Mee duduk anteng sambil memperhatikan Firman yang sibuk dengan komputernya. Karna sibuk latihan, pria ini harus mengejar target tayang dengan mengedit video di jam sembilan malam.
Mee mulai mengantuk, membuat kepalanya bergoyang ke depan dan ke belakang. Ia berusaha mengalihkan rasa kantuknya dengan memainkan ponsel. Menggulir layar bebas.
Namun ternyata, hal itu membuatnya tambah hilang kesadaran sehingga menjatuhkan ponselnya ke lantai.
Firman langsung menoleh "kenapa, cil? Ngantuk?"
Mee dengan matanya yang mulai menyipit itu mengangguk polos. Ia menggaruk pipinya dan mengambil ponsel yang tergeletak di lantai.
"Tidur duluan, ya? Nanti kalau udah selesai, mas dibangunin!" Firman mendekati Mee dan berjongkok didepannya.
"𝘕𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘶. Mau disini aja!"
Firman mengelus kepala Mee dan duduk disebelahnya "mas tuh masih lama. Lihat" Firman menunjuk komputer "mas baru mulai lho, cil"
Mee mengangguk dan menyandarkan kepalanya di bahu Firman. "Mee mau nunggu mas Man aja"
Firman hanya mengangguk. Ia tau apa yang harus dilakukannya sekarang. Pria itu mengubah posisi duduknya hingga bisa bersandar di sandaran kursi. Lalu meletakkan kepala Mee di dadanya, mengelusnya perlahan sambil berusaha mengajak Mee bercerita.
"Mas suka sama orang yang nurut lho, cil" ucapnya mulai bercerita.
"Mas gak suka kalau misalnya ada orang yang gak mau diatur. Pengen banget rasanya mas unyel-unyel sampe kusut" tuturnya.
"Mas Omman egois berarti" jawab Mee pelan. Suara seraknya menandakan bahwa wanita itu tengah menahan kantuk luar biasa.
"Ya enggak dong. Kan mas ngatur demi kesehatan juga. Mas itu, gak mau kalau ada barang mas yang rusak. Kamu tau kan?"
Mee mengangguk sambil bergumam. Firman terus mengelus kepala Mee dan sesekali mengusap punggungnya.
"Apalagi kalau orang yang mas sayang sakit. Paling benci! Mas bukannya gak mau ngurusin, atau gak mau direpotin, cil. Tapi, itu bikin mas kepikiran terus. Sampai mas tuh merasa mas yang paling salah, mas gak bisa jagain orang yang mas sayang" ucap Firman. Wanita itu mengangguk lemah membuat senyum diwajahnya Firman terbit sempurna.
"Apalagi kamu, cil. Sampai kamu kenapa-kenapa. Mas rasa, mas gak akan pernah maafin diri mas sendiri, serius"
Firman terdiam. Ia hanya mengelus kepala Mee. Berusaha membuat wanita itu terlelap tanpa harus membagi fokusnya lagi. Setelah dua menit berlalu, Mee mulai bernafas dengan teratur.
Dengan sangat hati-hati pria itu memindahkan kepala Mee ke bantal yang ada di kursi. Membenarkan posisi tidurnya supaya wanita itu merasa nyaman.
"Selamat tidur, cil" Firman mengecup singkat kening Mee. Tak lupa ia membentangkan jaketnya untuk menjadikannya selimut.
Pria itu melangkah mendekati meja kerjanya. Melanjutkan tugasnya dalam mengedit video yang harus tayang malam ini.
Firman menghabiskan dua puntung rokok untuk menemaninya bekerja malam ini. Tak lupa sesekali melihat wanitanya yang terlelap di kursi.
"Hei. Belum pulang toh, kamu. Udah malem,lho! "
Teguran itu membuat Firman hampir saja terloncat karena terkejut. Ia memukul pelan perut mas Cahyo. "kaget ee" ucapnya sambil melirik Mee. Wanita itu masih dalam posisi yang sama.
"Cewek itu... Masih suka ganggu kamu, Man?"
