Bab 52

10.4K 263 2
                                    

Sofia yang baru saja hendak tidur kembali membuka matanya begitu mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumah. Untung letak kamarnya tidak jauh dari ruang tamu, sehingga dia masih bisa mendengar suara dari luar.

Samar-samar Sofia mendengar suara orang yang sedang bercakap-cakap di ruang tamu. Sofia turun dari ranjangnya, dengan perlahan dia berjalan ke balik pintu. Sofia membuka pelan sedikit pintu kamarnya, agar suara diluar terdengar lebih jelas.

"Mana anak itu?" Tanya Dodi yang baru pulang kerumah.

Sofia mengenal suara itu, itu adalah suatu papanya.

"Dikamar, sepertinya udah tidur" Jawab Tari.

"Kamu ngapain sih nampung itu anak dirumah ini" Ucap Dodi menatap istrinya tak suka

"Mas, kamu nggak usah ngomong teriak-teriak. Nanti dia bisa bangun" Ujar Tari mengingatkan

"Alah, aku nggak peduli. Lagian dia bukan anak aku" Ucap Dodi keras

Deg... Jantung Sofia terasa berhenti berdetak begitu mendengar ucapan papanya. Apa benar dia bukan anak papanya?

"Kamu kira aku mau ngelakuin ini semua gitu aja? Kalau nggak karna harta warisan Sofia yang banyak, aku juga ogah pura-pura baik di depan anak itu, apalagi dia bukan anak aku" Balas Tari tak kalah keras yang mampu di dengar oleh Sofia.

Sofia menutup mulutnya tak percaya, berarti benar, dia bukan anak mereka. Pantas selama ini dia tidak pernah di pedulikan. Sofia tertawa miris di dalam hati.

"Pokoknya aku nggak mau tau ya mas, kamu harus pura-pura baik di depan Sofia. Kita harus buat dia percaya, sampai dia setuju menjadikan kita sebagai walinya agar warisan itu bisa di cairkan" Ujar Tari pada suaminya, dia tidak mau usahanya selama sebulan ini menarik perhatian Sofia hancur begitu saja karena ulah suaminya.

"Lagian itu warisan kenapa harus nunggu umur Sofia 25 tahun dulu baru bisa di cairkan. Jangan sampai Sofia tahu hal ini, apalagi suaminya itu. Karena bisa saja anak itu menggunakan suaminya sebagai walinya dan mencairkan warisan itu sendiri. Bisa-bisanya kita tidak dapat apa-apa" Ucap Dodi mendengus kesal.

Tari berjalan mendekati suaminya.

"Makanya mas harus sabar, kita harus pura-pura baik di depan Sofia untuk menarik perhatian anak itu. Setelah dia luluh, kita akan menyuruh dia menandatangani surat warisan itu untuk di walikan kepada kita. Setelah itu kita akan membuang anak itu dan kita bisa menikmati harta warisan itu sepuasnya" Ujar Tari sambil membayangkan hidup mewah tidak lama lagi, dia hanya perlu bersabar sebentar.

Sofia tidak bisa berkata apa-apa, mendengar obrolan dua orang yang di anggap nya sebagai orang tua selama ini. Bisa-bisanya mereka sejahat itu dengan Sofia. Pantas mereka mencari Sofia lagi, ternyata demi warisan itu.

Sofia bertanya-tanya dalam hati, dimana orang tua kandung nya? apakah orang tua kandung nya sudah meninggal?

"Besok kita harus bertemu dengan notaris itu, mengurus semuanya agar lebih cepat" Ujar Dodi

"Pokoknya besok kalau ada Sofia, mas harus pura-pura baik" Tari mengingatkan suaminya itu

"Iyaa iyaa. Ckk.. Anak itu dari dulu selalu menyusahkan" Dodi berdecak kesal.

Setelah itu Sofia tidak lagi mendengar suara dari luar, sepertinya dua orang itu sudah pergi. Sofia menutup kembali pintunya dengan pelan, tak lupa menguncinya dari dalam.

Tanpa sadar air mata Sofia mengalir begitu saja, kenapa takdir begitu jahat padanya. Pantas dari dulu dia tidak di perdulikan sama sekali oleh Tari dan Dodi, ternyata dia bukan anak mereka.

Not My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang