Ada yang kebakaran tapi bukan rumah nih...
Kira-kira bisa padam gak nih...???
Yuks, langsung otewe baca aja...
Happy reading....
🔥🔥🔥
Lagi-lagi telinga William langsung menangkap pekikan sebal dari bibir mungil Debby. "Pak!"
William rela jika telinganya bakal terus berdenging sepanjang malam ini asalkan bisa melihat lagi ekspresi yang baru saja diperlihatkan oleh Debby. Jiwa usilnya sudah kegirangan seperti anak kecil mendapat hadiah.
William terus mengamati wanita itu. Ia bahkan bisa melihat mata sipit Debby mengintip dari sela-sela jari tangannya. Ia semakin terkekeh.
"Jangan menatapku kayak gitu, Pak!" protes Debby seraya memutar tubuh dan menjauh.
"Eh, kamu mau ke mana, Baby? Jangan pergi dulu! Obrolan menarik kita belum selesai. Aku kan pengin tahu jawabanmu, Baby," seru William semakin jahil.
Meskipun menjauh, Debby ternyata tidak meninggalkan dapur. Ia kemudian menyahut dengan nada sebal, "Ya ampun, Pak! Kenapa topiknya jadi menyerempet ke sana sih?" Wanita itu masih membelakangi William. Namun, kedua tangannya kini sudah diturunkan.
"Lo? Kan kamu yang mulai duluan, Baby. Aku cuma mengikuti arus aja," dalih William masih dengan terkekeh.
"Enak aja!" sembur Debby yang langsung balik badan sambil memelotot. Namun, detik itu juga Debby langsung putar arah lagi sambil terus melayangkan protes, "Bapak yang mulai duluan, ya! Bukan aku! Dan hentikan tawa menyebalkan itu!" Kini, satu tangan wanita itu memegangi keningnya sementara yang lain berada di pinggang.
Bukannya berhenti, William justru semakin terbahak-bahak, lebih-lebih ketika dari belakang, ia melihat kedua tangan Debby mulai mengipas-ngipas di depan wajah meski dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
"Baby," panggil William dengan lebih lembut meski parau setelah tawanya reda, "ayo, sini duduk lagi. Aku gak akan menggodamu lagi. Please." Tak ada lagi kesan jahil dalam suaranya. Justru William yang sedari tadi terus menatap tubuh bagian belakang wanita itu mulai kelimpungan dan kini tengah berusaha menetralkan debar jantungnya dan sesuatu yang lain.
Ia merasa dejavu. Leher Debby bagian belakang yang terekspos karena rambut panjangnya diangkat ke atas seperti sudah menjadi magnet bagi netra William. Ia tak bisa mengalihkan pandangan dari kulit putih mulus di bawah rambut itu. Sebagian tubuhnya bahkan sudah bereaksi dengan sendirinya.
William duduk gelisah di kursi bar. Ia merasa tidak nyaman. Dalam sekejap, celana jinnya langsung terasa sesak. Untung posisi Debby sekarang masih membelakanginya dan ia sendiri tengah duduk di balik meja bar. Paling tidak, posisinya itu untuk saat ini bisa menyembunyikan sesuatu yang tengah bangkit di bawah sana.
William berjuang keras mengendalikan diri. Tatapan matanya berusaha dialihkan ke tempat lain meski dengan susah payah. Ia tak mau kondisinya saat ini diketahui oleh wanita yang masih membelakanginya itu.
"Baby," panggil William lagi, "sampai kapan kamu mau berdiri terus di situ?" Ingin rasanya mendatangi dan merengkuh wanita itu ke dalam pelukan, tetapi ia takut dengan reaksinya sendiri nanti. Lebih baik ia menjaga jarak aman.
Sayangnya, meski jarak sudah aman, pemandangan di depan mata belumlah kondusif. Itu sebabnya William meminta Debby untuk kembali duduk. Paling tidak, pemicu terbesar tubuhnya bertingkah semaunya sendiri bisa menghilang dari pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA INCARAN CEO AROGAN
RomanceMohon bijak dalam memilih bacaan. Ada beberapa bagian yang mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. 🙏 ****************** Debby sudah terbiasa menghalau para pria yang berusaha mendekati dirinya di luar pekerjaan. Saking terbiasanya, ia sudah t...