Firman menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengarahkan 𝘮𝘰𝘶𝘴𝘦 komputer "gak ada, mas. Cuma malem itu aja"
"Jangan keseret lagi, Man. Kamu udah punya istri, dan dia juga udah punya kehidupan sendiri"
Firman mengangguk pelan dan menunduk lalu memainkan jemarinya "aku takut kalau Mee tahu, Mas"
"Man, dalam sebuah hubungan itu, penting untuk saling terbuka. Jujur sama dia dan bilang kalau kamu punya masa lalu itu, biar nanti gak ada salah faham diantara kalian" mas Cahyo menepuk bahu Firman dua kali.
"Aku belum berani, mas Yok. Aku bertekad, kalau kisah itu biar aku simpan sendiri dan aku tutup rapat. Aku gak mau Mee tahu, mas"
"Keputusan apapun itu pasti bakal ada resikonya, Man. Aku gak maksa kamu, supaya harus begini harus begitu. Itu kehidupan kamu, itu jalan kamu" ucap mas Cahyo serius.
"Aku cuma berpesan supaya kamu, fikirkan matang-matang. Jalan mana yang harus diambil? Memilih jujur atau berbohong dengan menghapus cerita itu, semua ada resiko terberat. Di pikirkan baik-baik. Jadi lelaki dewasa!" Pesannya.
Firman mengangguk untuk kesekian kalinya. Ia tidak berani menatap mas Cahyo yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
"Dan satu lagi, Man. Lelaki sejati tidak pernah mencintai dua wanita. Didalam masa yang sama" mas Cahyo menekankan setiap kata yang diucapkannya.
Setelah mengatakan itu, pria berkaos putih menepuk bahu Firman sekali lagi. Lalu pergi meninggalkan Firman yang masih memikirkan rentetan kalimat pesan dari mas Cahyo.
Ternyata Firman tidak sekuat itu. Air matanya terjun bebas tanpa bisa ia tahan. Serentetan momen itu berputar di otaknya seperti potongan film. Membuatnya menutup mata untuk meredam isakan kecilnya.
Apa benar ia masih menyimpan hatinya untuk wanita itu? Lalu bagaimana dengan perasaannya untuk Mee saat ini?
Ia langsung mendekati Mee dan memeluk wanita itu. Ia menangis dalam diam. Hatinya sesak bukan main, entah kenapa. Memori itu berputar kembali. Mengingatkannya dengan wanita berkalung salib yang dulu selalu menemani hari-harinya.
Lima menit kemudian, Firman menegakkan kepalanya, lalu menghapus air mata yang menempel di pipi mulusnya. Tatapannya lurus menuju wajah manis yang sedang tidur dengan tenangnya.
"Nggak, cil. Nggak. Cuma kamu. Kamu yang terakhir. Gak ada lagi"
Firman bangkit berdiri dan mencium kening Mee lama. Hingga gadis itu bergerak mengubah posisi tidur.
𝘋𝘳𝘳𝘳𝘳𝘳𝘵𝘵𝘵𝘵𝘵𝘵 𝘥𝘳𝘳𝘳𝘳𝘳𝘵𝘵𝘵𝘵𝘵𝘵
Ponsel Firman yang tergeletak didekat komputer bergetar menandakan ada telpon masuk.
Ia bergegas mendekati meja untuk melihat siapa orang yang menelpon ditengah malam seperti ini.
𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶, 𝘯𝘰𝘮𝘰𝘳 𝘪𝘯𝘪??
Batinnya terguncang hebat.
Ia mendekatkan ibu jarinya ke tombol merah di layar. Akan tetapi...
"𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰, 𝘮𝘢𝘴?? "
Jantung Firman berdetak cepat. Suara ini, suara yang selalu menjadi favoritnya dulu. Suara yang selalu Firman rindukan disetiap sunyinya malam.
"𝘔𝘢𝘴, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳?"
༶•┈┈⛧┈♛ 𝐹𝑀♛┈⛧┈┈•༶
𝑆𝑝𝑖𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑂𝑚𝑚𝑎𝑛???
𝑆𝐴𝐿𝐴𝑀 𝑆𝑅𝑂𝑇𝑂𝑃 𝐷𝐴𝑅𝐼 𝐴𝑈𝑇𝐻𝑂𝑅!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ommee
Genç KurguMencintai gadis dengan segala luka memang bukanlah hal yang biasa... Tapi, Ameelya menemui sosok pria yang bisa membuatnya kembali melihat dunia... Dia adalah Firman Maulana... Mencintai gadis luka itu dengan segala macam cara, berjuang demi terbit...