chapter 58

287 21 0
                                    

rose pov

3 hari telah berlalu, dan entah kenapa hari hari,minggu minggu,dan bulan ini terasa cukup lama dan sedikit lebih berat dibandingkan sebelumnya.

"aigoo.. lihat siapa ini?" sapa orang yang tibatiba datang dan duduk bersama ku ditable yang sudah ku pesan ini.

aku tidak berniat untuk menjawabnya, aku hanya menatapnya yang tengah menghembuskan asap rokoknya sambil menyilangkan kakinya dan duduk bersandar.

kami beradu tatap, hanya saja dia menatapku dengan wajah yang cukup membuatku harus menahan emosi.

"wae?" tanyanya dengan sedikit mendengus dan menampilkan cengirannya itu.

aku masih tidak berniat untuk menjawabnya, aku kembali meletakkan gelasku diatas meja setelah menyesap isinya, dan selanjutnya aku menatap orang dihadapanku ini sambil mengangkat sebelah alisku.

"kau kesini, memesan table, seorang diri" ucapnya.

"wae? apa tempatmu ini sudah mengeluarkan larangan baru agar aku tidak bisa datang kesini?" tanyaku.

"jika iya, apa kau seorang yang bekerja dibidang hukum itu akan menaati peraturan tersebut?" ucapnya balik bertanya.

aku berdecih dan sedikit memutar malas bola mataku.

dia terkekeh, mengambil sebuah gelas kosong dan menuangkan isinya sebelum akhirnya ia menenggaknya habis.

"jadi, ada apa? aku tau pasti ada sesuatu yang ingin kau bicarakan padaku bukan?" tanyanya.

"aku akan benar benar membuat perhitungan padamu jika terjadi suatu hal yang buruk pada loren" ucapku.

"apa kau tidak pandai berbasa basi huh?" ledeknya.

"aku hanya tidak pandai membuang buang waktu ku untuk orang seperti mu" jawabku.

dia berdecih, meledekku dengan sarkas.

"perhitungan? perhitungan macam apa yang akan kau berikan pada ku huh? selama ini kau tau apa yang ku lakukan, tapi apa yang bisa kau lakukan? lihat lah, saat ini kau bahkan sedang berada ditempat kotor ini" singgungnya.

"kau hanya beruntung" jawabku.

"atas apa? kau tidak bisa menemukan bukti bukti atas tindakan apapun yang ku lakukan? karna aku seorang choi? atau karna kau merasa bahwa aku bisa menyeret loren?" serangnya.

aku tidak dapat menjawabnya, namun yang ku sadar kini aku menatapnya dengan tatapan ku yang memanas.

dia menghembuskan asap rokoknya untuk yang terakhir kali sebelum akhirnya dia mematikannya diatas asbak dihadapannya.

kini dia sedikit merunduk, mencondongkan badannya dan membalas tatapan ku.

"asal kau tau, aku selalu menghargai mu karna kau adalah adik dari loren, dan aku menghargai mu karna kau adalah teman dari adikku" ujarnya. "namun satu hal yang harus kau tau pasti bahwa selain hal hal itu, aku menghargai mu sebagai bentuk apresiasi ku karna aku tau bahwa perjuangan mu sampai dititik ini bukan lah hal yang mudah meskipun kau adalah seorang dari keturunan park. tapi apa yang kau lakukan? kau selalu menatap ku kotor, kau bahkan memutuskan hubungan pertemanan mu dengan adik ku, hanya karna apa? kau seorang jaksa? memiliki sebuah prinsip? shibball.. kau bahkan tidak bisa melakukan apapun padaku atau loren, kau bahkan membutuhkan pertolongan ku untuk menyembuhkan loren, kau bahkan.." sambungnya yang benar benar membuat ku tak sanggup untuk terus terusan mendengarnya.

"tutup mulutmu brengsek" potong ku.

"wae? kau tidak sanggup mendengarkan kebenaran? aku hanya mengingatkan, bukan kah kau harusnya kau yang paling tau karna kau tinggal didalam lingkungan hukum dan peraturan? tidak ada yang benar benar bersih di dunia ini ms.park, kau boleh berprinsip tapi kau harus tau tempat dan batasan mu" ucapnya.

Black Families (jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang