Wanita itu tengah menata meja makan untuk sarapan paginya bersama suami. Sudah pukul 07.20 pria itu belum juga beranjak dari kasurnya.
Mee melangkah menuju kamarnya, berniat membangunkan Firman untuk sarapan. Pria itu meringkuk di kasur, masih menggunakan sarung yang tadi dipakai untuk solat subuh.
"Mas... Bangun dulu. 𝘔𝘢𝘦𝘮 𝘦 𝘸𝘦𝘴 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘦 𝘭𝘩𝘰" Mee mengguncang bahu suaminya pelan.
Firman menggeliat "hhooaaammmm"
Ia melirik Mee lalu melirik jam "bentar lagi, cil""Sarapan dulu, nanti telat ke bc, lho!" Mee menarik selimut Firman, akan tetapi pria itu malah menutup wajahnya menggunakan tangan.
"Mas... " panggil Mee.
Tak ada jawaban dari pria itu. Mee beranjak membuka tirai jendela, membuat cahaya pagi menerobos masuk mengenai wajah pria itu. Mee mematikan lampu lalu mendekati suaminya lagi. Menyugar rambut Firman sambil berkata pelan.
"Kalo gitu, aku berangkat kerja aja. Sarapannya sudah siap, ada di meja!"
Saat Mee melangkah menjauh, ia mendengar ranjang kasur berbunyi menandakan pria itu bergerak.
"Cill..." Tegur Firman dengan suara serak mengintimidasi.
Mee menoleh dan melihat Firman telah duduk dan melepas sarungnya. Ia menatap Mee dengan mata sipitnya.
"Jangan macem-macem. Diem dirumah atau ikut ke bc. Cuma itu pilihan dan gak ada yang lain"
Mee hanya menatap pria itu, lalu melangkah keluar kamar. Semalam ia melihat pria itu mengangkat telpon. Akan tetapi dengan wajah paniknya, ia segera memutus telpon itu sepihak. Tanpa menjawab separah kata apapun.
Mee juga tau pria itu menangis sesenggukan setelah menerima telpon. Ia terbangun ketika merasakan Firman mencium keningnya cukup lama.
"Mas... Aku boleh tanya sesuatu?" Tanya Mee hati-hati saat mereka menyelesaikan sarapannya.
"Tanya apa, cil?" Firman menyeruput kopinya lalu menatap Mee setelah meletakkan cangkir itu keatas piring.
"Kamu punya masalah, ya?"
Mendengar pertanyaan itu spontan membuat kedua alisnya menyatu. Ia sedikit terkejut karna takut Mee melihat kejadian tadi malam. Atau malah, mendengar pembicaraannya dengan mas Cahyo.
"Nggak ada tuh. Kenapa emang?"
Mee memainkan jemarinya diatas meja makan. Sesekali menatap Firman yang ada diseberangnya. "Tapi, Mee lihat mas nangis tadi malam"
𝘋𝘦gg𝘩𝘩
Benar saja dugaan pria ini. Ia diam sejenak memikirkan jawaban yang tepat untuk Mee. Wanita polos dan lugu ini tidak boleh tahu tentang kejadian semalam.
"Nggak, cil. Mas gak ada nangis. Kamu tahu dari mana" Firman kembali meneguk kopinya. Menyembunyikan kegugupan dari Mee.
"Jangan bohong, Mas. Aku tau kamu nangis sesenggukan sehabis angkat telpon. Siapa yang telpon kamu? "
Kali ini Firman tidak bisa mengelak lagi. Ternyata wanita ini terbangun dari tidurnya, dan melihat ia mengangkat telpon itu. Firman menunduk lalu menatap Mee.
"Faisal" jawab pria ini cepat.
Tentu pria ini berbohong. Ia langsung membuang wajah. Berusaha tidak bertemu dengan tatapan teduh itu.
"Kenapa?" Tanya Mee mendesak. Tapi pria itu terdiam.
"Kenapa, Mas?" Tanya Mee sekali lagi.
Firman masih terdiam. Ia malah meneguk habis kopi yang Mee buat lalu beranjak pergi meninggalkan wanita itu dengan segudang pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ommee
Teen FictionMencintai gadis dengan segala luka memang bukanlah hal yang biasa... Tapi, Ameelya menemui sosok pria yang bisa membuatnya kembali melihat dunia... Dia adalah Firman Maulana... Mencintai gadis luka itu dengan segala macam cara, berjuang demi terbit...