(33) Dilema

504 25 2
                                    

Firman tidak bisa tidur malam itu, ia hanya diam sambil menatap latar rumah dengan tatapan kosong. Tak menyangka, akan terjadi pertengkaran hebat malam ini dengan Mee.

Sedangkan wanita itu mengurung diri di kamar tamu sejak tadi. Firman sudah berusaha menggedor pintu dan memohon Mee untuk membukanya. Namun, nihil. Wanita itu tidak menjawab apapun.

"𝘖𝘫𝘰 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘢𝘸𝘢𝘬𝘦, 𝘊𝘪𝘭!" (jangan disakitin badannya, Cil!) pesan Firman saat Mee benar-benar tidak merespon pria itu.

Firman menatap lantai rumahnya. Teringat beberapa jam lalu masih bisa tertawa dengan Mee. Bernyanyi bersama dan menatap senyum indah milik sang istri. Tapi kini...

Fisiknya memang lelah, rasa batinnya juga ingin menyudahi semuanya. Hatinya hancur saat Mee menutup pembicaraan dengan kata "menyerah". Untuk apa dia mengatakan itu sedangkan ia sudah menjadi pemenangnya.

Telpon dari Bia terus saja membuat Firman ingin membanting handphonenya. Ia melirik sekilas dan akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya.

"𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰, 𝘍𝘪𝘳𝘮𝘢𝘯?"

Ucap wanita diujung sana. Suaranya serak seperti sedang menangis, membuat Firman memejamkan mata, menahan diri untuk tak bertanya mengapa.

"𝘍𝘪𝘳𝘮𝘢𝘯... 𝘈𝘬𝘶... 𝘈-𝘢𝘬𝘶, 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳. 𝘏𝘪𝘬𝘴... 𝘈𝘬𝘶 𝘬𝘢𝘯𝘨𝘦𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘔𝘢𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶... 𝘏𝘪𝘬𝘴"

Mendengar isakan wanita itu membuat Firman juga merasa sedikit khawatir. Ia sampai meremas kuat ponsel itu di tangannya.

"𝘔𝘢𝘯, 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘢-𝘢𝘬𝘶...𝘏𝘪𝘬𝘴 𝘢𝘬𝘶... " tangisan wanita itu bertambah kencang. Ia tampaknya tak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya.

"Kamu kenapa?" akhirnya setelah hening beberapa detik, Firman membuka suara.

Bukannya menjawab, wanita di seberang sana malah sesenggukan. Membuat Firman bingung harus bagaimana.

"Gimana, Bi? Ada apa?" Firman bertanya lembut.

"𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘵𝘶𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘬𝘶. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶, 𝘔𝘢𝘯"

Firman yang mendengar itu ikut merasakan sakit luar biasa. Bagaimana bisa, wanita yang dulu ia jaga, ia lindungi dengan sepenuh hati. Sekarang dirusak oleh manusia biadab tak bertanggungjawab.

"𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢, 𝘔𝘢𝘯? 𝘈𝘬𝘶... 𝘈-𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵!"

"𝘞𝘦𝘴, 𝘉𝘪. 𝘞𝘦𝘴 𝘭𝘦 𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘴𝘵𝘰𝘱 𝘴𝘦𝘬!" Firman menarik nafas panjang. Dadanya sesak sekali rasanya.

Saat isakan tangis wanita itu mulai mereda, Firman melanjutkan kalimatnya. "Aku tau, kamu pasti stres. Sudah, aku gak mau tau ceritanya gimana, kapan, dan kok bisa. Aku 𝘮𝘶𝘯𝘨 kepengen pesen, gak usah berfikiran untuk gugurin janin kamu. 𝘐𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘵𝘦𝘱 𝘥𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘮𝘶, 𝘉𝘪"

"𝘔𝘢𝘯, 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶... 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘯𝘨𝘢𝘮𝘶𝘬, 𝘔𝘢𝘯. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘱𝘢𝘱𝘢𝘬𝘶, 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩?"

OmmeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang