Seminggu usai resepsi pernikahan antara Ameelya dan Firman, mereka memutuskan untuk membeli rumah di dekat Galery dan BC tempat Firman bekerja.
Hari ini mereka sedang bersiap untuk memindahkan barang-barang kerumah barunya. Mulai dari barang pribadi, sampai perabotan rumah yang sudah dibeli.
"Mas Man harus sering-sering main kesini. Sama mbak Mee juga, ya" ucap gadis kecil yang sibuk bergelayut manja dengan Firman.
Ia adalah Maira. Anak bungsu dari keluarga Firman Maulana.
"Pasti Mai. Mas kan cuma pindah ke deket Galery aja, biar gak jauh kerjanya. Bukan pindah negara" Firman mengelus puncak kepala Maira.
"Iya Mai. Gak usah sedih gitu lo mukanya. Nanti kalo kesini mbak bawain jajan yang banyak. Gimana, mau ndak? " Mee ikut mengusap punggung Maira.
"Bener loh, Mbak?"
"Iya beneran. Nanti, Mbak bawain coklat juga. Makanya jangan nangis ya! " Mee mengusap air mata Maira.
Maira mengangguk "Mai tinggal punya Mbak Hanna sama Mas Isal. Sama Ibu juga" ucap gadis itu sedih.
"Maira cantik. Dengerin Mbak, ya. Mas Man tetep punya Maira. Mbak ndak ngambil Mas Man dari Maira. Lihat Mas Man!" Mee menuntun Maira untuk melihat wajah Firman.
"Mas itu sayang banget sama Maira. Mbak ndak mungkin bisa ngambil Mas Man dari Maira"
"Tapi, kenapa mas Man mau dibawa pergi?"
"Dek, Mbak itu hadir sebagai temen buat Mas. Biar bisa nemenin kerja, jadi temen ngobrol. Maira ngerti?" Dengan sabar, Mee mencoba memberi pengertian kepada Maira.
Mee memeluk Maira erat. Didalam hati, ia berdoa supaya gadis kecil dalam pelukannya bisa menerimanya dan mengerti ucapannya.
Firman yang melihat hal itu tersenyum. Ia senang bisa menyaksikan interaksi Mee dangan adiknya. Semoga kehadiran Mee membuat kasih sayang dalam keluarganya semakin erat.
"Iya, mbak. Mai ngerti sekarang. Mbak sama mas Man harus sering kesini pokoknya" Maira mengeratkan pelukannya pada Mee.
Mee mengangguk dan membalas pelukan itu tak kalah erat. Firman yang melihat dua wanitanya tersenyum lalu tertawa kecil.
"Semoga..." Ucapnya dalam hati.
"Mas, mbak, itu mobilnya udah dateng" Tiba-tiba Faisal masuk kedalam kamar dan langsung bicara seperti itu.
"Ah kamu tu Sal, kalo masuk kamar orang mbok salam dulu!" Omel Firman sambil menatap adiknya.
"Sepurane mbak yu, menawi kaget( Maaf mbak, kalau kaget)" ucapnya sebelum berlari kencang menuju dapur.
"Ayo, Cil. Sini tas kamu, biar sekalian tak bawa" ucap Firman sembari mengambil tas ditangan Mee.
Benar saja, di luar sudah ada mobil truk dan dua carry. Dimana sopirnya adalah tim GWSM dan Srotop TV. Ternyata mereka ikut serta membantu pengantin baru ini.
"Mbak Mee. Aku mau ikut kerumah barunya Mbak, lho" Rayyan berlari menghampiri Mee.
"Ojo mlayu kamu tu. Nanti jatuh!" Mee sedikit berteriak mengingati Rayyan.
"Hehe iyo, mbak"
"Ya berarti nanti harus mau bantuin Mbak beres-beres dong"
"Yo Iyo mbak. Aku kan melu karna ape mbantu-mbantu mbak yu ku iki( ya iya mbak. Akukan ikut karna mau bantu-bantu mbak cantikku ini)"
Ucapan Rayyan membuat Firman menoleh lalu menatap Mee dan Rayyan bergantian.
"Nyapo to mas" Sinis Rayyan saat tatapannya bertemu dengan tatapan tajam Firman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ommee
Teen FictionMencintai gadis dengan segala luka memang bukanlah hal yang biasa... Tapi, Ameelya menemui sosok pria yang bisa membuatnya kembali melihat dunia... Dia adalah Firman Maulana... Mencintai gadis luka itu dengan segala macam cara, berjuang demi terbit...