(47) Perdebatan Alina dan Mee

500 25 0
                                    

Mee melangkah pelan dituntun oleh Faisal. Seberusaha apapun Mee berjalan, ia tetap merasakan nyeri luar biasa karna bekas jahitan di perutnya.

"Duduk dulu ya, Mbak?" Ajak Faisal.

Mee mengangguk. Karna jujur, jahitan yang masih basah itu menyebabkan nyeri ke seluruh tubuh. Walaupun tadi ia sudah mengkonsumsi obat perda nyeri, tapi ternyata sakit itu hanya berkurang sedikit.

"Mau minum?" Tanya Faisal khawatir.

"Nggak usah, Cang. Maaf ya, Mbak ngerepotin kamu" Mee mengusap perban di perutnya.

"Nggak lho, Mbak" Faisal menatap perut wanita itu. Khawatir jika nanti darah merembes keluar. Walau sebenarnya itu tidak terjadi.

"Senjanya bagus, Cang" Mee menunjuk jendela kaca lebar yang langsung menghadap ke langit lepas. Mengingat posisi mereka ada di lantai atas.

"Senja emang secandu itu" jawab Faisal.

Mee teringat momen bersama Firman kemarin saat mereka sama-sama menikmati indahnya langit keemasan itu. Mengadu pada semesta bahwa mereka saling mencintai. Tapi tampaknya, semesta tidak merestui jika mereka serakah dalam rasa. Cinta itu harus dibagi dengan orang baru yang membuat Mee sampai sesakit ini.

"Ayo jalan lagi. Mbak pingin cepet ketemu sama Mas, sama ibu juga" Mee bangkit dari duduknya.

Faisal sigap memegang tangan Mee dan membantunya melangkah menyusuri lorong rumah sakit. Mee merindukan senyum Firman. Itulah yang membuatnya memaksa diri untuk cepat bertemu kekasihnya itu.

"Nanti, jangan dituntun lagi gak papa kok, Cang. Takutnya nanti Mas Omman curiga" ucap Mee sambil mengusap perutnya.

"Iya, Mbak"

Setelah berjalan sedikit lagi mereka sampai di depan ruang rawat inap ibu mertuanya. Mee menghirup nafas panjang lalu perlahan mengetok pintu.

Faisal mendorong pintu sambil mengucapkan salam. Ia masih menggandeng pergelangan tangan Mee dibelakangnya.

"Mas..." Panggil Faisal kepada Firman yang tengah menatap senja lewat jendela kamar.

Pria itu menoleh dan menaikkan dagu seolah bertanya "kenapa". Faisal menoleh kebelakang lalu tersenyum memberi ketenangan untuk Mee.

"Aku bawa duniamu... " ucap Faisal. Ia membuka pintu lebih lebar agar Mee bisa masuk.

Firman yang melihat kedatangan Mee spontan langsung mendekat pelan. Masih tak menyangka, wanita yang membuatnya uring-uringan sejak malam kini ada di depannya.

"Assalamu'alaikum... " ucapnya pelan.

"Cill... " panggil Firman. Pria itu mematung saking tak percaya.

Mee mengangguk lalu melangkah pelan mendekati ibu. Ia menyalimi tangan ibu yang menatapnya dengan tatapan tak suka.

"Dari mana kamu? Baru datang sekarang. Saya operasi kemarin dan kamu malah leha-leha dirumah! Mana sopan santun kamu yang katanya menantu?! " ucap Ibu dengan nada membentak.

"Mee dar-" ucapannya terputus saat Firman datang dan menariknya kedalam pelukan.

"Kamu pucet banget, Cil. Sakit? Hmm" Firman menatap wajah Mee lalu meletakkan tangannya didahi Mee.

Kemudian pria itu menatap ibunya dengan tatapan memohon. Ia lelah, Ia sakit melihat wanitanya dibentak seperti itu.

Dengan sangat lirih pria itu berkata "Bu, Mee baru datang. Jangan dimarahin, ya. Kali ini Firman mohon, Bu" Firman mendekati ibunya lalu mencium kening wanita itu. Air matanya jatuh mengenai pipi sang ibu.

OmmeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang