibir mungilnya. "Ugh! Kukira Mami. Sialan! Gara-gara orang itu aku jadi waswas kapan Mami meledak. Hah! Kalau cuma aku sih nggak masalah, tapi kalau Koko sampai kena omel juga ... huff!" gerundel Debby dalam hati.

"Halo, Fan," sahut Debby setelah tombol hijau digeser. "Ada apa?"

"Kamu lagi apa, Say? Mau menginap di tempatku beberapa hari? Atau mau kutemani?" tanya Fanny tanpa basa-basi.

"Eh?" Debby langsung menoleh pada William dengan mata memicing. "Koko bilang sama Fanny?" tanya Debby tanpa suara. Tangannya yang bebas ikut bergerak, menunjuk dada William kemudian menunjuk ponsel yang masih menempel di telinga.

Melihat lelaki itu hanya menyengir, membuat Debby langsung memutar bola matanya. Sambil menjauhkan ponsel, Debby berdecak lirih ke arah William.

"Say? Kamu masih di situ?" Suara Fanny samar-samar terdengar.

"Ya, ya. Kenapa kamu tiba-tiba omong gitu?"

"Ck! Justru kamu itu yang gimana!" seru Fanny. Nadanya terdengar kecewa. "Ada kejadian kayak gitu kenapa kamu nggak bilang apa-apa sama aku, padahal kita sering mengobrol? Apa kamu sudah nggak menganggapku sahabat lagi? Masa aku harus tahu masalah yang menimpamu itu dari Ko William sih!" keluh Fanny panjang lebar.

"Ya ampun, Fan. Omongnya kok gitu sih? Sori, sori. Aku bukannya sengaja nggak kasih tahu kamu, tapi benaran lupa. Kejadian-kejadiannya kan di waktu-waktu yang nggak biasa. Setelah lewat, ya sudah. Aku juga nggak mau memikirkannya terus-terusan. Sori, ya."

"Hmm! Ya, ya. Kamu kumaafkan, tapi aku masih sebal sama kamu!"

Debby langsung terkekeh. "Ya, sudah. Aku traktir makan siang besok, ya? Tempatnya terserah kamu," tawar Debby masih dengan senyum menghias wajah.

"Hah, aku setuju bukan berarti aku sudah nggak marah sama kamu, lo!" gertak Fanny.

Namun, Debby masih bisa mendengar nada sayang dalam suara Fanny. Ia kembali terkekeh. "Iya, iya. Terserah kamu deh."

"Jadi, kamu yang ke tempatku atau aku yang ke tempatmu nih?"

"Nggak usah nggak apa-apa toh berapa hari lagi Bi Siti ke sini," tolak Debby dengan halus.

"Justru itu! Sambil menunggu Bi Siti, aku bisa menemanimu," debat Fanny.

"Yah, lihat besoklah."

"Eh, tunggu, tunggu! Kenapa dari tadi kamu mengelak terus sih? Jangan-jangan ...." Fanny tiba-tiba tergelak.

"Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan kamu nggak mau acaramu sama Ko William terganggu, ya?" terka Fanny sembari terkekeh.

"Apa?"

"Kalau kamu di tempatku, nanti Ko William jadi nggak leluasa ngapelin kamu dong makanya kamu nggak mau menginap di tempatku. Iya, 'kan?"

"Hus! Kamu ini omong apaan sih? Mana ada kayak gitu? Biasa aja kali!" elak Debby, tetapi tetap saja pipinya terasa memanas.

Ia melirik ke arah William, takut jika lelaki itu mendengar omongan Fanny. Namun, sosok yang ditatap ternyata tengah menatapnya juga, bahkan dengan lebih intens. Debby jadi salah tingkah. Ia langsung melengos dan bangkit berdiri. Wajahnya semakin terasa panas saja.

WANITA INCARAN CEO AROGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang