Setelah syuting, Firman duduk di depan komputernya. Menatap monitor dengan tatapan kosong.
Mas Joko yang sedari tadi memperhatikan Firman, memutuskan untuk mendekatinya.
"Kenapa kamu? Dari tadi melamun terus"
Firman menoleh dan membalasnya dengan senyum tipis. Ia kembali menatap layar, berpura pura memindahkan layar dekstop.
"Mee tumben gak ikut? " Zidan ikut menimbrung dan berdiri disamping pria itu.
Firman tetap bungkam. Ia hanya mengangguk sekilas. Membuat Zidan sedikit menebak.
"Kalian berantem?"
Firman tidak menjawab apapun kini. Ia diam mematung, matanya melirik kebawah membuat kepalanya ikut menunduk.
"Bia... "
Zidan dan Mas Joko spontan menoleh kearah Mas Cahyo yang baru saja masuk bersama Mas Ado.
"Bia?" Beo Zidan dan Mas Joko berbarengan.
Alis Zidan menyatu, ia menatap Firman yang menyembunyikan wajahnya dengan menunduk. Zidan menyentuh pundak Firman, dan menggoyangkannya.
"Tenan kowe! Bia? Kowe bali maneh karo cah kae, Man? (Beneran kamu! Bia? Kamu balik lagi sama anak itu, Man?)" Omel Zidan tak menyangka.
"𝘚𝘦𝘬, 𝘰𝘫𝘰 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘯𝘦𝘯𝘪" sela Mas Cahyo "Man, aku udah nasihatin kamu tadi malam, kan?" Pria yang ditanya mengangguk.
Mas Cahyo menatap seluruh tim. Begitu juga dengan Rayyan yang baru saja bergabung membawa es cekeknya.
"Bia itu kemarin nemuin Firman di alun-alun. Yang waktu dia izin sama kita gak ikut ngonten, karna mau pulang nemenin Mee" jelas Mas Cahyo. Semua mengangguk mengerti.
"Nah, sebelum pulang kerumah, Mee minta dianterin ke alun-alun. Disanalah, Omman sama Bia ketemu tanpa Mee tahu"
Mendengar penuturan itu, reflek semua mata langsung menatap Firman tak percaya. Zidan menggelengkan kepala saking tak menyangkanya.
"Aku gak ada ngomong apa-apa, Mas. 𝘛𝘦𝘯𝘢𝘯! 𝘈𝘬𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘪 𝘯𝘦𝘬 𝘥𝘪 𝘬𝘰𝘯 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩. 𝘕𝘥𝘦𝘦 𝘬𝘪 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘰𝘯𝘰 𝘯𝘨𝘰𝘮𝘰𝘯𝘨 𝘯𝘦𝘬 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘰 𝘯𝘥𝘦𝘦 𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘳𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘪𝘴𝘶𝘩 𝘯𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘯𝘦𝘬 𝘢𝘬𝘶 𝘸𝘦𝘴 𝘥𝘶𝘦 𝘔𝘦𝘦. 𝘈𝘬𝘶 𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘯𝘨𝘰𝘮𝘰𝘯𝘨, 𝘰𝘫𝘰 𝘴𝘦𝘱𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘶𝘳𝘪𝘱𝘬𝘶 𝘯𝘦𝘩. 𝘈𝘬𝘶 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘰𝘯𝘰 𝘮𝘢𝘤𝘦𝘮-𝘮𝘢𝘤𝘦𝘮 𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘣𝘶𝘳𝘪 𝘯𝘦 𝘔𝘦𝘦, 𝘔𝘢𝘴. 𝘚𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩. 𝘛𝘦𝘯𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶! (Beneran! Aku berani kalau disuruh sumpah. Dia memang ngomong kalau aku sama dia belum selesai. Tapi aku marah dan jawab kalau aku sudah punya Mee. Aku sampai bilang jangan sekali-kali ganggu hidupku lagi. Aku nggak ada macem-macem di belakang Mee, Mas. Sumpah. Beneran Aku)" kini Firman menatap seluruh tim dengan mata memerah.
Mas Cahyo membawa Firman untuk dirangkul olehnya. Ia menepuk bahu Firman beberapa kali. Mencoba menenangkan Firman yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.
"Tapi, telponnya kamu angkat semalem"
Kini Firman tidak bisa menjawab apapun lagi. Mas Cahyo tau, kalau semalam ia mengangkat telpon dari Bia, yang membuatnya bertengkar dengan Mee pagi ini.
"𝘕𝘨𝘨𝘦𝘩, 𝘔𝘢𝘴"
Mas Ado menahan tangan Zidan yang hampir memukul Firman "tahan, Zid. Kita dengerin dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ommee
Ficção AdolescenteMencintai gadis dengan segala luka memang bukanlah hal yang biasa... Tapi, Ameelya menemui sosok pria yang bisa membuatnya kembali melihat dunia... Dia adalah Firman Maulana... Mencintai gadis luka itu dengan segala macam cara, berjuang demi terbit...