Bab 9 sudah meluncur, siap menemani waktu santai teman-teman!!!
Yang kepo langsung otw baca, yuk!
Happy reading!!
❓❓❓
"Ko Niel?" celetuk Fanny ketika melihat siapa yang menghampiri meja mereka. Sedetik kemudian senyum lebar tersungging di bibirnya. "Sendirian aja, Ko?" tanya Fanny lebih lanjut.
Debby hanya melirik sekilas dari samping. Merasa tidak mengenal sosok yang baru saja menghampiri mereka, Debby tak memedulikan lagi pria tersebut. Tak ingin mengganggu interaksi antara sahabatnya dengan pria itu, Debby memutuskan untuk membuka ponselnya. Ia sempat melirik sekilas pada sahabatnya yang masih tersenyum ceria.
"Enggak. Tuh, sama mereka." Indra pendengaran Debby menangkap suara berat pria itu yang menjawab pertanyaan Fanny.
"Halo, Debby." Tiba-tiba suara berat itu beralih padanya. "Kita ketemu lagi nih."
Debby yang tengah menunduk menekuri layar ponselnya, terperanjat. "Eh, iya," sahut Debby tergagap. Dirinya tak menyangka akan disapa.
'Dari mana dia tahu namaku? Apa kami pernah ketemu sebelumnya?' Benak Debby diliputi keheranan. Melalui tatapan mata sipitnya, Debby bertanya pada Fanny, tetapi tak dihiraukan oleh sahabatnya.
"Mau gabung?" tawar Fanny pada pria itu.
"Aww!" pekik Fanny sejurus kemudian ketika Debby menendang kakinya di kolong meja. Wajah perseginya meringis, menampilkan sederet gigi putih.
"Kenapa, Fan?" tanya pria itu. Matanya membesar.
"Oh, bukan apa-apa, Ko. Kayaknya kakiku terantuk kaki meja," sahut Fanny masih dengan meringis kecil pada pria itu, tetapi sedetik kemudian memelototi Debby.
"Enggak apa-apa, 'kan?" Pria itu memandangi Fanny sesaat, lalu mengalihkan tatapannya pada Debby. Wanita berambut panjang itu mengulaskan senyum kecil demi sopan santun. Namun, tak lama kemudian, perhatiannya kembali dialihkan pada ponselnya.
"Yah, mungkin lain kali aja, Fan. Enggak enak juga sama yang lain. But, thanks buat tawarannya," jawab pria itu menanggapi tawaran Fanny tadi.
"Oh, oke kalau gitu," sahut Fanny dengan ringan.
"Ya sudah, Koko balik ke teman-teman Koko dulu, ya. Bye, Fan. Bye, Debby," pamit pria itu. Kepala Debby lagi-lagi terangkat memandang pria itu. Matanya melebar.
"Oke, bye, Ko." Hanya Fanny yang menimpali pria itu.
Debby masih bergeming. Setelah menunggu beberapa detik tanpa ada sahutan dari Debby, pria itu lalu berbalik melangkah kembali ke arah teman-temannya menunggu. Debby baru saja membuka mulutnya untuk berkata-kata ketika tiba-tiba pria itu muncul lagi di hadapan mereka. Kali ini, pandangan matanya langsung tertuju pada Debby.
"Maaf, boleh aku minta kartu namamu?" pinta pria itu tanpa basa-basi seraya mengulurkan kartu namanya sendiri ke atas meja di hadapan Debby.
"Ha?!" Debby hanya bisa terperanjat.
"Kartu namamu," ulang pria itu. "Aku tahu kalau kamu desainer grafis lepas," jelasnya lebih lanjut.
"Ugh ... sori, hari ini saya nggak bawa kartu nama," elak Debby.
"Oh." Pria itu hanya terpana sedetik. Selain itu, tidak ada ekspresi apa pun yang tampak di wajahnya yang putih bersih. Detik berikutnya, senyum kecil terukir di bibir merah mudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA INCARAN CEO AROGAN
RomanceMohon bijak dalam memilih bacaan. Ada beberapa bagian yang mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. 🙏 ****************** Debby sudah terbiasa menghalau para pria yang berusaha mendekati dirinya di luar pekerjaan. Saking terbiasanya, ia sudah t...