Gimana pelarian Debby kemarin??? Berhasil gak, ya???
Yuks, langsung otewe baca aja...
Happy reading...
⚰⚰⚰
Usaha Debby mencari taksi kosong sembari menjauhi restoran ternyata belum membuahkan hasil. Meskipun demikian, Debby akhirnya menghentikan langkah kakinya ketika dirasa sudah cukup jauh dan tak akan terlihat dari arah restoran. Peluh mulai mengaliri pelipis, leher, dan punggungnya. Napasnya pun sudah kembang kempis. Namun, itu semua tak dihiraukan oleh Debby.
Dengan perasaan kebat-kebit, akhirnya Debby berhasil menghentikan sebuah taksi tak lama kemudian. Tangannya bahkan masih gemetar ketika Debby membuka pintu penumpang. Secepat kilat, Debby menghilang ke dalam kabin mobil.
"Selamat siang, Neng," sapa sang sopir begitu Debby menutup pintu. "Tujuannya mau ke mana, ya?"
"Jalan aja dulu, Pak," pinta Debby lemah.
Sekonyong-konyong kelegaan membanjiri tubuhnya sampai rasanya ingin menangis. Begitu merasa aman di dalam mobil, adrenalin yang sejak tadi memaksanya untuk bersikap tangguh kini hilang lenyap bak ditelan bumi. Otot-otot tubuhnya langsung mengendur, membuatnya lemas tak bertenaga lagi. Kepalanya disandarkan ke belakang dengan bahu melorot. Kedua matanya terpejam, tetapi bibir mungilnya sedikit terbuka. Dadanya masih naik turun dengan cepat.
"Neng, baik-baik saja? Apa Neng sakit? Wajah Neng pucat banget."
Suara sang sopir yang lembut membuat Debby mengangkat kepala dan membuka matanya. Ia lantas menatap kaca spion tengah. Mata mereka bersirobok. Debby mengulas senyum lemah sembari menggelengkan kepala.
"Saya nggak apa-apa kok, Pak. Terima kasih." Setelah berpikir sejenak, Debby lalu menyebutkan lokasi tujuan yang ingin ia datangi saat ini meski harus mengubah arah.
Debby menunduk dan bisa melihat kedua tangan yang berada di pangkuannya ternyata masih belum berhenti bergetar. Tiba-tiba matanya terasa panas dan tenggorokannya tercekat. Debby mengerjap-ngerjap dan sedikit mendongakkan kepalanya agar air matanya tidak tumpah. Usahanya berhasil, tetapi ketika pandangannya kembali turun tiba-tiba setitik air mata meluncur turun ke pipi. Debby langsung mengusap pipinya dengan cepat.
Sayangnya, perasaan dikhianati oleh sang mami membuat air matanya kembali meleleh tanpa henti kali ini. Debby berusaha keras membendung air matanya. Kepalanya ditolehkan ke samping, menatap bayangan kabur di luar jendela seraya satu tangan berlomba mengeringkan kedua pipinya. Ketika isak pertama lolos dari bibir mungilnya, Debby serta-merta menggigit jari telunjuk yang dikepalkan bersama jari jemari yang lain.
Tiba-tiba Debby merasakan sentuhan ringan pada lututnya. Seketika, ia tersentak dan menoleh. Di atas lututnya, bertengger sekotak tisu yang disodorkan oleh sang sopir. Refleks, Debby mendongak menatap kaca spion lagi, tetapi tatapan sang sopir tengah fokus pada jalanan di depannya.
"Terima kasih, Pak," ucap Debby seraya mengambil beberapa helai tisu sekaligus. Melalui kaca spion, Debby melihat sang sopir meliriknya sekilas sembari mengangguk dan tersenyum ramah.
Selingan tersebut ternyata berhasil mengalihkan pikiran Debby sejenak dan menghentikan isak tangis yang hendak pecah. Dalam hati, Debby kembali berterima kasih pada sopir taksi yang bisa memahami keadaannya saat ini tanpa banyak bertanya. Ia mendesah dan kembali menatap objek-objek yang bergerak di luar jendela.
Debby berusaha menikmati perjalanan dadakan ini dalam keheningan. Beberapa waktu kemudian, taksi yang ditumpanginya akhirnya berhenti di depan sebuah taman. Setelah membayar ongkos taksi, Debby segera memasuki kawasan taman yang dahulu sering ia datangi bersama dengan Fanny untuk berolahraga. Sekarang, ia hanya ingin duduk menyendiri dan menjauh dari rumah sejenak. Biasanya taman ini cukup sepi jika siang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANITA INCARAN CEO AROGAN
RomanceMohon bijak dalam memilih bacaan. Ada beberapa bagian yang mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan. 🙏 ****************** Debby sudah terbiasa menghalau para pria yang berusaha mendekati dirinya di luar pekerjaan. Saking terbiasanya, ia sudah t...