Kita tinggalin dulu papinya Debby, ya...
Debby sama William akhirnya makan malam bareng nih...
Yuks, ikutin mereka ke resto pilihan Debby....
Happy reading...
💖💖💖
"Sudah berangkat, Baby?"
"Baru mau jalan, Pak."
"Oke, hati-hati kalau gitu. Aku sudah di jalan ini."
"Ya, Pak. Bapak juga hati-hati. Sampai ketemu di sana."
"Siap, Baby."
Sepanjang jalan—oh, lebih tepatnya sejak menerima paket dan membaca memo kemarin, raut bahagia senantiasa terpancar pada wajah William. Senyumnya sebentar-sebentar muncul setiap kali William mengingat wanita itu atau apa yang sudah wanita itu lakukan untuknya.
Sejak kemarin, lelaki berdagu belah itu sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan sang pujaan hati, apalagi ia tidak mendapat kabar apa-apa hingga siang tadi selain pesan balasan yang dikirim wanita itu kemarin sore. Pesan balasan darinya pun tidak dibalas lagi, hanya dibaca meski itu setelah beberapa jam kemudian. Proyek kecil yang sedang ia tangani pun masih berkaitan dengan sang desainer grafis. Jadi, meskipun cukup menyita perhatiannya dan bisa membunuh waktu hingga sore menjelang, konsentrasi William sesekali tetap terpecah.
Hari ini, rasa rindunya semakin menggebu-gebu, terlebih lagi saat mendekati waktu janjian. Meskipun demikian, ada sedikit rasa kecewa terselip dalam hati saat wanita itu menolak untuk dijemput tadi.
William tiba lebih dahulu di tempat pertemuan. Sebuah restoran seafood dengan interior berupa mural tropika pada sebagian besar dinding. Satu dinding dikhususkan untuk menampung beberapa akuarium yang dibuat menyerupai akuaskap.
"Hai, Baby," sapa William ketika Debby menghubunginya melalui panggilan telepon. "Sudah sampai? Aku sudah di dalam. Atau kamu mau duduk di luar?"
"Baiklah," sahut lelaki itu setelah mendengarkan beberapa saat. "Aku di sisi kanan pintu masuk, di sudut dekat akuarium."
Tak lama kemudian, batang hidung wanita tinggi semampai itu tertangkap oleh indra penglihatan William. Ia melambaikan tangan sekilas ketika wanita itu tengah memindai ruangan di sisi kanan pintu masuk. Saat netranya bersirobok dengan milik wanita itu, senyum kecil langsung merekah di wajah bulat telurnya. Debby kemudian mendekat dengan langkah mantap.
Hati William selalu berdesir setiap kali melihat wanita itu, terlebih lagi malam ini. Netranya tak pernah lepas dari sosok yang tengah melangkah itu. Rambut burgundinya digerai. Sejumput rambut panjangnya berjuntai ke depan melewati bahunya. Tubuhnya yang tinggi semampai terbalut atasan model turtleneck tanpa lengan warna merah marun. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih susu. Kaki jenjangnya dibalut rok denim pendek dengan sederet kancing di bagian depan.
William bangkit dan menarik kursi saat wanita itu semakin dekat dengan meja mereka.
"Makasih, Pak," ucap Debby seraya mendudukkan tubuhnya ke kursi.
"Kamu cantik banget, Baby," puji William setelah lelaki itu duduk kembali. Suaranya sarat kekaguman. Senyum cerah yang terbit sejak Debby muncul belum juga sirna.
"Ck! Nggak usah bikin gombalan, Pak," protes Debby.
William mau tak mau langsung terkekeh. "Ya ampun, Baby. Kamu itu, lo! Dipuji marah, digoda juga marah. Jangan-jangan nanti kudiamkan juga marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA INCARAN CEO AROGAN
RomansaMohon bijak dalam memilih bacaan. Ada beberapa bagian yang mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. 🙏 ****************** Debby sudah terbiasa menghalau para pria yang berusaha mendekati dirinya di luar pekerjaan. Saking terbiasanya, ia sudah t...