Mee sibuk mondar-mandir dari tadi. Tangannya membawa sepiring bubur dan tak lupa dengan segelas air hangat. Handuk kecil bertengger di bahunya.
Mee masuk kedalam kamar dan melihat pria itu sedang meringkuk diatas kasur. Tadi pagi badannya panas dan menggigil. Membuat Mee panik setengah mati.
Pantas saja, semalam Mee merasa bahwa Firman gelisah dalam tidurnya. Rupanya, anak itu akan demam.
"Mas man, bangun maem dulu" Mee mengelus kening Firman. Sesekali tangannya menyugar rambut suaminya.
Mee tersenyum. Ia memperhatikan wajah suaminya yang terlihat tambah lucu saat sedang sakit. Wajah Firman memerah karna panas tubuhnya. Bibirnya mengerucut, mungkin merasakan pusing dikepala.
Mee memasangkan bye bye fever dikening Firman. Karna kain kompres yang digunakan sedari tadi jatuh dan hilang entah terselip dimana. Pria ini sangat aktif saat tidur, walaupun sedang sakit.
"Mas. Bangun dulu, aku suapin ya"
Firman menggeliat lalu mengedipkan matanya. Menatap Mee yang sudah ada di hadapannya.
"Moh maem. Ndak enak mulutnya" jawab pria itu dengan suara serak.
"Dari tadi malem perutnya belum keisi lho, mas. Baru minum susu aja tadi pagi"
Tak ada respon dari Firman. Pria itu malah menutup matanya lagi. Dengan lembut dan sabar, Mee mengusap kening pria itu, memijatnya pelan dan diakhiri dengan kecupan singkat.
"Ayo bangun. Kalo ndak mau maem tak tinggal lho!" Ancam Mee.
Firman bergerak dan mendusel didada Mee. Lalu tangannya melingkari tubuh wanita itu. Memeluk erat.
"Apa mau keklinik aja, mas?"
Firman menggeleng "ndak mau. Iya, maem tapi nanti, cil"
"Sekarang. Ayo tak suapin. Apa mau makan sendiri" Mee melepaskan pelukan Firman dan beranjak duduk.
Pria itu ikut duduk. Ia meringis memegangi kepalanya.
"Kan pusing, hati-hati. Darah rendahmu itu lho dijaga, sayang" Mee membentu Firman bersandar. Ia memijit kening pria itu.
Suapan demi suapan Firman terima dengan baik. Walaupun sambil memejamkan mata, Firman berusaha untuk terus memasukkan makanan yang disodorkan Mee kemulutnya.
"Kata mas Joko, mereka mau kesini, mas. Jenguk kamu"
Firman mengangguk "Kapan katanya?"
"Habis Dzuhur"
Firman mengangguk kembali "uwes, cil" ucap pria itu sambil menjauhkan wajahnya. Menghindari sendok berisi bubur yang diberikan Mee.
Mee menaruh piring di nakas. Ia mengambil segelas air dan menyodorkannya pada sang suami. Tak lupa juga menyodorkan obat untuk segera diminum.
"Mau kemana, cil? "
Mee menoleh melihat Firman yang beranjak turun dari kasur. "Mau naruh ini sebentar. Kamu mau ngapain? "
"Pingin pipis"
Mee mengekor dibelakang Firman sambil membawa piring dan gelas. Setelah menaruh piring ditumpukan cucian kotor, Mee bergegas menyusul Firman. Ia berdiri di depan pintu wc. Menunggu suaminya keluar.
"Lho, mau ke wc po, cil? "
Mee menggeleng dan langsung menuntun pria itu "nungguin kamulah. Aku takut kamu diculik hantu kamar mandi"
Firman tertawa mendengar ucapan random Mee. Wanita itu benar-benar menggemaskan dimatanya sekarang.
"Wes bubuk sek. Aku tak lanjut ngeresikin umah (dah tidur dulu. Aku mau lanjut bersihin rumah) " kata Mee usai memakaikan selimut ke Firman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ommee
Ficção AdolescenteMencintai gadis dengan segala luka memang bukanlah hal yang biasa... Tapi, Ameelya menemui sosok pria yang bisa membuatnya kembali melihat dunia... Dia adalah Firman Maulana... Mencintai gadis luka itu dengan segala macam cara, berjuang demi terbit...